Perhatikan! 5 Tren dan Prediksi di Industri Kesehatan Indonesia Tahun 2022

Sigal Atzmon, CEO & Presiden Medix
Sigal Atzmon, CEO & Presiden Medix

Marketing.co.id – Berita Marketing | Pandemi telah mempercepat adopsi layanan kesehatan digital di Indonesia. Medix Group  memperkirakan hal ini akan berlanjut bahkan lebih pesat pada tahun 2022.
COVID-19 telah terbukti menjadi game-changer dalam banyak aspek kehidupan, terutama di sektor perawatan kesehatan dan bagaimana kita mengelola dan menerima perawatan. Yang paling penting dari perkembangan positif dalam industri ini adalah kolaborasi antara pemerintah dan bisnis.
Sigal Atzmon, CEO & Presiden Medix, mengatakan, “Pandemi telah membuktikan betapa pentingnya perawatan jarak jauh. Medix berharap dapat bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk membantu meningkatkan sistem perawatan kesehatan negara dan perekonomian masyarakat Indonesia”.
Medix melihat setidaknya ada 5 tren teratas di industri Kesehatan tahun 2022, yang harus diperhatikan, di antaranya:
Tren #1: Adopsi layanan kesehatan digital dengan cepat mendapatkan momentum
Menurut survei Medix Medical Monitor Research yang dilakukan Kantar pada Juni 2021, sembilan dari sepuluh atau 92% masyarakat Indonesia mengatakan pandemi meyakinkan mereka akan manfaat perawatan kesehatan digital. Responden menambahkan bahwa mereka akan menggunakan aplikasi digital saat mencari saran dan perawatan medis. Angka tersebut mengalami kenaikan yang signifikan dari 64% masyarakat yang menggunakan aplikasi digital sebelum pandemi.
Sebagai imbas dari ketakutan dan pembatasan sosial, 90% masyarakat mengatakan mereka akan mencari nasihat medis melalui konsultasi jarak jauh. Mempertimbangkan temuan ini dan jumlah pengguna internet yang sangat besar, Medix memperkirakan layanan kesehatan digital dan penggunaan aplikasi untuk mencari saran dan perawatan medis, akan dengan cepat mendapatkan momentum di Indonesia selama tahun 2022.
Medix memprediksi mayoritas masyarakat Indonesia akan memiliki akses ke perawatan medis melalui alat kesehatan digital. Aplikasi yang dipersonalisasi akan memungkinkan kita untuk memasukkan data kesehatan kita, sekaligus juga mendapat informasi yang lebih baik tentang pengembangan perawatan dan penyakit.
Penyedia layanan medis akan berada dalam posisi untuk sepenuhnya memantau data dan berinteraksi dari jarak jauh dengan pasien, memungkinkan dokter memiliki pemahaman yang lebih baik dan lebih terinformasi tentang kebutuhan dan kondisi masing-masing pasien. Data yang dikumpulkan juga akan mengarah pada peningkatan skrining, diagnosis, dan perawatan masyarakat secara keseluruhan. Pada saat yang sama, privasi harus dilindungi dan keamanan medis harus terjamin.
Tren #2: Dampak kesehatan mental akibat pandemi akan makin intens
Pandemi COVID-19 sangat membebani kesehatan mental banyak masyarakat Indonesia. Selain kekhawatiran tentang keselamatan dan trauma menghadapi penyakit serius dan kematian, jutaan orang Indonesia menghadapi kesulitan keuangan; efek kesehatan mental ini juga menjalar ke tempat kerja. Hampir satu dari tiga anak muda di Indonesia (29%) mengatakan mereka sering merasa depresi atau kurang tertarik untuk berpartisipasi, menurut survei yang dilakukan oleh UNICEF dan Gallup di 21 negara pada paruh pertama tahun 2021.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa program bantuan langsung tunai telah mengurangi bunuh diri sebesar 18% di Indonesia. Medix memprediksi penguatan layanan kesehatan mental di Indonesia akan menjadi kebutuhan mendesak pada tahun 2022. Melalui Layanan Manajemen Kesehatan Jiwa Medix, perusahaan berkomitmen untuk mendukung masyarakat Indonesia dalam mengatasi kekhawatiran mereka.
Prediksi #3: Anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan akan tetap menjadi prioritas
Anggaran pemerintah untuk sektor kesehatan akan tetap menjadi prioritas pada tahun 2022, dibandingkan tahun 2017 – 2020. Namun, pembiayaannya cenderung menurun, dibandingkan dengan tahun 2021, karena pandemi terkendali dan kasus menurun. Pemerintah Indonesia menetapkan alokasi anggaran kesehatan sebesar Rp255,3 triliun pada tahun 2022, yang merupakan 9,4% dari APBN. Terdiri dari anggaran kesehatan reguler Rp139,4 triliun dan anggaran PEN (COVID-19) Rp115,9 triliun.
Anggaran kesehatan reguler meningkat 22,9% dibandingkan tahun 2019 (pra-COVID), karena alokasi yang lebih tinggi untuk angsuran JKN dan anggaran untuk sistem reformasi kesehatan. Anggaran pemerintah untuk anggaran perawatan kesehatan mengalami pertumbuhan yang solid sebesar 8,6% CAGR dari tahun 2017 – 2022, menunjukkan peningkatan permintaan akan layanan dan produk perawatan kesehatan di Indonesia.
Prediksi #4: Transformasi layanan kesehatan oleh teknologi digital memberikan perawatan yang fokus pada pasien dan lebih hemat biaya.
Menurut studi industri eHealth yang dilakukan Deloitte Indonesia, Bahar Law Firm, dan Chapters Indonesia tentang masa depan industri kesehatan, telekonsultasi kemungkinan akan melibatkan empat domain aplikasi yang berbeda, yang umumnya dikenal sebagai synchronous (live video), asynchronous (store-and-forward), Remote Patient Monitoring (RPM), dan mobile health (m-Health).

  • Synchronous: Interaksi langsung dua arah antara pasien dan penyedia layanan kesehatan menggunakan teknologi telekomunikasi audiovisual. Layanan ini real-time dan dapat menjadi pengganti pertemuan langsung jika tidak memungkinkan.
  • Asynchronous: Jenis transmisi riwayat kesehatan yang direkam, yang dapat mencakup video dan gambar digital yang telah direkam sebelumnya (X-ray dan foto). Misalnya, melalui sistem komunikasi elektronik yang aman ke praktisi spesialis, yang menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi kasus. Jenis layanan ini menyediakan akses ke data perawatan kesehatan setelah dikumpulkan, dan akan melibatkan alat komunikasi seperti email yang aman.
  • Remote Patient Monitoring: Pengumpulan data kesehatan dan medis dari seorang pasien di lokasi tertentu dan melalui teknologi komunikasi elektronik. Data ini kemudian ditransmisikan ke penyedia layanan kesehatan melalui layanan pemrosesan data untuk digunakan dalam perawatan dan dukungan terkait. Jenis layanan ini memungkinkan penyedia untuk melacak data perawatan kesehatan pasien setelah mereka dipulangkan ke rumah atau fasilitas perawatan mereka. Metode ini mengurangi tingkat pasien yang kembali ke rumah sakit.
  • Mobile Health: Ini berpusat pada perangkat komunikasi seluler, seperti ponsel, komputer tablet, dan PDA, yang mendukung praktik dan edukasi perawatan kesehatan dan kesehatan masyarakat. Aplikasi dapat berupa pesan teks bertarget yang mempromosikan perilaku sehat hingga peringatan berskala luas tentang wabah penyakit.

Prediksi #5: Modernisasi infrastruktur kesehatan Indonesia masih menjadi tantangan
Melalui paparannya, Sigal menyampaikan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan kesehatannya. Misalnya, salah satu isu utama adalah kurangnya sumber daya. Salah satu metriknya, menurut data Bank Dunia, adalah rasio dokter terhadap populasi — hanya ada 0,4 dokter per 1.000 orang di Indonesia (dibandingkan dengan 2 dokter di Cina, 1,5 di Malaysia, dan 2,3 di Singapura) dan hanya 1,2 ada tempat tidur rumah sakit untuk 1.000 orang (dibandingkan dengan 4,3 tempat tidur di Cina, 1,9 di Malaysia, dan 2,5 di Singapura).
Selain itu, Indonesia menghadapi tantangan geografis karena penduduknya tersebar di ribuan pulau terpencil (menyulitkan akses ke kesehatan), ditambah kekhawatiran akan transparansi data, dan kesenjangan dalam keterampilan dan standar internasional.
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.