Nomor Cantik Masih Seksi

shutterstock_135272432Di saat orang sudah melupakan nomor cantik, masih ada pedagang yang menjualnya dengan harga gila-gilaan. Anehnya operator tidak menganggap itu sebagai nomor cantik.

Terdengar lucu jika masih ada orang yang masih mencari nomor cantik untuk ponsel mereka. Bukankah rekan atau relasi kita tidak perlu menghafal nomor ponsel yang rata-rata mencapai 12 digit?

Ponsel sekarang makin canggih sehingga bisa menyimpan ribuan nomor kontak, bahkan kita bisa memasukkan nomor-nomor yang kita anggap penting ke dalam menu “favorite” di perangkat komunikasi ini.

Faktanya nomor cantik masih diburu, meski permintaannya tidak seramai pada masa-masa awal ponsel muncul. Tapi jika bicara soal harga, jangan heran kalau nilainya bukan turun, malah cenderung naik. Hukum penawaran dan permintaan seolah tidak berlaku di sini. Pasar terkadang punya logika sendiri yang sepenuhnya tidak bisa dikontrol oleh produsen atau mayoritas konsumen.

Segelintir pedagang dan konsumen bisa menciptakan niche market di pasar, yang membuat harga sebuah produk melambung tinggi jauh di atas perkiraan banyak orang. Majalah MARKETING mencoba menelusuri pusat-pusat perdagangan yang disinyalir masih menjual nomor cantik. Majalah MARKETING sempat menyambangi ITC Kuningan Jakarta Selatan, namun setelah berputar-putar tidak ditemukan tanda-tanda konter nomor cantik.

MARKETING baru menemukan penjual nomor cantik di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta Timur. Beberapa pedagang secara terang-terangan memajang nomor cantik lengkap dengan harganya. Nomor-nomor cantik itu tercetak dalam kertas putih yang digantung di depan konter mereka. Flexi Center merupakan salah satu konter yang menjual nomor cantik di PGC.

Flexi Center menjual nomor cantik perdana XL dan Simpati. Yang paling banyak dijual adalah nomor cantik Simpati. Harga nomor cantik Simpati mencapai ratusan ribu, sementara XL harganya lebih murah. Nomor cantik Telkomsel dengan isi pulsa Rp3.000 dibanderol Rp280.000. “Kami jual nomor cantik karena masih banyak peminatnya,” kata penjaga toko.

Konter lain yang menjual nomor cantik adalah Anggrek Perdana. Persediaan nomor cantik di konter ini cukup banyak. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya kertas putih berisi nomor cantik yang dipajang di depan konter. Si pedagang cukup pandai membuat kategori nomor, misalnya seri tahun yang menunjukkan angka tahun pada empat digit terakhir (1959, 1961, dan seterusnya).

Ada juga seri operator yang menunjukkan nomor kode operator selular pada empat digit terakhir (0811, 0815, 0858). Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari puluhan ribu, ratusan ribu, hingga jutaan rupiah. Beberapa nomor yang dianggap “paling cantik” ditawarkan dengan harga Rp2 juta.

Nomor cantik juga ditawarkan secara online, salah satunya di www.butikperdana.com. Nomor cantik yang ditawarkan harganya lebih tinggi lagi karena bisa mencapai puluhan juta. Toto, sang pemilik, dalam wawancara via online mengaku beralamat di Klender, Jakarta Timur. Toto mengatakan, menjual nomor cantik merupakan bisnis sampingan, bisnis utamanya adalah menjual perhiasan.

Meski merupakan usaha sampingan, dia cukup serius menggeluti usaha nomor cantik. Selain aktif menawarkan secara online, Toto juga mengiklankan nomor cantiknya di media cetak. MARKETING berkali-kali dikirimi penawaran nomor cantik via BBM (BlackBerry Messenger) dari www.butikperdana.com. Salah satu isi pesan menawarkan beberapa nomor cantik 10 digit dari Kartu Halo Telkomsel seharga Rp3,5 juta dan satu nomor cantik perdana Esia seharga Rp1,5 juta.

Toto mengaku pernah menjual nomor cantik Telkomsel seharga Rp15 juta, harga termahal yang pernah dijualnya. Nomor cantik dia dapat dari sesama pedagang. Untuk mendapatkan nomor cantik, katanya, seorang pedagang seperti dia mesti sering kongkow-kongkow dengan sesama pedagang. Tempat nongkrong biasanya di pusat-pusat grosir kartu perdana seperti ITC Kuningan.

Dia menolak disebut sebagai spekulan “nocan”—istilah nomor cantik di kalangan pedagang. Dia berdalih harga yang dipatok sesuai dengan “kadar” kecantikan nomor yang ditawarkan. Lagi pula, katanya, pangsa pasar yang diincar adalah pencinta nomor cantik yang sudah paham soal harga. “Saya tidak menjual kepada orang biasa, karena baru dengar harganya saja jantung sudah copot,” kata dia.

Penjual nomor cantik juga bisa dijumpai di Roxy, Jakarta Pusat. Menurut Sendra Lesmana, salah satu penjual di sana, yang paling dicari pembeli adalah nomor cantik keluaran Telkomsel. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai dari Rp15 ribu–Rp35 juta. Yang berani membayar mahal biasanya para pengusaha atau pebisnis.

Mereka rela merogoh kocek hingga puluhan juta jika nomor ponsel tersebut mudah diingat, menandakan tahun kelahiran, tahun pernikahan, atau rangkaian angkanya dianggap membawa keberuntungan (hoki). Yang mereka incar biasanya empat digit terakhir dari nomor itu.

Pembeli selain bisa langsung ke toko juga dapat memesan secara online di laman www.nomorylabel.com. Sendra mengatakan, selain nomor yang sudah tersedia, dia juga melayani pesanan nomor sesuai keinginan pembeli, terutama pada empat digit terakhir. Pesanan tersebut akan diproses pada hari yang sama. “Dalam sehari kami bisa menjual 100 nomor cantik, baik itu yang membeli secara langsung maupun memesan melalui online,” katanya.

Hanya Persepsi Konsumen

Daniel Azhari, GM Channel Strategy and Development Telkomsel, dan Judhi H. Hartono, GM Channel System Support Telkomsel, yang diwawancarai di kantor pusat Telkomsel mengatakan dalam sebulan Telkomsel rata-rata memproduksi 10 juta kartu perdana. Anehnya sebagai operator pihaknya tidak memilah-milah mana yang masuk kategori nomor cantik dan mana yang masuk kategori nomor biasa. Keduanya mengatakan nomor cantik hanyalah persepsi yang diciptakan pasar.

Daniel menjelaskan, semua nomor perdana yang dilempar ke pasar merupakan nomor reguler. Sementara itu, Judhi mengatakan cantik tidaknya nomor kartu perdana sangat relatif. Sebuah nomor perdana bisa saja dikatakan cantik karena mudah dihafal atau rangkaian angkanya mengandung arti tertentu, sehingga konsumen rela membayar mahal. Semisal nomor selular yang enam angka terakhirnya “168.168”. Angka ini bagi etnis Tionghoa bermakna kaya raya sepanjang masa. “Itu mungkin harganya bisa di atas Rp10 juta, tapi kami tidak pusing soal itu,” timpal Daniel.

Dari mana pedagang atau outlet memperoleh kartu perdana nomor cantik? Tentunya mereka mendapatkan nomor tersebut dari dealer resmi Telkomsel. Para dealer dengan telaten menyortir nomor-nomor yang dianggap cantik. Daniel mengatakan, dalam satu boks biasanya ada satu atau dua yang dipersepsikan sebagai nomor cantik, misalnya empat atau tiga digit terakhirnya adalah 123. “Nomor cantik sebagai bargaining antar dealer, agar outlet mau membeli nomor cantik,” sambung Daniel.

Telkomsel mengaku senang sebagian konsumen mempersepsikan nomor Telkomsel sebagai nomor cantik. Bahkan, sebagai operator pihaknya terinspirasi untuk memproduksi nomor cantik secara terbatas. Namun, penyusunan angka (numbering) nomor cantik versi Telkomsel diatur langsung melalui keputusan direksi.

Nomor cantik resmi yang pernah dikeluarkan Telkomsel antara lain angka kembar enam di enam digit terakhir (xxxx.888.888). Daniel menegaskan, nomor cantik resmi keluaran Telkomsel juga tidak dijual secara bebas ke pasar, melainkan dilelang kepada kalangan terbatas.

Lelang digelar setahun sekali, itu pun yang dilelang paling hanya dua nomor cantik. Satu nomor cantik bisa terjual dengan harga sampai ratusan juta dalam lelang. Namun, uang yang diperoleh dari lelang tersebut tidak masuk ke kantung Telkomsel, melainkan disumbangkan ke yayasan amal atau badan sosial.

Hanya Dijual di XL Center

Sama seperti Telkomsel, XL dalam sebulan rata-rata memproduksi sekitar 10 juta kartu perdana. Adi Yuharman, GM Channel Development dan Operations XL, memastikan kartu perdana XL yang dilepas ke pasar semuanya nomor reguler atau nomor biasa.
Namun demikian, dia mengakui sebelum memproduksi kartu perdana pihaknya melakukan pemisahan mana yang masuk kategori nomor cantik dan mana masuk kategori nomor reguler. Kartu perdana yang masuk kategori nomor cantik hanya dijual di XL Center. Penjualan nomor cantik tersebut biasanya dilakukan dalam satu paket (bundling) dengan penjualan ponsel.

Lalu, bagaimana bisa nomor cantik keluaran XL muncul di pasar bebas? Rupanya pedagang punya ulah. “Ada pedagang yang sengaja membeli nomor cantik di XL Center dengan mengaku mereka adalah pelanggan. Kemudian dengan cara mereka yang kreatif, dijuallah nomor-nomor cantik tersebut ke pasar,” jelas Adi sebagaimana tertulis dalam surat elektroniknya ke Majalah MARKETING.

Para pedagang tentu saja melihat peluang dari menjual nomor cantik. Mereka berharap memperoleh margin keuntungan lebih dari menjual nomor cantik XL. Peminat nomor cantik XL, kata Adi, masih cukup banyak karena mereka menganggap nomor-nomor tersebut memiliki makna tertentu.

“Nomor-nomor biasa menurut kami juga tidak kalah peminatnya, karena banyak juga pelanggan atau masyarakat yang tertarik menggunakan layanan XL tidak sekadar dari kombinasi nomor yang ada, namun lebih pada manfaat atau value dari layanan yang disediakan oleh XL,” jelasnya.

Tony Burhanudin/Liputan: Dafit Zuhendra

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.