Romario Sumargo: “Harus yakin dan suka dengan apa yang kita kerjakan”

Nama Romario Sumargo tidak asing di dunia fintech dengan lahirnya Landx, platform equity crowdfunding di mana ia menjadi salah satu pendirinya sekaligus  Chief Operating Officer. Setelah LandX mendapatkan izin OJK pada Desember 2020, pada Februari 2021 platform besutan PT. Numex Teknologi Indonesia ini berhasil mengumpulkan total pendanaan sampai 6.69 miliar rupiah. Kesuksesan langkah awal platform ini tentu tak lepas dari peran kepemimpinan para pendirinya, termasuk dirinya.

Romario dan pendiri lainnya tidak pernah terpikir dan tidak tahu akan membangun LandX pada awalnya, hingga akhirnya ia bertemu dengan mitra yang tepat. “Setelah Andika Sutoro Putra waktu itu memaparkan ide bisnis mengenai LandX, saya dan co-founders lainnya setuju dan ikut support membangun dan membentuk LandX pada 2018 sampai hari ini,” ujar Romario.

Dengan LandX, ia  berharap bisa menciptakan dan mempopulerkan sebuah alternatif investasi ini bagi para pemodal (investor) untuk mengembangkan asetnya maupun alternatif pendanaan (financing) bagi para pebisnis (pemilik usaha) untuk berekspansi dan Scale Up.

Bertemu dengan mitra yang tepat

Pria kelahiran tahun 1994 ini menyadari bahwa ia memiliki ketertarikan dan bakat berbisnis sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. “Saya ingat sekali, saat saya duduk kelas 3 SD saya pernah jualan pensil cetek kepada teman seharga 3000 rupiah per pensil tanpa ada yang mengajari saya cara jualan,” ungkapnya.

“Saat kelas SMA akhir sampai kuliah, saya mulai aktif berdagang kecil-kecilan, dari jualan pulsa, jualan baju printing, jualan macaroni, hingga jadi reseller wine. Tentunya pada saat itu, uang hasil jualan sebagian untuk saya tabung dan sebagai uang jajan tambahan karena saya belum mengerti mengenai investasi,” lanjutnya.

Beranjak ke bangku kuliah, pria yang hobi nonton film ini makin menyadari passion-nya, namun ia memutuskan untuk mengambil jurusan kuliah yang berbeda. Menurutnya ilmu bisnis lebih baik diperoleh melalui praktik, bukan melalui bangku kuliah selama empat tahun. Dan ia merasa perlu memiliki sebuah skillset selain ilmu bisnis. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk mengambil jurusan Teknik Sipil di Universitas Tarumanegara..

Selepas mendapatkan gelar Sarjana Teknik Sipil, Romario menyadari civil engineering bukanlah bidang karir yang ia ingin tekuni. Namun, ia tetap menjajal bekerja sebagai Supervisor Engineer di salah satu perusahaan FMCG terbesar di Indonesia selama dua tahun.

Akhirnya pada awal tahun 2017 menjadi batu loncatan baginya untuk memasuki dunia bisnis di bidang investasi dan keuangan. “Di saat itulah pertama kali Saya bertemu dengan Andika Sutoro Putra yang sekarang bersama-sama membangun LandX. Pertemuan itu yang membukakan mata saya mengenai pasar saham, mulai saat itulah saya banyak belajar secara otodidak mengenai dunia investasi dan keuangan,” ungkapnya.

Ia juga mengakui bahwa bergaul dengan orang-orang atau komunitas yang tepat turut membantunya meraih pencapaian saat ini.

Gaya kepemimpinan dan tantangan

Disinggung mengenai gaya kepemimpinan di LandX, Romario mengakui bahwa ia dan pendiri lainnya menerapkan prinsip bottom-up innovation. Prinsip ini berbeda dengan umumnya gaya kepemimpinan mayoritas perusahaan yang yaitu top-down innovation.

“Saya selalu berusaha untuk selalu mendengar problems yang ada di semua level hingga bottom level atau sampai level customer support, dan kami juga selalu open untuk mendengarkan bahkan kami mendorong tim agar bisa memberikan solusi dari permasalahan yang ada,” jelasnya.

“Karena terkadang, orang yang dealing langsung dengan problems, dialah yang mengerti solusi terbaiknya seperti apa, bukan orang-orang yang di top level. Tugas kita sebagai pemimpin, kita harus lebih sering mendengarkan,” lanjutnya.

Selain itu, ia dan pendiri lainnya juga memiliki tujuan untuk dapat mencetak pemimpin-pemimpin berkualitas yang dapat melanjutkan keberlangsungan LandX. Oleh karena itu, mereka selalu berupaya mendorong para karyawan untuk terus berkembang baik dari sisi keterampilan maupun mental.

Selain menerapkan kepemimpinan bottom-up innovation, LandX juga membentuk kultur perusahaan 3C yaitu Contributive, Collaborative, and Culturative. Contributive artinya setiap karyawan di LandX harus memberikan kontribusi kepada perusahaan dengan mengerjakan jobdesc nya masing-masing dengan baik dan sesuai dengan result yang diinginkan.

Collaborative artinya setiap karyawan di LandX tidak hanya dituntut untuk fokus mengerjakan pekerjaannya sendiri saja, tetapi harus mampu bekerja sama antar divisi atau bahkan ikut membantu/support pekerjaan yang bukan di bidangnya jika memang dibutuhkan. Culturative artinya setiap karyawan di LandX harus menghadirkan budaya yang positif dengan berperilaku yang baik dan sopan ke sesama karyawan.

Hingga saat ini, LandX berhasil mendominasi 65% industri ECF di Q1 tahun 2021. Namun, diakui Romario pencapaian saat ini bukan tanpa perjuangan. Proses perizinan LandX di OJK sempat mengalami hambatan yang membuatnya tak bisa beroperasi selama delapan bulan.

“Kuncinya menurut saya adalah kita harus yakin dan suka dengan apa yang kita kerjakan dan harus ada value/ manfaat bagi orang lain. Dan harus sabar. Karena jika kami tidak sabar selama proses perizinan OJK yang lama dan berat waktu itu, mungkin sudah tidak ada LandX sekarang,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.