Perlunya Subsidi Internet

Internet sudah menjadi kebutuhan yang mendasar bagi manusia masa kini, bersanding dengan listrik, BBM, air, dan sembako dalam daftar pengeluaran bulanan masyarakat. Meski beberapa ahli masih menggolongkan internet sebagai barang mewah, pada kenyataannya hampir semua segmen konsumen telah menggunakannya, termasuk sebagian keluarga miskin di Indonesia.

SUBSIDI INTERNET

Memang sulit bagi seseorang untuk hidup di era modern ini tanpa internet. Ada beberapa cara yang ditempuh konsumen untuk mengakses internet: (1) mencari internet gratis; (2) membeli kuota data via ponsel; dan (3) memasang internet berlangganan. Dua cara terakhir memiliki konsekuensi, mereka harus menyediakan pengeluaran ekstra untuk membayar internet.

Berapa besar pengeluaran ekstra tersebut? Rata-rata provider seluler mematok biaya langganan data internet sebesar Rp50.000 sampai Rp100.000. Sementara penyedia internet berlangganan mematok harga antara Rp100.000–Rp300.000 untuk paket basic.

Sekilas biaya tersebut terlihat kecil, tapi bagi keluarga menengah ke bawah dengan pendapatan Rp2 juta per bulan, itu mengambil 2,5% sampai 5% dari total pendapatannya per bulan. Untuk keluarga miskin, persentasenya semakin besar, bahkan bisa mencapai 10% dari pendapatan mereka. Tentu saja persentase yang tidak kecil ini punya dampak yang harus diantisipasi.

Terutama karena seharusnya uang untuk membeli kuota atau membayar langganan internet itu bisa dipakai untuk membeli susu atau sumber protein lain, sehingga anak-anak di keluarga tersebut menjadi lebih sehat dan cerdas. Juga bisa digunakan untuk hal yang produktif bagi individu yang belum berkeluarga, misalnya ditabung untuk menyiapkan masa depan mereka, seperti menikah dan melanjutkan pendidikan. Namun kenyataannya, seorang kepala keluarga kemungkinan besar akan lebih memilih mengurangi konsumsi makanan dibanding tidak bisa mengakses internet, atau seorang mahasiswa lebih memilih membeli kuota internet dibanding menabung uang saku mereka untuk investasi masa depan.

Jika hal ini dibiarkan, maka internet berpotensi menurunkan kualitas hidup masyarakat. Salah satu cara untuk mengurangi dampak ini adalah memberikan subsidi internet. 

Mengapa Harus Subsidi?

Internet memang punya efek stickiness (kelengketan) pada manusia yang pernah menggunakannya. Sehingga sekali mencoba, maka manusia tersebut akan selamanya tergantung pada internet.

Bahkan jika tingkat ketergantungan (atau kecanduan) tersebut sudah sangat tinggi, seseorang akan berani mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi demi tambahan kuota data internet. Sehingga ia berani mengorbankan konsumsi untuk hal lain.

Inilah yang membuat saya mengusulkan program subsidi internet. Pemerintah punya tanggung jawab untuk menjadikan internet bisa diakses secara luas dan gratis, agar pendapatan keluarga menengah bawah tidak tergerus jumlahnya.

Subsidi ini penting, karena tujuan jangka panjangnya untuk menjaga agar nutrisi yang diterima anak-anak Indonesia tidak terkurangi karena orang tua mereka harus membayar biaya berlangganan internet yang cukup besar.

Untuk menjaga agar subsidi ini tidak terlalu berpengaruh pada pendapatan para pemain di industri telekomunikasi, maka pemerintah bisa melakukan levelling seperti yang dilakukan pada subsidi BBM. Pemerintah memberikan batasan kecepatan koneksi internet bersubsidi pada tingkat yang lebih rendah dibanding produk paling dasar yang ditawarkan operator seluler dan ISP. Misalnya saat ini kecepatan paling rendah yang ditawarkan para pemain adalah 1Mbps, maka internet bersubsidi hanya diperkenankan memiliki kecepatan maksimal 512 Kbps. Sehingga internet bersubsidi nantinya tidak akan mengkanibalisasi seluruh pasar yang ada.

Lalu, apa saja bentuk platform untuk memberikan subsidi internet?

Subsidi via Strategi Push dan Pull

Dalam menyalurkan subsidi internet, setidaknya ada dua pendekatan yang bisa dipilih. Pertama adalah pendekatan push, yaitu menyediakan internet bersubsidi secara masif dalam satu lingkup area tertentu. Kedua adalah pendekatan pull, yaitu mengundang masyarakat untuk mendatangi platform yang menyalurkan internet bersubisidi.

Pendekatan push misalnya, dapat dijembatani dengan teknologi yang dinamakan “Super Wi-Fi”. Ini adalah jaringan internet nirkabel dengan coverage antara 30 sampai 50 kilometer persegi. Frekuensi yang digunakan biasanya di bawah frekuensi Wi-Fi biasa. Luasnya jangkauan Super Wi-Fi membuat pemerintah tidak perlu memasang modem wi-fi di banyak lokasi.

Super Wi-Fi sudah diujicobakan di beberapa kota di Kanada dan Amerika Serikat, dan dilaporkan sukses memberikan akses internet kepada hampir seluruh populasinya. Selain itu, juga dilaporkan bahwa teknologi ini mampu mengurangi biaya secara signifikan, karena pemerintah kota tak perlu melakukan investasi terlalu besar pada alat, staf, dan biaya perawatan. Biaya langganan yang harus dibayarkan pemerintah kepada provider internet juga lebih murah.

Jika teknologi Super Wi-Fi ini bisa diterapkan di berbagai daerah, maka pemerintah bisa dengan efektif menyalurkan subsidi internet. Masyarakat tidak perlu lagi datang ke ruang-ruang publik untuk mencari hotspot Wi-Fi gratis yang disediakan pemerintah maupun korporasi. Mereka bisa menikmati akses internet gratis tersebut di rumah mereka masing-masing.

Sementara pendekatan pull, dapat dijembatani oleh teknologi Single Sign On (SSO), yaitu sebuah identitas tunggal untuk masuk ke suatu sistem. Melalui SSO, seseorang bisa mengakses layanan digital (seperti internet gratis) di mana pun ia berada. Dengan kata lain, seorang warga Madiun tidak perlu berada di Madiun untuk bisa menikmati internet gratis. Dia bisa menggunakan ID SSO-nya untuk login ke wifi.id milik Telkom misalnya (yang sudah tersebar di seluruh Indonesia). Bayangkan mahasiswa asal Madiun yang sedang kuliah di Jakarta namun uang sakunya pas-pasan. Dia bisa mendapat akses internet gratis di Jakarta ke wifi.id milik Telkom dengan ID SSO yang disediakan pemerintah.

Jika internet dari Super Wi-Fi hanya bisa dinikmati di satu wilayah tertentu saja, internet via SSO bisa dinikmati di seluruh Indonesia. Inilah bentuk subsidi yang bisa melintasi batas wilayah.

Subsidi internet lewat gabungan dua teknologi ini akan menjadikan masyarakat lebih sejahtera. Sekaligus punya dampak yang strategis bagi bangsa ini karena bisa mempertahankan jumlah asupan nutrisi bagi anak-anak Indonesia di masa depan. Orang tua akan bisa menyisihkan uang lebih banyak untuk ditabung sebagai investasi bagi anak mereka di masa depan. Jika ini bisa terjadi, maka generasi muda kita akan lebih unggul dan berdaya saing tinggi.

 

Harryadin Mahardika

Kepala Program Magister Manajemen FEB-UI

MM.11.2017

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.