Perang Dagang Global, Ancaman atau Peluang?

oracle scm cloudApakah perusahaan-perusahaan di Asean terancam dengan situasi ketegangan perdagangan global – atau sebaliknya Menemukan peluang supply chain.

Marketing  – Di luar kekhawatiran mengenai proteksionisme, perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara memiliki prospek perdagangan paling menjanjikan di dunia, menurut laporan HSBC global.

Dengan harapan lebih banyak produksi mengarah ke kawasan Asean, perusahaan melakukan investasi pada teknologi supply chain atau rantai pasokan, sehingga ketegangan perdagangan global dapat dilihat sebagai peluang ketimbang ancaman.

Temuan tersebut terangkum oleh HSBC Navigator – sebuah survei global yang melibatkan 8.500 bisnis di 34 negara. Di Asia Tenggara, HSBC Navigator melibatkan lebih dari 1000 responden di lima pasar Asean terbesar (Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan Vietnam).

Prospek bisnis di Asean menjanjikan di tengah meningkatnya proteksionisme

Asean adalah salah satu kawasan yang memiliki tingkat optimisme tertinggi terhadap prospek perdagangan dan aktivitas komersial, walaupun banyak perusahaan melihat peningkatan sentimen proteksionisme.

Berdasarkan laporan tersebut, 86% perusahaan Asean memiliki optimisme mengenai prospek perdagangan luar negeri, 75% dari mereka percaya bahwa banyak negara menjadi lebih proteksionis di pasar ekspor utama mereka.

Mengomentari laporan tersebut, Presiden Direktur PT Bank HSBC Indonesia Sumit Dutta mengatakan, perusahaan-perusahaan Asean sangat optimis melihat prospek bisnis mereka dan memperkirakan peningkatan proteksionisme di masa mendatang.

Hal ini sekilas terlihat kontra-intuitif dan tentu saja menimbulkan pertanyaan apakah mereka meremehkan risiko perdagangan akibat meningkatnya proteksionisme atau mencoba melihat peluang di tengah konflik perdagangan. Apapun itu, rantai suplai akan beralih ke Asean dan perusahaan harus siap.

Rantai pasokan Asean paling berpotensi dalam persaingan perdagangan

HSBC Navigator menyoroti bahwa China dan AS sejauh ini telah menjadi fokus kebijakan perdagangan proteksionis, tetapi mungkin ada dampak tidak langsung pada blok Asean mengingat tingkat ekspor yang tinggi di kawasan itu terhadap kedua negara tersebut. Pada saat yang sama, laporan tersebut menemukan bahwa tarif juga membuka peluang bagi pasar Asean di berbagai bidang seperti elektronik, tekstil dan otomotif.

Negara-negara di Asean seperti Thailand dan Malaysia sudah memiliki jaringan produksi elektronik, terutama dalam perakitan hard disk drive (HDD). Thailand mengekspor jumlah yang sama dari unit penyimpanan akhir ke AS seperti yang dilakukan Cina, yang akan membuatnya relatif lebih mudah menggeser perakitan di sana, terutama karena pengiriman HDD China ke AS sekarang tunduk pada setidaknya 10% dari tarif AS.

Sementara Singapura, Filipina dan Vietnam juga menghasilkan berbagai komponen elektronik, sedangkan Vietnam dan Indonesia telah menjadi semakin kompetitif dalam manufaktur ringan dan ekspor tekstil.

Dalam tekstil, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina dan ekspor pakaian serta produk tekstil Vietnam hampir mencapai tiga kali lipat dari USD 24,4 miliar pada 2001, menjadi USD 71,8 miliar pada 2014. Pada 2016, ekspor tekstil menyentuh 42 miliar. Negara Asean berikutnya, Indonesia mengekspor barang senilai 16 miliar.

Di bidang otomotif, Frost & Sullivan memprediksi bahwa Asean akan menjadi pasar otomotif terbesar ke-6 secara global pada 2018. Sektor otomotif adalah salah satu sektor utama bagi ekonomi Thailand, yang terus tumbuh sekitar 8,1 persen dari PDB.

Menurut Dutta, merelokasi basis produksi ke negara-negara berbiaya rendah di Asean bukanlah sesuatu yang baru. Pergeseran kegiatan produksi ke wilayah ini akan menjadi kelanjutan dari tren yang sudah terjadi. Ketegangan hubungan perdagangan mungkin akan mempercepat tren ini dalam jangka pendek, yang akan memengaruhi secara positif negara-negara yang memiliki kapasitas produksi, seperti Filipina dan Vietnam, tetapi pergeseran rantai pasokan dalam skala besar bukanlah sesuatu yang dapat terjadi dalam semalam.

“Jika ketegangan perdagangan berlangsung lama, Thailand, Malaysia, dan Vietnam akan menikmati keuntungan selektif dari pengalihan ekspor,” tandas Dutta.

Perusahaan Asean fokus terhadap peningkatan teknologi untuk rantai pasokan

Dengan peningkatan produksi dalam genggaman negara-negara anggota Asean, teknologi akan menjadi elemen kunci dalam mengelola peningkatan kapasitas yang terjadi. Tampaknya, peningkatan teknologi akan menjadi fokus untuk banyak perusahaan Asean.

Menurut HSBC Navigator, 37% responden di Asean berfokus terhadap peningkatan adopsi konsep digital dan teknologi dalam bisnis mereka. Bagi 34% responden Asean peningkatan penggunaan teknologi menjadi rencana utama dalam 3 tahun ke depan.

Duta berharap akan adanya resolusi untuk perang proteksionisme perdagangan antara AS dan China. Perusahaan-perusahaan di kawasan Asean harus mempersiapkan diri untuk ketegangan yang terjadi dalam jangka menengah.

Perusahaan yang mempertimbangkan untuk memindahkan rantai pasokan mereka ke kawasan Aseam harus mengajukan banyak pertanyaan kepada diri mereka sendiri, ‘apakah ada kapasitas lokal, bagaimana pabrik akan menerima bahan mentah, apakah mereka memiliki kapasitas sumber daya manusia yang cukup, apakah sebaiknya membangun pabrik baru, atau apakah mereka akan diizinkan?

“Teknologi akan menjadi benang merah di antara pertanyaan-pertanyaan yang muncul dan akan menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik,” tutup Dutta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.