Perbaiki Kualitas, BSM Bukukan Laba Rp325,4 Miliar

Upaya Manajemen BSM untuk terus fokus pada peningkatan kualitas membuahkan hasil. Sepanjang tahun 2016, Bank Syariah Mandiri mencatatkan kinerja yang baik untuk seluruh indikasi.

Pelayanan di salah satu cabang Bank Syariah Mandiri
Pelayanan di salah satu cabang Bank Syariah Mandiri

Dari sisi kualitas aktiva produktif perseroan mencatatkan perbaikan NPF (gross) semula 6,1% per Desember 2015 menjadi 4,9% per Desember 2016. Sementara NPF (nett) turun dari 4,1% per Desember 2015 menjadi 3,1% per Desember 2016. BSM berhasil mengumpulkan recovery ex write off  termasuk margin per Desember 2016 sebesar Rp537 miliar.  ’’Alhamdulillah kinerja kami sudah on track, makin membaik,’’ ujar Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Agus Sudiarto.

Tahun 2016, Manajemen mulai mengimplementasikan Corporate Plan 2016-2020 setelah pada tahun 2014 dan 2015 melakukan konsolidasi untuk fokus menangani pembiayaan bermasalah.

Sepanjang tahun 2016, Manajemen melakukan penguatan fungsi 3 pilar (bisnis, risk,  dan operation), membentuk command center  untuk memonitor nasabah yang menunggak, mengimplementasikan stop & go policy, baik per produk maupun per unit atas dasar threshold, meningkatkan kemampuan dan kompetensi tenaga telecollection, program reward berupa insentif penagihan, serta melakukan lelang jaminan.

Dengan semua langkah tersebut, Manajemen berhasil membukukan laba operasional sebelum beban PPAP/CKPN sebesar Rp1,60 triliun. Secara konsisten perseroan juga memperkuat rasio pencadangan dengan membentuk biaya PPAP sebesar Rp1,17triliun. ‘’Sehingga rasio cash coverage meningkat menjadi 67,25% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar  58,11%,” jelas Agus.

Adapun laba bersih yang dibukukan BSM per Desember 2016 mencapai Rp325,4 miliar, naik 12,38% dibanding laba BSM per Desember 2015 yang sebesar Rp289,6 Miliar.

Direktur Utama BSM Agus Sudiarto menyampaikan perolehan laba bersih selain berasal dari perbaikan kualitas aktiva produktif dan juga ditopang oleh meningkatnya pendapatan bersih, pengendalian biaya overhead serta penghematan biaya CKPN.

Total pendapatan bersih BSM per Desember 2016 naik sebesar 12,72% menjadi Rp4,96 triliun dari semula Rp4,40 triliun per Desember 2015.

Untuk aspek efisiensi, Perseroan mampu menekan biaya operasional diindikasikan dengan BOPO menjadi 94,12% per Desember 2016 dibanding 94,78% pada periode yang sama tahun sebelumnya, serta Cost to Income Ratio (CER) mencapai 61,19% membaik dibandingkan periode sebelumnya sebesar 61,77%.

Agus Sudiarto juga mengungkap per Desember 2016 aset BSM mencapai Rp78,8 Triliun, naik 12,03% (yoy) dari Rp70,4 Triliun pada Desember 2015 dan tetap menjadi bank syariah dengan aset terbesar.

Peningkatan aset antara lain ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 12,62% (yoy) dari Rp62,1 Triliun per Desember 2015 menjadi Rp69,9 Triliun per Desember 2016. Sekitar 49,58% atau sebesar Rp34,7 Triliun dari total DPK merupakan Low Cost Fund (Giro dan Tabungan) atau dana murah.

Di tahun 2016, BSM juga mendapatkan penambahan dana setoran modal sebesar Rp500 miliar dari Bank Mandiri pada bulan November 2016. Saat ini BSM masuk ke dalam bank kategori Buku III dengan dengan modal inti di atas Rp5 triliun. Sehingga, dari sisi permodalan BSM semakin kuat dengan indicator capital adequacy ratio (CAR) per Desember 2016 sebesar 14,01%, meningkat dari 12,85% dibandingkan Desember 2015.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.