Meramaikan Pasar Web TV

www.marketing.co.id – Raksasa industri IT, Microsoft, meluncurkan Windows TV di pameran elektronik besar Consumer Electronic Show (CES) di Las Vegas, pada 6–9 Januari 2011 lalu. Rupanya hal ini bukan lagi berita baru karena Google dan Apple pun sudah meluncurkan produk serupa. Pertanyaannya, apakah pasar sudah siap dengan langkah atau terobosan para pemain besar ini?

Gadget-gadget yang dinamakan Google TV, Apple TV, dan Windows TV akan membawa dunia internet, web, sekaligus TV ke dalam babak baru. Babak saat televisi akan berubah lebih seperti teknologi web. Istilah sederhananya, cepat atau lambat, TV, internet, web, dan komputer akan terintegrasi menjadi satu dan akan membuka pasar dan peluang sendiri dalam industri IT dan pertelevisian.

Google TV adalah media TV yang terhubung ke internet. Produk ini diumumkan Google pada 20 Mei 2010 di event Google I/O yang terselenggara atas kerja sama Google, Intel, Sony, dan Logitech. Produk Google TV ini mengintegrasikan sistem operasi Android dan browser Google Chrome supaya bisa menciptakan pengalaman baru dalam menonton TV. Google secara resmi meluncurkan produk ini pada 6 Oktober 2010 dengan dilengkapi perangkat dari Sony dan juga Logitech.

Produk Google TV ini mampu me-leverage banyak produk Google lain yang sudah ada. Sistem operasi Android mampu menjadi landasan ampuh sehingga para developer lain bisa menciptakan aplikasi yang mampu memperluas fungsi atau kegunaan. Sementara browser Google Chrome bisa menjadi jembatan yang bagus untuk mengakses internet, sehingga konsumen bisa browsing website sekaligus menonton televisi secara bersamaan. Para mitra lain juga telah membuat aplikasi yang memungkinkan konsumen bisa mengakses konten dengan cara yang unik. Netflix misalnya, telah membuat aplikasi sehingga konsumen bisa mengakses koleksi film-film lengkap Netflix sekaligus program-program televisi.

Apple TV adalah suatu produk digital yang dijual oleh Apple Inc. Produk ini dilengkapi jaringan yang mampu memainkan konten digital IPTV yang dihasilkan dari iTunes Store, Netflix, YouTube, Flickr, MobileMe, Mac Os X, atau komputer-komputer Windows yang menjalankan iTunes sehingga mampu berubah menjadi televisi layar lebar layaknya bioskop.

Pada September 2010, Apple mengumumkan versi generasi kedua dari Apple TV yang berukuran lebih kecil dari Apple TV sebelumnya. Produk ini mampu men-streaming konten-konten dari iTunes sekaligus video dari komputer atau iOS melalui AirPlay. Produk ini tidak punya hard drive, tapi dilengkapi memori flash kapasitas 8 GB untuk caching saja. Semua konten diambil secara online atau bisa juga secara lokal dari sumber lain yang terkoneksi padanya.

Bagaimana dengan jawara software Microsoft? Microsoft pun tak mau ketinggalan. Belum lama ini, melalui situs web Seattle Times, Microsoft mengumumkan produk Windows TV yang dilengkapi peranti lunak Windows yang mampu menjalankan aplikasi Windows Media Center. Sebelumnya, Microsoft sempat menggarap layanan streaming video lewat Xbox 360.

Kini kita memasuki era saat kita tidak harus menunggu hari Senin untuk menonton serial Heroes atau hari Jumat untuk menonton serial komedi yang Anda suka misalnya. Berterimakasihlah pada internet yang membuat semuanya bisa diakses kapan pun dan di mana pun. Tapi, Anda tentu harus tahu di mana mencari apa yang Anda butuhkan. Masalahnya, jika menyangkut integrasi teknologi antara TV, web, komputer, dan internet, hal ini tidaklah mudah. Ini ternyata lebih rumit dari sekadar men-streaming film favorit lewat akun YouTube Anda.

Jessi Hempel dalam artikelnya di majalah Fortune mengatakan, sebenarnya kita sudah bisa menikmati hampir semua macam program televisi ataupun film-film lewat perangkat-perangkat mobile maupun komputer dan laptop. Namun, ini bukan berarti berakhirnya era pesawat televisi, karena di masa depan, televisi akan dilengkapi dengan sistem operasi yang lazim ada pada komputer atau ponsel. Jadi, nantinya fungsi TV mengalami konvergensi, bisa untuk browsing, nonton program TV, serta nonton film lewat web.

Namun, yang membuat pusing adalah para vendor ini berjalan sendiri-sendiri dengan teknologi dan fiturnya masing-masing. Banyak pilihan tidak selalu bagus. Dalam hal ini, konsumen yang disuguhi terlalu banyak pilihan bisa menjadi bingung sendiri. Banyaknya pilihan produk, layanan, maupun teknologi yang saling berkembang biak itu pun bahkan sulit untuk dibandingkan satu sama lain.

Apakah konsumen harus memilih perangkat televisi yang bisa terhubung ke internet dari Samsung atau Sony, atau lebih baik memilih perangkat terpisah yang mampu terhubung ke internet seperti milik Logitech yang bisa mengoperasikan Google TV? Belum lagi adanya perangkat-perangkat saingan yang murah seperti gadget kotak Roku misalnya.

Sekalipun sudah memutuskan akan membeli perangkat yang mana, konsumen juga masih bingung, apakah lebih baik membayar layanan premium baru, atau berlangganan saja lewat Netflix. Jika misalnya Anda tidak bisa menemukan program TV favorit di TV kabel dan aplikasi lewat ABC pun tidak menyediakannya, apakah lebih baik membayar per episode di Amazon.com atau berlangganan saja lewat cable dengan membayar per bulan? Nampaknya tidak ada istilah one size fits all di sini.

Harusnya kehadiran semua pemain besar dengan perangkatnya masing-masing membuat televisi bisa menjadi lebih ngeweb, lebih mobile, lebih user friendly, lebih mudah mencari program atau channel favorit, dan yang paling penting dari semuanya, lebih “instan”. Umumnya orang-orang yang mencari TV atau gemar menonton TV adalah orang yang hanya ingin instan, santai dan tak ingin repot-repot mencari atau memilih program favorit mereka. Tak bisa dibayangkan kalau kita harus membayar mahal hanya untuk menonton program TV tertentu atau harus repot mencari dan mengunduh dulu film-film “jadul” yang ingin kita nikmati.

Kadang kita tidak tahu apa yang ingin kita tonton. Maka seperti layaknya Amazon.com atau situs IMDB.com, televisi bisa memberikan informasi seperti, “Jika Anda menyukai Narnia, Anda harus melihat Lord of the Ring”. Cara lain bisa juga dengan melihat status dari teman-teman Anda tentang film bagus yang sudah mereka tonton akhir-akhir ini. Setelah itu, seharusnya kita tinggal langsung click-and-play film tersebut pada layar yang kebetulan berada paling dekat dengan kita. Tetapi ternyata mimpi masih jauh dari kenyataan.

Kemungkinan besar para pemain top seperti Google, Microsoft, dan Apple memasuki pasar integrasi unternet, web, dan TV ini karena potensi profit atau kembalinya keuntungan akan cukup besar. Tetapi Google, Apple, dan Netflix tidak bisa begitu saja menerobos masuk dan mengobrak-abrik industri hiburan miliaran dolar ini.

Sistem dan mekanisme yang kini berjalan, perusahaan produksi seperti Disney membuat suatu acara TV dan menjualnya ke jaringan-jaringan TV, serta saluran-saluran TV berbayar seperti HBO, MTV, dan Nickelodeon. Selanjutnya slot iklan yang mahal bisa dijual untuk acara-acara tersebut dan audiensnya pun bisa dicari. Jika dilihat, mekanisme ini masih sulit untuk dirombak. Tantangannya adalah mempelajari dan memahami minat dari semua pihak yang terlibat dalam industri TV ini. Demikian komentar Jessi Hempel dalam artikelnya.

Tapi, kompetisi antara Google, Apple dan Microsoft ini tidak boleh dianggap enteng. Ini bisa jadi kabar bagus bagi kita semua konsumen industri IT. Penyatuan TV, web, dan komputer sudah terjadi, tapi sistem produk dan layanannya masih belum sesuai dengan keinginan pasar. Atau mungkin juga pasar yang belum siap untuk mengadopsi terobosan baru ini. Tapi, dunia baru ini pasti akan datang, saat kita tidak perlu menunggu hari dan jam tertentu untuk menonton acara TV atau film tertentu. Dunia tempat kita bisa memutar acara memasak sesuai resep kita di TV dapur, lalu ketika masakan selesai, kita bisa langsung pindah ke ruang makan dan nonton acara komedi pilihan kita sendiri di TV ruang makan. (Ivan Mulyadi, dari berbagai sumber)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.