Produk Kemahalan?

Apakah Anda sedang menjual produk yang kemahalan? Produk kemahalan memang membuat konsumen tidak mau membeli. Produk Anda menjadi tidak kompetitif dan bisa gagal di pasaran. Ada beberapa penyebab produk Anda kemahalan. Ada yang disebabkan oleh faktor internal, dimana Anda tidak bisa bersaing dalam menekan cost production. Akibatnya harga jual menjadi mahal.

Yang sulit dilawan adalah faktor eksternal. Inflasi dan nilai tukar rupiah mendorong cost production meningkat. Akibatnya harga jual Anda terdongkrak naik.

Harga yang kemahalan juga bisa disebabkan daya beli konsumen yang menurun drastis. Kondisi ekonomi yang mengalami depresi bisa menyebabkan konsumen kehilangan kemampuan beli. Akibatnya harga yang tadinya affordable menjadi kemahalan.

produk kemahalanHati-hati juga terhadap permintaan semu yang membuat harga menjadi terlalu tinggi. Banyaknya spekulan yang membeli properti untuk dijual kembali membuat harga di pasaran menjadi tinggi.

Developer melihat permintaan melonjak dengan harga yang tinggi membuat mereka menciptakan proyek-proyek baru. Dengan kondisi ekonomi sedikit bergejolak, konsumen melihat harga properti terasa kemahalan. Tiba-tiba saja permintaan properti di Indonesia merosot hingga 30%.

Banyak yang takut bahwa sektor properti di Indonesia mengalami bubble seperti di Amerika Serikat, yang menyebabkan masyarakat tidak bisa membayar cicilan rumah. Padahal yang sering disampaikan oleh para pakar properti, terjadi over value sehingga konsumen tidak mau membeli.

Sebagai pemain yang menyasar konsumen yang price sensitive, harga kemahalan merupakan mimpi buruk. Mengurangi biaya produksi untuk mengurangi harga jual adalah hal yang sering kali sulit dilakukan. Apalagi jika faktor inflasi dan nilai tukar yang membuat production cost meledak. Harga komponen yang menjadi mahal karena dolar menyebabkan harga mobil menjadi mahal sementara menekan cost production sering kali tidak signifikan untuk menekan harga.

Cara lain adalah mengurangi profit. Beberapa memilih jual rugi demi produknya terjual. Daripada produknya menumpuk di gudang dan inventory cost semakin tinggi, beberapa marketer lebih baik menjual dengan kondisi rugi.

Ketika Indonesia mengalami krisis tahun 1998, para marketer mengubah strategi dengan memecah produk menjadi kemasan kecil, sehingga konsumen bisa membeli dengan harga yang lebih affordable. Di masa itu juga muncul tren kemasan isi ulang, dengan demikian konsumen tidak perlu membeli dalam kemasan botol.

Sebagai marketer pekerjaan menentukan harga memang gampang-gampang susah. Perlu kehati-hatian dalam menghitung production cost dan permintaan. Yang perlu diperhatikan pula adalah bagaimana perilaku konsumen dalam membeli, bagaimana menyikapi kenaikan harga, serta tren ke depan. Kalau tidak, harga Anda terasa kemahalan bagi konsumen dan permintaan atas produk tiba-tiba menghilang.

PJ Rahmat Susanta

Pemimpin Redaksi Majalah Marketing

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.