Pertanian Harus Manfaatkan Teknologi Untuk Atasi Ketersediaan Pangan

Di masa mendatang Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi global. Beberapa pengamat memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara terbesar ketujuh di dunia pada 2030. Namun di tengah optimisme tersebut, Indonesia dihadapkan pada masalah mendasar sebagai bangsa. Masalah yang harus segera dicarikan solusinya tersebut yaitu ketersediaan pangan dan kelaparan.

Shinta Kamdani, Presiden Indonesia Business Council For Sustainable Development mengatakan, sebanyak 70 persen penduduk Asia mengalami malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup. Indonesia sebagai bagian dari Asia mengalami masalah yang sama. Shinta mengatakan angka Global Hunger Index Indonesia mencapai 21,9 persen.

“Di bandingkan negara tentangga posisi Indonesia hanya di atas Laos dan Myanmar,” tutur Shinta dalam jumpa pers acara ‘Responsible Business Forum on Food and Agriculture’, di Jakarta (14/03).

Digelarnya Responsible Business Forum on Food and Agriculture dimaksudkan untuk membahas dan mencari terobosan-terobosan baru di bidang ketersediaan pangan di masa depan. Acara ini diikuti berbagai kalangan, antara lain pemerintahan, organisasi pangan dunia (FAO), dan korporasi.

Franky Widjaja, Chairman & CEO, Golden Agri-resources (dua dari kiri), Bambang Brodjonegoro, Minister for National Development & Planning Indonesia (dua dari kanan) dan  Sinta Kamdani,President, Indonesia Business Council for sustainable development (kanan) foto: Lia
Franky Widjaja, Chairman & CEO, Golden Agri-resources (dua dari kiri), Bambang Brodjonegoro, Minister for National Development & Planning Indonesia (dua dari kanan) dan Sinta Kamdani,President, Indonesia Business Council for sustainable development (kanan). foto: Lia

 

 

 

Shinta menambahkan, dibandingkan dengan penyelenggaran sebelumnya, tahun ini ada kesinambungan dengan program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development Goal/SDG). SDG  adalah seperangkat program dan target pembangunan untuk dan oleh semua negara anggota PBB, termasuk Indonesia. SDG berlaku sejak 2016 hingga 2030. SDG menggantikan Tujuan Pembangunan Milenium (MDG), yang berakhir 2015.

Mengenai rencana aksi kepada petani, Shinta mengatakan salah satu program yang bakal digulirkan pembiayaan kepada para petani. Program ini akan digalang oleh beberapa perusahaan. “Kita sudah bicara dengan beberapa bank pemerintah, tapi prinsipnya kita bicara juga soal bunga bank agar terjangkau (bagi para petani), perusahaan harus mensubsidi bunga,” kata Shinta yang ditemui usai jumpa pers.

Para petani, terutama petani gurem memang harus mendapatkan perhatian lebih. Hal dikarenakan besarnya jumlah petani di Indonesia. Menurut Franky Widjaja, Chairman & CEO Golden Agri-resources jumlah petani di Indonesia mencapai 45 juta. Dia mengatakan dari diskusi yang berkembang, ada empat hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ketersediaan pangan dan nutrisi. Keempat hal tersebut mencakup financing (pembiayaan), teknologi, pengetahuan, dan akses pasar.

Penerapan teknologi di bidang pertanian akan mengubah konsep budidaya pertanian dari good agriculture practise menjadi precision agriculture practise. Teknologi informasi (ICT) menungkinkan pertanian dilakukan dengan presisi yang tinggi,” tutur dia.

Terkait program aksi kepada para petani, perusahaan akan memandang program tersebut bukan sebagai bagian dari tanggung jawab perusahaan (CSR), melainkan masuk dalam  strategi bisnis perusahaan masing-masing.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.