Pentingnya Mengetahui Perubahan Perilaku Konsumen Anda

Yongky Susilo, Staf Ahli APRINDO
Yongky Susilo, Staf Ahli APRINDO

Ada ungkapan yang menyatakan bahwa konsumen adalah raja. Maksudnya, pelaku bisnis wajib memperlakukan konsumen dengan sangat baik, karena citra merek terletak pada kepuasan pelanggan.

Alasan inilah yang kemudian mendasari pentingnya pemahaman tentang perubahan perilaku konsumen. Anda bisa saja memberikan layanan yang baik, tapi jika tidak bisa memahami apa yang terjadi pada keinginan pasar yang dinamis, merek Anda akan ketinggalan zaman.

Menurut Yongky Susilo, Staf Ahli APRINDO (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), ada dua hal yang mendasari perubahan perilaku konsumen. Pertama adalah fitur oriented, dan yang kedua kepercayaan diri yang terus meningkat.

Feature oriented adalah kecenderungan konsumen untuk melihat fitur apa saja yang ditawarkan oleh merek. Perubahan drastis yang tidak diberikan oleh kompetitor akan dipilih konsumen karena membuat mereka tertarik. Jika terus dilakukan, maka konsumen akan loyal.

Selain itu, konsumen Indonesia juga semakin percaya akan produk-produk yang ditawarkan merek lokal. Tidak seperti dulu yang mengagung-agungkan merek luar, konsumen Indonesia kini punya rasa memiliki serta kebanggaan.

Consumer confidence Indonesia sekarang sudah mencapai peringkat ke-16, tapi pada 2020 mendatang, diprediksi akan mencapai peringkat 10 besar,” terang Yongky.

Meski demikian, bukan berarti Anda hanya fokus pada produksi dan penjualan, karena merek harus ikut berperan aktif dalam mempertahankan kecintaan masyarakat terhadap produk lokal, dan membuat konsumen untuk memilih produknya ketimbang kompetitor. Caranya dengan melakukan branding serta imagination driven.

Branding adalah sesuatu yang hidup, sesuatu yang dinamis. Untuk melakukannya, Anda perlu memahami kultur, tren, budaya, dan perilaku yang sedang marak di masyarakat. Kemudian kombinasikan dengan merek Anda. Misalnya, jika sedang tren stop motion di lingkungan konsumen, perusahaan bisa ikut melakukan aksi tersebut kemudian menjadikannya sebagai viral.

Di lain pihak, imagination driven perlu dilakukan untuk memberikan gambaran kuat tentang sang merek dibenak masyarakat. Sebagai contoh adalah biskuat yang membuat seorang anak menjadi ‘sekuat macan’.

Hal semacam ini tidak hanya bisa dilakukan lewat jargon, tapi juga harus cocok dengan logo, packaging, serta desainnya.

“Meningkatnya kepercayaan publik terhadap merek lokal tak lepas dari kampanye ‘100% cinta produk Indonesia’. Akibatnya, sekarang 58% konsumen lokal cinta terhadap produk-produk lokal, mengalahkan Korea,” papar Yongky.

Marketing bukanlah tentang cost (menghabiskan uang), tapi bagaimana Anda berinvestasi lewat kreatifitas, sehingga masyarakat lebih peduli dan loyal terhadap merek Anda. Dan tidak lupa untuk melihat perubahan pada perilaku konsumen.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.