Motor Injeksi Kian Diminati

shutterstock_156005237Kepedulian terhadap lingkungan dan isu kelangkaan bahan bakar minyak turut mewarnai tren bisnis di industri otomotif. Itu pula yang terjadi pada bisnis sepeda motor. Produsen kendaraan roda dua pun berbondong-bondong mengarah ke sistem injeksi. Lantas, bagaimana nasib motor karburator?

Saat ini, beberapa pabrikan sepeda motor seperti berlomba-lomba mengganti sistem karburator mereka memakai sistem injeksi. Tengok saja, Honda sudah menerapkan ke beberapa motor barunya dengan menggunakan sistem injeksi yang disebut PGM-FI. Yamaha pun tak mau kalah untuk menggunakan sistem injeksi yang disebut YMJET-FI, sedangkan Suzuki menggunakan sistem injeksi yang disebut SUPER-FI.

General Manager Marketing Planning & Analysis Division PT Astra Honda Motor Agustinus Indraputra mengatakan pengaplikasian sistem injeksi PGM-FI yang ramah lingkungan pada motor-motor Honda merupakan salah satu bentuk tanggung jawab sosial AHM, berkontribusi dalam upaya pemerintah menciptakan langit biru untuk Indonesia. “Hal ini sejalan dengan langkah pemerintah melalui peraturan batas emisi Euro 3 yang akan diberlakukan di akhir tahun ini,” ujar dia.

Sebetulnya, teknologi injeksi bukanlah hal baru bagi AHM. Pasalnya, sebagai pelopor motor injeksi, anak usaha Grup Astra ini sudah menerapkan sistem tersebut pada motor Honda Supra X 125 PGMFI sejak tahun 2005, yang kala itu menyasar target konsumen pencinta motor bebek yang tidak hanya memerhatikan desain dan fitur, tapi juga teknologi ramah lingkungan.

“Awalnya teknologi injeksi tidak langsung diterima konsumen. Tapi, berkat edukasi dan sosialisasi ke masyarakat tentang keunggulan dan manfaat luas dari PGM-FI yang irit dan ramah lingkungan serta mudah dalam perawatan, pada akhirnya direspons positif oleh masyarakat dengan penjualannya yang cukup bagus saat itu. Hal inilah yang memotivasi AHM untuk terus memberikan produk-produk ramah lingkungan lain di tahun-tahun berikutnya,” tambah dia.

Apa yang disampaikan Agustinus bukanlah tanpa pembuktian. Faktanya penjualan motor injeksi Honda terus meningkat setiap tahun. Khusus tahun 2013 saja, penjualan motor injeksi berkontribusi besar mencapai 85%–90% dari total penjualan Honda di Indonesia yang hampir menyentuh angka 4,7 juta unit.

“Penjualan motor injeksi Honda sudah cukup merata di hampir seluruh wilayah Indonesia, seiring dengan pengaplikasian teknologi injeksi yang merata di semua lini produk dan keunggulan teknologi injeksi Honda yang dapat mengadaptasi bahan bakar ber-oktan 88 dan tanpa timbal, sehingga tidak mengalami masalah jika menggunakan bahan bakar premium,” jelas dia.

Saat ini Honda memiliki 12 motor injeksi dan sebelum semester 1 tahun ini berakhir, semua motor yang dipasarkan Honda di Indonesia sudah menggunakan teknologi injeksi. Bukan hanya irit, rendah emisi, dan mudah dalam perawatan, Honda pun menawarkan garansi komponen injeksi paling lama, yaitu 5 tahun atau 50.000km. Hal tersebut didukung oleh jaringan purnajual yang siap melayani para pengguna motor Honda, sebanyak 3.663 AHASS dengan 19.000 mekanik yang didukung 10.408 bengkel binaan. Semuanya sudah siap dan berpengalaman dengan teknologi injeksi.

Pabrikan Non Jepang Ikut Ramaikan Persaingan
Tak hanya pabrikan asal Jepang yang mengembangkan teknologi injeksi. Beberapa pabrikan non Jepang pun mulai kepincut untuk mengimplementasikan teknologi ini dalam produk sepeda motor mereka. Salah satunya TVS. Pabrikan asal India ini kabarnya sudah menjajaki teknologi injeksi yang akan disematkan pada dua skutik terbaru 110cc dan 120cc.

Chief Marketing Officer (CMO) PT TVS Motor Company Indonesia Harry Budijanto Dragono mengatakan, berkembangnya popularitas motor injeksi di tengah pasar tak terlepas dari peran Honda selaku market leader yang menggerakkan pasar dengan menciptakan tren baru. “Perilaku konsumen dan tren pasar sudah mengarah ke sana. Mau tidak mau produsen sepeda motor lain mengikuti tren injeksi ini, meski tingkat keiritannya sebenarnya tidak signifikan, hanya 5%–7% dari sistem karburator,” jelas dia.

Kendati sudah mempersiapkan skutik terbaru yang mengadopsi sistem pengabutan injeksi, sepertinya TVS tidak mau tergesa-gesa untuk merilisnya secara resmi ke konsumen. Pasalnya, TVS masih terus mengkaji sistem injeksi yang benar-benar cocok dengan bahan bakar atau bensin yang ada di Indonesia.

“Pastinya TVS akan menerapkan teknologi injeksi yang lebih mumpuni dan adaptif terhadap bensin RON88, serta lebih sederhana agar mudah dipahami dan diaplikasikan oleh bengkel umum di daerah. Targetnya, paling lambat tahun 2015 skutik injeksi TVS akan dilepas ke pasar. Untuk harga sendiri, ada selisih sekitar Rp500.000–Rp700.000 dari motor sistem karburator,” sebut Harry.

Seperti diketahui, sistem injeksi saat ini diambil dari Thailand yang notabene menggunakan bensin ber-oktan (RON)92, sehingga saat diaplikasikan di Indonesia akan menimbulkan masalah karena konsumen dalam negeri cenderung menggunakan bensin RON88 atau premium. Kemudian, bila mengacu pada aturan Euro 3, idealnya digunakan bahan bakar sesuai world wide fuel charter (WWFC) category 2 yaitu bensin ber-oktan (RON)91 dan harus tanpa aditif metal seperti timbal, mangan, dan sebagainya.

Di banyak kasus, penggunaan bensin RON88 pada motor injeksi bermasalah dengan head injector. Jadi, harus didukung oleh jaringan servis yang kuat. Bagi pabrikan besar, hal ini mungkin tidak menjadi masalah utama karena mereka sudah memiliki jaringan bengkel resmi yang kuat.

Kondisi ini berbeda dengan TVS yang bermain di rural area atau daerah pinggiran dengan fokus di luar Pulau Jawa. Apalagi di daerah-daerah tersebut jaringan servis TVS menggunakan bengkel mitra, sementara mereka belum siap dengan teknologi injeksi karena dibutuhkan beberapa alat khusus dalam proses perbaikannya, sehingga memerlukan investasi yang cukup besar.

Saat ini TVS masih fokus menyiapkan jaringan 3S di 92 outlet. Kemudian, perlahan-lahan merambah ke bengkel mitra yang area penjualannya tinggi. “Kami memiliki 900 bengkel mitra yang tidak mungkin disubsidi semua. Jadi, targetnya sekitar 40% dari total bengkel mitra. Belajar dari kompetitor, investasi alat khusus motor injeksi yang digunakan sekitar 12 jutaan, tentu bukan investasi yang sedikit,” sebut Harry.

Sambil menunggu itu semua siap, TVS akan tetap bermain di motor sistem karburator karena pasarnya masih sangat besar. Selain itu, penetrasi pabrikan besar dengan sistem injeksi belum menjangkau semua daerah, khususnya daerah terpencil dikarenakan biaya investasi yang cukup tinggi. Jadi, bisa diprediksi motor karburator akan tetap bertahan cukup lama. Apalagi sistem injeksi merupakan teknologi antara, sebab menipisnya bahan bakar minyak mengharuskan pabrikan otomotif berinovasi ke teknologi alternatif, semisal teknologi listrik ataupun hidrogen.

 

Moh. Agus Mahribi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.