Populasi Konsumen Digital Asia Tenggara Capai 310 Juta di Akhir 2020, Indonesia Sumbang 68%

Marketing.co.id – Berita Digital | Konsumen digital di Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai sekitar 310 juta pada akhir 2020 dan Indonesia mendominasi setengah dari populasi tersebut.

Jika pada tahun 2019 lalu konsumen digital Indonesia mencapai 119 juta atau 58% dari total populasi. Maka tahun ini bakal tumbuh menjadi 137 juta atau sekitar 68% dari total populasi.

Temuan ini terungkap dari studi baru Facebook dan Bain & Company berjudul “Digital Consumers of Tomorrow, Here Today”. Studi lanjutan dari “Riding the Digital wave” pada 2019 ini mengupas akselerasi ekonomi digital dan pengaruhnya terhadap masa depan e-commerce di Asia Tenggara.

Menurut Bain & Company, pertumbuhan ini awalnya diperkirakan terjadi di tahun 2025 dalam studi tahun 2019, namun terjadi percepatan lima tahun hanya dalam tahun 2020 saja. Artinya, hampir 70 % konsumen di Asia Tenggara akan beralih ke digital pada akhir tahun.

Baca juga: Pentingnya Digital Branding di Tengah Pandemi

Konsumen di Asia Tenggara tidak hanya berbelanja lebih banyak secara online seperti yang diperkirakan pada 2019, namun mereka juga berbelanja pada kategori yang lebih luas. Dengan kebiasaan transaksi tanpa kontak dan konsumsi dari rumah yang diperkirakan akan terus berlanjut kendati sudah berakhirnya PSBB.

Tren ini sejalan dengan studi terbaru dari Facebook dan Bain & Co “Southeast Asia Digital Consumer Trends that Shape the Next Normal” Juni 2020 lalu, dimana orang-orang pun kini lebih memilih untuk berbelanja bahan makanan secara online, dengan 43% responden di Asia Tenggara melakukannya saat ini.

Di Indonesia sendiri, antara 39% hingga 49% konsumen digital kini membeli secara online bahan makanan dalam kemasan, bahan makanan segar, dan minuman non-alkohol. Kategori tersebut juga menjadi yang paling sering dibeli dalam tiga bulan terakhir.

Selain itu, studi ini juga menunjukkan potensi yang sangat besar untuk membangun loyalitas dan pertumbuhan merek karena pasar e-commerce masih terbagi-bagi. Pada tahun 2020, konsumen digital di Indonesia mengunjungi 5.1 situs online sebelum membuat keputusan pembelian, sebuah  peningkatan yang mencolok dari rata-rata 3.8 situs pada 2019.

Alasan utama yang mendasari perilaku ini adalah konsumen mencari ketersediaan produk yang lebih baik (37%) dan harga produk yang lebih terjangkau (35%). Selain mengunjungi lebih banyak situs, 45% konsumen Indonesia juga mengganti merek yang paling sering mereka beli.

Fase pencarian menjadi tahapan yang sangat penting karena 61% konsumen di Indonesia mengatakan bahwa mereka masih tidak tahu apa yang ingin mereka beli ketika berbelanja online dan 53% (dibandingkan dengan 50% di tahun 2019) mengatakan bahwa mereka mengenal tentang produk dan merek baru melalui platform media sosial, video pendek, dan perpesanan (12%).

Pieter Lydian, Country Director Facebook Indonesia, mengemukakan, satu dekade terakhir ini adalah tentang bagaimana menghadirkan konsumen di ranah online. Hari ini, dengan perpindahan konsumen digital yang pesat dari offline ke online, ditambah dengan perkembangan kebiasaan konsumsi dari rumah.

Baca juga: Faktor Terpenting Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

“Kita akan melihat lebih banyak merek yang mengubah model bisnis mereka lebih dari “omni-channel” untuk memenuhi kebutuhan konsumen di mana mereka berada. Kuncinya adalah bisnis perlu menyesuaikan tren konsumen masa kini yang akan terus membentuk tatanan kebiasaan baru,” ujarnya.

Selanjutnya, laporan ini menemukan bahwa perusahaan penyedia modal untuk investasi di Asia Tenggara mencapai rekor US$ 8,7 miliar untuk modal yang tidak terpakai pada akhir 2019. Hal ini jelas menghadirkan peluang bagi perusahaan rintisan teknologi di Asia Tenggara untuk mengumpulkan lebih banyak dana, bertumbuh, dan bersaing dalam skala yang lebih besar.

“Indonesia adalah negara yang dinamis dan tengah bertumbuh pesat untuk menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi digital secara regional. Jumlah konsumen digital Indonesia telah tumbuh secara eksponensial dan kebiasaan konsumsi mereka membentuk norma baru saat ini. Melihat ke masa depan, belanja online diperkirakan akan meningkat hampir tiga kali lipat pada 2025 dan mencapai nilai hampir US$ 72 Miliar,” ujar Edy Widjaja, Partner dari Bain & Company.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing dan Berita Bisnis

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.