PR VS Advertising

adv-vs-pr

Public Relation (PR) dengan advertising (periklanan) memang kerap berjalan beriringan. Tak jarang banyak yang mengatakan bahwa dua pekerjaan ini sama. Meski sebenarnya profesi ini berbeda. Jika PR diharuskan untuk sering berinteraksi dengan wartawan guna membangun citra pada merek, advertising harus memikirkan cara untuk berpromosi.

Lantas apa saja faktor yang membedakan dua divisi pekerjaan ini.

Promosi

Tak berbeda jauh dengan advertising, PR juga membantu perusahaan dalam meningkatkan jumlah penjualan (promosi). Bedanya, PR lebih fokus dalam membangun citra positif suatu perusahaan. Baik khalayak yang awalnya masih berpikir netral, hingga mereka yang sudah berpikir negatif, PR harus dapat ‘mencuci otak’ mereka hingga berubah menjadi positif.

Sementara advertising hanya fokus pada promosi penjualan produk. Namun begitu, kedua divisi ini saling bahu membahu dalam meningkatkan penjualan. Biasanya, PR bergerak lebih dahulu atau paling lambat berbarengan dengan launching iklan suatu produk demi mendongkrak pemasaran.

pr-vs-advertising-kennethpeter-com3

Efek

Tak dapat dipungkiri bahwa efek yang ditimbulkan dari fungsi PR lebih berpengaruh ketimbang iklan yang dibuat oleh pekerja advertising. Alasannya karena, khalayak kini sudah tidak terlalu percaya dengan apa yang dibicarakan iklan. Mereka beranggapan bahwa iklan memang sengaja dibuat semenarik mungkin untuk memikat calon konsumen.

Berbeda dengan PR yang memiliki cara kerja lebih halus, mereka membuat berbagai berita positif untuk ditulis, baik oleh media online, cetak, atau dipublish oleh media elektronik. Khalayak pun seolah tersihir. Awalnya hanya ingin membaca berita yang bersifat informatif, tapi kemudian menjadi terpengaruh oleh kendali sang PR dalam membangun image tertentu.

Biaya

Dari segi biaya, kerja public relations umumnya lebih murah ketimbang advertising. Ini sudah jelas, karena PR biasanya hanya menyiapkan press release, berbeda dengan tim iklan yang membutuhkan biaya lebih mahal.

Dengan biaya yang lebih murah, PR juga tentunya tidak bisa menyetir pemberitaan menurut apa yang ia inginkan. Semuanya tetap ditulis oleh jurnalis media masing-masing. Sementara advertising, lebih leluasa untuk membuat iklan seperti apa yang diinginkan.

 

Sumber:  ipr.org.uk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.