Politik dalam Komunitas Anda

Menarik juga ketika bertemu seorang fungsionaris partai. Orang ini ternyata pernah melanglangbuana di empat partai. Pun dalam partai yang dia dirikan sekarang ini, barangkali kakinya begitu panas untuk hijrah ke partai lain lagi.

Begitu banyak partai yang ikut pemilu, namun kalau ditelusuri sebenarnya partai-partai baru ini banyak yang berasal dari partai-partai utama seperti Golkar, PDIP, PPP, dan lain-lain. Ketidaksamaan aspirasi, kemuakan terhadap para pentolan partai, ataupun tidak adanya lagi benefit yang diraih membuat mereka hijrah ke kelompok lain.

Kelompok-kelompok masyarakat yang bersatu akan membentuk komunitas tertentu, seperti halnya partai. Mereka perlu digerakkan untuk mencapai obyektif tertentu. Bagi para pemain politik, komunitas ini harus digerakkan agar bisa meraih suara sebanyak-banyaknya. Bagi para marketer, komunitas juga harus bisa dipergunakan untuk meraih volume pasar sebanyak-banyaknya.

Kalau komunitas kini menjadi bagian dari strategi marketing yang dibangun oleh sebuah merek, maka marketer harus memahami bahwa komunitas adalah sebuah dinamika alami yang ada di dalam masyarakat. Seseorang akan menjadi anggota komunitas karena adanya upaya untuk mencari identitas di tengah-tengah kemajemukan.

Ketika si Tejo dari Tegal datang dan bersekolah di Jakarta, dia akan bertemu dengan teman-temannya dari berbagai tempat di Indonesia. Kalau Tejo tidak malu sebagai orang Tegal, dia akan berupaya mencari teman-temannya sesama orang Tegal. Tejo kemudian bergabung dengan orang-orang lain dari berbagai profesi dan golongan di dalam komunitas warga tegal (www. warteg.com).

Sama seperti para pengendara motor Honda, penggemar makan bakmi, fans grup musik Queen, anak-anak punk rock, pencinta kereta api, penikmat musik klasik, warga Nias perantauan, dan lain-lain. Mereka ingin berada di satu kelompok yang memiliki identitas yang sama dengan yang mereka miliki.

Kedua, dengan adanya komunitas, mereka akan merasakan adanya kenyamanan di dalam komunitas. Beberapa anggota komunitas otomotif, seperti penggemar mobil Blazer, akan merasa nyaman di dalam komunitas karena bisa mencari informasi seputar perawatan mobil ini yang memang tergolong susah. Para penderita kanker mungkin merasa nyaman jika mereka ada bersama orang-orang penderita kanker lainnya.

Ketiga, adanya komunitas dapat melakukan kontrol maupun perubahan terhadap sesuatu. Komunitas terbentuk karena mereka melihat adanya ketidakseimbangan di dalam kelompok masyarakat, atau adanya nilai-nilai yang semakin tererosi.  Kelompok wanita anti rokok, gerakan anti madat, dan kelompok pencinta lingkungan misalnya, adalah komunitas yang terbentuk karena hal ini.

Biasanya, semakin ke arah nomor tiga, mereka akan menjadi komunitas yang radikal karena lebih punya obyektif yang demikian keras ingin diraih. Program kerjanya pun lebih nyata dibanding kelompok pertama, yang lebih “cair” dan kadang memang tidak punya tujuan yang jelas. Kelompok pertama ini biasanya hanya senang kongkow-kongkow, bergaul, dan rame-rame wisata bersama.

Ledakan industri telekomunikasi dan internet kemudian semakin menumbuh-suburkan komunitas ini. Hanya dengan mendaftarkan diri pada Yahoo Group atau lewat Facebook, misalnya, komunitas Anda akan berkembang secepat air. Kelompok pertemanan yang saling berjauhan pun dengan cepat langsung terhubung. Ini berbeda dengan metode konvensional yang dipakai oleh partai, di mana Anda harus memiliki jumlah anggota minimum dan kepengurusan minimal di berbagai daerah untuk menjadi sebuah partai.

Sebagai marketer, semakin berkembangnya komunitas akan membuat Anda gembira. Sekalipun hal ini bisa menumbuhkan persoalan-persoalan baru. Apalagi untuk komunitas organik yang tumbuh dari bawah, perpecahan organisasi bisa menjadi problem nyata yang dihadapi. Loyalitas anggota yang berkurang terkadang bukan masalah kecintaan kepada merek yang mulai pudar. Bisa jadi mereka tidak merasakan adanya benefit nyata dari organisasi tersebut, aspirasi yang tidak sampai, bahkan muak terhadap pengurus komunitas. Moderator dalam sebuah milis yang terlihat condong pada satu paham tertentu pun bisa membuat anggota keluar. Mereka bisa jadi membentuk komunitas sempalan, komunitas perjuangan atau komunitas anti kemapanan.

Itulah sebabnya, beberapa marketer pun memilih untuk berhati-hati dalam mengelola komunitas. Atau, kalau boleh dikatakan, mereka juga pusing terhadap komunitas. Kadang-kadang muncul komunitas-komunitas baru yang “jengkelin”. Mereka  punya informal leaders yang terlalu menekan, minta tunjangan dana macam-macam padahal tidak lagi mendatangkan penjualan. Mungkin mereka pencinta tipe-tipe lama produk Anda, yang membuat Anda harus selalu terus menyuplai spare part untuk tipe tersebut, padahal secara bisnis tidak menguntungkan.

Hati-hati juga pada saat komunitas sudah menjadi kelompok pengontrol. Mereka menjadi pengritik produk Anda. Mereka bisa marah kalau Anda tidak menjawab kritik mereka. Dari kelompok yang berideologi brand Anda (your brand is my religion) menjadi kelompok anti brand Anda (your brand is sucks!)

Intinya, komunitas adalah sebuah kelompok yang tercipta dari dinamika manusia. Pada saat komunitas berkembang dan menjadi besar akan berpotensi untuk menimbulkan ketidakstabilan organisasi dan hal ini bisa merusak merek Anda sendiri. Untuk itulah, Anda harus menjadi politisi yang ulung di dalam komunitas tersebut! (www.marketing.co.id)

1 COMMENT

  1. Pagi Bpk/Ibu,Sy dr PT. Clianta Hugo Satunggal, mh info mengenai harga siku rak bhn dr besi kal ada, kuarun : 6 cm x 6 cm x 3 mm x 4 m, dapat kiranya penawaran d email k kami segera (urgent). Apakah barang tsb ready atau hrs indent? kal indent kira2 brapa lama? Mh kbr segera (sy tungg siang ini khabarnya).Terima kasih.Rgrads,Nining

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.