Promosikan Cotton USA, CCI Berkolaborasi dengan Desainer Fesyen

Marketing – Pemerintah melalui Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) terus membangun industri kreatif di tanah air. Dari beberapa sektor industri kreatif yang menjadi fokus perhatian Bekraf, ada tiga subsektor yang menberikan kontribusi untuk ekspor, yaitu fesyen 54,54%, kriya 39,01, dan kuliner 6,31%.

Untuk terus mendongkrak industri fesyen di tanah air, diperlukan kolaborasi yang optimal berbagai pihak, yakni pemerintah, perusahaan garmen, pelaku fesyen, dan berbagai terkait dengan industri tersebut. Cotton Council International (CCI) menggalang kolaborasi tersebut dengan menggelar Cotton USA Networking 2019.

Bertempat di Hotel Kempinski, Selasa, 30 April 2019, Cotton USA Networking 2019 dihadiri lebih dari 200 pelaku industri tekstil, mulai dari pabrikan kain, desainer, serta berbagai merek fesyen di Indonesia.

Andy Do, CCI Representative Indonesia mengatakan, sejak tiga terakhir pihaknya aktif mendukung industri fesyen di Indonesia.  “Melalui berbagai kolaborasi, sekaligus mengampanyekan lisensi Cotton USA di Indonesia, kami semakin yakin dari waktu ke waktu, pertumbuhan industri fesyen di Indonesia akan menuju tren yang positif,” tutur Andy.

Salah satu rancangan busana yang ditampilkan dalam Cotton USA Networking 2019

Lebih jauh dia mengatakan, Indonesia terpaksa mengimpor katun dari AS, karena iklim dan tanah di Indonesia tidak cocok untuk menghasilkan kapas yang menghasilkan katun berkualitas sama dengan katun dari AS. Indonesia termasuk salah satu negara pengimpor Cotton USA terbesar di dunia. “Kita pengimpor nomor empat di dunia setelah Vietnam, China, dan Turki,” ungkapnya.

Harus diakui Cotton USA harganya memang di atas katun jenis lainnya. Namun kata Andy harga tersebut terbayar dengan kualitas yang diperoleh. “Kalau katun bagus, lebih adem di badan, dicuci berapa kali warnanya masih baik. Kalau katun kualitasnya jelek, baju akan mengecil atau melar setelah dicuci beberapa kali. Cotton USA bahannya bagus dan tahan lama, makanya lebih mahal,” bebernya.

Andy menambahkan, produsen dan desainer yang sudah menggunakan bahan Cotton USA minimal 50 persen pada produk busana mereka berhak mencantumkan label Cotton USA.” Ini artinya produk tersebut berkualitas tinggi dan harganya memang lebih tinggi,” tuturnya.

Andy Do, CCI Representative Indonesia (paling kiri) berfota bersama usai diskusi di Cotton USA Networking 2019

Pendapat senada disampaikan Ai Syarif, Creative Advisor Jakarta Fashion Week. Dia mengatakan, kualitas katun sangat penting bagi desainer. “Katun-katun yang ditawarkan sebelumnya tidak sebaik katun USA,” tuturnya. Dalam kesempatan tersebut, Ai menampilkan 11 desainer yang berkolaborasi dengan Cotton USA. “Masing-masing desainer menampilkan desain baru khusus acara ini,” tutur Ai.

Di balik optimisme terhadap fesyen di Indonesia, Michelle Tjokrosaputro CEO Danliris Group, menyampaikan keprihatinannya terhadap pasokan Sumber Daya Manusia di industri tektsil di tanah air. Di Indonesia katanya belum banyak universitas yang memiliki program strata satu jurusan tekstil. “Baru ada di Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,” tuturnya.

Kondisi ini tentunya akan menyulitkan Indonesia untuk menghasilkan riset dan pengembangan yang mumpuni di industri tekstil.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.