Perkembangan Kartu Kredit

Berkembangnya kartu kredit selain ditunjang oleh kondisi ekonomi yang semakin membaik, juga karena kartu ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kota. Namun di sisi lain, persaingan di bisnis kartu kredit terlihat semakin ketat.

“Mau cash atau pakai kartu kredit, Pak/Bu?” Ucapan ini sering kita dengar ketika kita melakukan pembayaran sehabis berbelanja di pasar swalayan atau makan di restoran. Sekarang ini, hampir di seluruh supermarket sudah disediakan fasilitas untuk bertransaksi menggunakan kartu kredit. Kalau dulu, kartu kredit dipakai untuk berjaga-jaga jika ada kebutuhan yang penting dan mendadak. Lambat laun, penggunaan kartu kredit telah bergeser menjadi alat pembayaran sehari-hari, melebihi uang biasa.

Kini, kita tak perlu lagi membawa segepok uang untuk keperluan sehari-hari. Cukup menyimpan kartu plastik berukuran panjang 8,5 cm dan lebar 5,4 cm di dompet, dan menggeseknya di lokasi belanja berlogo Visa, MasterCard, BCA, American Express, Maestro, dan lain sebagainya. Maka itu, jangan heran bila sekarang tidak sedikit orang yang punya kartu kredit lebih dari satu.

Perkembangan bisnis kartu kredit di Indonesia kini makin semarak. Hal ini terlihat dari terus bertambahnya jenis kartu kredit yang diterbitkan, meningkatnya jumlah nasabah, dan melonjaknya jumlah kartu kredit beredar maupun nilai transaksinya dalam enam tahun terakhir (2005–2010). Jika pada tahun 2005 jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia tercatat 8,34 juta kartu dengan nilai transaksi Rp 51,67 triliun, pada tahun 2009 jumlah kartu beredar telah menjadi 13,41 juta kartu dengan nilai transaksi Rp 137,25 triliun. Hingga akhir tahun 2010, jumlah kartu kredit beredar di Indonesia diprediksi akan mencapai sekitar 14,15 juta kartu dengan nilai transaksi sekitar Rp 157,48 triliun.

Pertumbuhan yang signifikan ini menunjukkan bahwa kartu kredit kini makin populer sebagai alat pengganti uang cash, bahkan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern di Indonesia,  seperti halnya di mancanegara. Selain dipicu oleh perkembangan lifestyle masyarakat di kota-kota besar, pertumbuhan bisnis kartu kredit ini juga ditunjang oleh beragamnya program menarik yang ditawarkan perusahaan penerbit, mengikuti selera dan kebutuhan nasabah yang makin bervariasi. Berbagai tawaran kartu kredit yang menarik saat ini banyak bertebaran di sejumlah media cetak, elektronik, media on line, dan juga melalui layanan SMS.

Jumlah Penerbit kartu Kredit

Kalangan perbankan cukup optimistis bahwa di masa depan, bisnis kartu kredit dapat memberikan keuntungan yang signifikan, selain pendapatan dari sektor kredit lainnya. Sebagai implementasinya, perbankan nasional saat ini terlihat cukup berani mengandalkan penyaluran kreditnya ke berbagai sektor konsumer, termasuk ke sektor kartu kredit. Untuk menggenjot fungsi intermediasinya, bisnis kartu kredit dinilai mampu memberikan kontribusi tinggi sebagai pendapatan nonbunga perbankan (fee based income), sebagai alternatif lain dari pendapatan bunga kredit (interest income).

Makin bertambahnya jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia, yang disertai kenaikan pendapatan per kapita seiring membaiknya kondisi ekonomi makro nasional, juga menjadi faktor pendorong lainnya  bagi prospek pemasaran kartu kredit  di Indonesia.

Melihat peluang pasar yang masih besar ini, sejumlah perusahaan penerbit kartu kredit—baik dari lembaga perbankan maupun perusahaan pembiayaan—terdorong untuk semakin gencar melakukan promosi dan berlomba-lomba menawarkan berbagai jenis kartu kredit baru dengan segala fasilitas dan keunggulannya. Meskipun jumlah perusahaan penerbit kartu kredit di Indonesia tidak mengalami pertambahan dalam tiga tahun terakhir, jenis kartu kredit yang diterbitkan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.

Berdasarkan data teraktual yang diperoleh, hingga Oktober 2010 jumlah perusahaan penerbit kartu kredit di Indonesia tercatat ada sebanyak 20 perusahaan; lembaga perbankan masih mendominasi bisnis kartu kredit ini, yaitu sebanyak 19 buah bank, yang terdiri dari 4 bank asing, 1 bank campuran, 11 bank swasta nasional, 3 bank BUMN, dan 1 perusahaan pembiayaan.

Sejumlah pemain terkemuka sekaligus yang menguasai pangsa pasar bisnis kartu kredit di Indonesia selama ini, di antaranya Citibank, HSBC, BCA, BNI, Bank Mandiri, dan GE Finance. Jika dilihat perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir, jumlah seluruh perusahaan penerbit hingga Oktober 2010 tidak berbeda dengan tiga tahun lalu. Pada tahun 2007, jumlah perusahaan penerbit kartu kredit  di Indonesia juga tercatat sebanyak 20 perusahaan.

Maraknya bisnis kartu kredit di Indonesia saat ini lebih terlihat dari banyaknya jenis kartu kredit yang diluncurkan. Kendati jumlah perusahaan penerbitnya tidak mengalami pertambahan, jenis kartu kredit yang diterbitkan mengalami kenaikan 32,9% dalam tiga tahun terakhir, yaitu dari sebanyak 76 jenis kartu kredit di tahun 2007 menjadi 101 jenis kartu kredit pada November 2010.

Dari 101 jenis kartu kredit yang beredar hingga November 2010, 26 produk kartu di antaranya diterbitkan oleh bank asing, 6 produk kartu diterbitkan bank campuran, 49 produk kartu diterbitkan oleh bank swasta nasional, 18 produk kartu diterbitkan oleh bank BUMN, dan 2 produk kartu lainnya diterbitkan oleh perusahaan pembiayaan.

Semakin Ketat Persaingannya

Di tengah maraknya kembali bisnis kartu kredit di Indonesia saat ini, tak dapat disangkal tingkat persaingan di antara perusahaan-perusahaan penerbit juga semakin ketat. Makin ketatnya kompetisi di industri kartu kredit ini pun diakui sejumlah pimpinan card center terkemuka di Indonesia, baik dari kalangan perbankan maupun perusahaan pembiayaan yang terjun di bisnis uang plastik ini. Di sisi lain, para pelaku bisnis kartu kredit sendiri meyakini bahwa potensi pasar kartu kredit di Indonesia masih besar, yang merupakan peluang bagi mereka untuk terus berlomba memperebutkan pangsa pasar.

Para pimpinan card center juga menyadari bahwa untuk mampu bersaing dalam merebut pasar, potensi pasar yang besar ini tidak akan membuahkan hasil yang optimal tanpa disertai strategi pemasaran yang efektif dari tiap-tiap perusahaan penerbit. Karena itu, terlihat perusahaan-perusahaan penerbit—baik kalangan perbankan maupun perusahaan pembiayaan—berlomba menerapkan sejumlah strategi jitu agar tetap mampu bertahan dan makin memperluas pangsa pasarnya.

Di antara sejumlah strategi yang banyak dilakukan perusahaan penerbit saat ini, mereka terlihat makin selektif dalam mempertahankan jenis kartu kredit yang disukai dan dibutuhkan pasar, berlomba memanjakan konsumen dengan berbagai fasilitas dan layanan teknologi tinggi, serta mencoba meluncurkan produk kartu kredit baru yang inovatif dan diminati pasar.

Di samping itu, strategi lainnya yang tidak kalah penting untuk menarik minat konsumen adalah tingkat suku bunga yang ditawarkan, kemudahan persyaratan menjadi anggota—seperti syarat gaji minimum per tahun dan besarnya iuran tahunan, serta besarnya denda yang dikenakan jika terjadi keterlambatan pembayaran. Sejumlah faktor inilah yang turut mewarnai ketatnya persaingan di antara para pelaku bisnis kartu kredit di Indonesia dalam kompetisi merebut pangsa pasar seoptimal mungkin. (Majalah MARKETING)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.