Sepatu Lokal dengan Taste Internasional

Marketing.co.id – Terus belajar mengembangkan produk sehingga sesuai dengan minat konsumen asing menjadikan Amble Footwear berhasil diterima di pasar internasional. Seperti apa kisahnya?

Indonesia, tepatnya wilayah Bandung, Jawa Barat, merupakan daerah yang sangat potensial bagi industri kerajinan sepatu. Kita mungkin sudah familier dengan Cibaduyut yang identik dengan perajin sepatu kulit berkualitas membanggakan. Atau istilah Kota Bandung sebagai surga bagi para fashionista.

Namun kini, Bandung tidak saja dikenal sebagai Paris-nya Jawa. Nama Kota Kembang ini semakin mewangi dengan kiprah sukses para entrepreneur mudanya dalam membawa sepatu kulit Bandung menembus pasar internasional.

Brand yang mampu melakukan prestasi luar biasa tersebut adalah Amble Footwear. Selintas memang terdengar seperti nama produk sepatu asing. Namun, siapa sangka bahwa produk sepatu boot yang digawangi oleh Agit Bambang Suswanto ini murni diproduksi oleh perajin sepatu asal Bandung dengan workshop yang terletak di Jalan Cikutra no. 30, Bandung.

Menariknya, membuat sepatu bukanlah keahlian yang dimiliki pria berusia 23 tahun ini. Agit yang baru menyelesaikan pendidikan di Universitas Widyatama Bandung, jurusan bisnis manajemen, justru buta sama sekali akan dunia produksi sepatu.

Hal yang melatarbelakanginya untuk terjun ke bisnis ini adalah kegemarannya akan sepatu bermerek, namun tidak memiliki cukup uang untuk membelinya kala mahasiswa dulu.

“Saya pilih bisnis sepatu karena saya suka sepatu-sepatu yang bagus dan mahal, tapi (waktu kuliah) enggak bisa terbeli,” terangnya.

Pada tahun 2009, dengan modal awal Rp 1,5 juta Agit mulai coba-coba membuat 13 pasang sepatu. Ia pun memilih memamerkannya melalui Kaskus. Ternyata hanya butuh waktu tiga hari saja, 13 pasang sepatu tersebut ludes diserbu pembeli.

Agit mulai meningkatkan produksi. Beberapa di antaranya sudah mulai dipesan dengan ragam model yang berbeda-beda. Agit yang kala itu masih berstatus mahasiswa kesulitan dalam hal modal dan memberanikan diri mengajukan pinjaman kepada bank.

Dengan modal tersebut ia mulai memperbanyak produksi dan mengembangkan channel promosinya melalui media digital, yaitu website resmi www.amblefootwear.com yang dibarengi Facebook serta Twitter (@amblefootwear).

Dari sisi produk, Agit memaparkan, sepatu yang diproduksinya memiliki keunggulan dari segi kualitas. Sepatu Amble Footwear diakui Agit merupakan penggabungan konsep urban boot dan casual shoes. Sehingga tampilan produk yang dihasilkan adalah sepatu boot yang kuat dan tahan lama, namun tetap ringan untuk dipakai sehari-hari layaknya casual shoes.

Kualitas terbaik tersebut karena Agit memakai 100% bahan kulit. Di bagian dalam sepatu, ia menggunakan kulit kambing. Desainnya yang maksimal dan 70% proses produksi merupakan pekerjaan tangan.

Agit memasok bahan baku kulit dari para perajin di Tangerang, Bogor, dan Surabaya. Namun, ia cukup selektif soal bahan baku. Sebab, tak sembarang bahan baku bisa dipakai.

Ia menuntut bahan baku dengan mutu dan warna tertentu. Dua varian produk Amble Footwear adalah Amble yang ditujukan untuk konsumen lokal dengan banderol harga Rp 450 ribu–Rp 750 ribu. Sementara produk yang diperuntukkan bagi konsumen asing dipasarkan mulai Rp 1,2 juta (limited).

“Saya sungguh-sungguh membuat produk lokal dengan kualitas serta taste internasional. Jadi, segala campaign ataupun promo yang saya lakukan sudah memiliki sistem yang diadaptasi dengan pasar luar negeri, misalnya membuat rancangan model sepatu untuk musim spring atau winter seperti di Eropa,” paparnya.

Satu hal lagi yang unik dari Amble Footwear adalah garansi yang diberikan kepada pembeli. Garansi tersebut berlaku apabila ukuran sepatu yang dibeli ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan konsumen. Selain itu, ada garansi selama enam bulan bagi sol sepatu untuk di-repair atau diganti dengan sol sepatu baru.

Soal komunikasi produk, ranah digital bagi Agit merupakan gerbang utama memperkenalkan produknya. Oleh sebab itu, ia serius menggarap tampilan dan konten website Amble Footwear. Hal tersebut bukanlah tanpa sebab. Sedari awal Agit memang memiliki visi untuk membawa sepatu Amble Footwear ke dunia internasional.

“Saya memang memfokuskan di online karena dengan media ini lebih mudah untuk berkomunikasi dengan konsumen secara interaktif. Sehingga ada keterikatan secara personal. Sistem online ini juga memungkinkan untuk menjangkau konsumen dari berbagai belahan dunia 24 jam setiap harinya,” ungkap dia.

Sesuai dengan yang diperkirakan, beberapa konsumen yang tertarik membeli melalui online ternyata berdomisili di luar negeri. Meski hanya penjualan secara ritel, brand Amble Footwear diakui Agit sudah terbang sampai ke Jerman dan Belanda. Namun, ini bukan tanpa pengorbanan.

Produk sepatu milik Agit sebelumnya berkali-kali di-reject oleh konsumen luar negeri karena dianggap belum cukup layak. Ia pun terus introspeksi dan lebih giat lagi menyempurnakan brand Amble Footwear. Sampai akhirnya pada tahun 2011 Amble Footwear sudah mulai diproduksi untuk pasar ekspor.

Yang lebih membahagiakan lagi, ia mendapat tawaran kerja sama dengan distributor tetap dari Malaysia dan Singapura. Kerja sama tersebut pun tetap berlangsung hingga kini.

Sementara untuk wilayah lokal, Amble Footwear juga bergerak di offline store dengan menitipkan produk mereka di tujuh distributor resmi di tujuh kota di Indonesia.

Mengenai persentase, perbandingan antara permintaan lokal dan ekspor dari total 600 pasang sepatu yang diproduksi per bulan adalah 70:30 untuk konsumen dalam negeri. Soal omzet tidak perlu diragukan lagi, Rp 250 juta–Rp 300 juta per bulan dipastikan masuk ke kocek Agit.

Menyadari besarnya potensi bisnis yang tengah digelutinya, Agit dengan semangat telah merencanakan sejumlah strategi dan inovasi produk berlabel Amble Footwear di masa mendatang.

Inovasi produk tersebut meliputi sabuk dan dompet yang juga terbuat dari bahan baku kulit. Kedua produk tersebut dipilih sebagai pengembangan usaha karena proses pembuatannya tidak terlalu rumit.

“Pastinya saya ingin meningkatkan jumlah produksi sampai angka 1.000 pasang sepatu per bulannya dan mulai serius di produk baru, yaitu dompet dan belt. Apalagi sekarang saya sudah lulus kuliah dan punya banyak waktu untuk fokus di bisnis ini,” pungkas Agit optimistis.

(Angelina Merlyana Ladjar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.