Si Jenius di Era Digital Banking

President Director BTPN Jerry Ng berdiskusi dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat peluncuran Jenius di Four Seasons Ballroom, Jakarta.

Bank yang identik dengan nasabah para pensiunan ini tengah meretas jalan menuju digital banking. Target pasar yang dibidik, nasabah yang menuntut fleksibilitas dan kemudahan transaksi perbankan. Fitur-fitur apa saja yang ditawarkan?

Di era digital nyaris semua hal bisa dilakukan melalui smartphone. Mulai dari mendengarkan musik, menonton film, membeli baju, membeli tiket pesawat atau kereta, sampai memesan ojek. Karena itu ungkapan yang tepat bukan lagi customer is king, tapi customer is dictator.

Dengan smartphone di tangan, konsumen bisa mengendalikan sepenuhnya aplikasi atau situs e-commerce mana saja yang akan mereka akses untuk membeli sesuatu. Tidak berlebihan jika dikatakan di era digital, nasib sebuah produk atau layanan ditentukan oleh jari konsumen.

Perbankan mau tidak mau harus mengikuti arus digitalisasi tersebut. Sesuai dengan ungkapan the bank follow the business, perbankan harusnya menjadi industri yang ikut menikmati gelombang ekonomi digital. Brett King dalam bukunya “Bank 3.0” mengemukakan beberapa alasan mengapa bank harus memanfaatkan mobile banking sebagai saluran distribusi.

Brett memaparkan hasil survei online di 40 negara terhadap nasabah Standard Chartered Bank. Sebanyak 75% nasabah Standard Chartered Bank menyatakan internet sebagai saluran utama mereka dan menjadi pendorong pemilihan retail banking. Hanya 12% responden yang menyatakan kantor cabang sebagai saluran utama mereka dalam berinteraksi dengan bank.

Brett juga menunjukkan studi AlixPartners yang dirilis pada Februari 2012. AlixPartners memprediksi 50% nasabah bank akan memanfaatkan mobile banking sebagai saluran utama mereka di tahun 2016. Tak kalah pentingnya, penelitian itu menemukan 32% nasabah bank di AS berganti bank karena ingin menikmati mobile banking atau internet banking dari bank lain.

Faktor lain, menurut Brett, adalah tingginya penetrasi mobile phone. Sekitar 4,5 miliar penduduk dunia memiliki mobile phone. Ini merupakan peluang besar memanfaatkan mobile phone sebagai sarana untuk mendorong financial inclusion, terutama di negara-negara berkembang yang penetrasi mobile phone-nya 5–10 kali lebih tinggi dari rekening bank. Brett memprediksi di tahun 2020, sebagian besar rekening bank akan berbasis mobile phone.

Inti dari mobile banking yaitu kemudahan dan fleksibilitas bagi nasabah. Cukup dengan smartphone, nasabah bisa mengakses layanan perbankan dan melakukan berbagai transaksi. Ini yang ditawarkan BTPN (Bank Tabungan Pensiunan Nasional) melalui “Jenius”. Jenius bisa diakses smartphone berbasis iOS dan Android.

Calon nasabah yang ingin memiliki rekening BTPN tidak perlu lagi datang ke kantor cabang, cukup mengunduh aplikasi tersebut dan mengisi formulir secara online. Kelengkapan data seperti KTP (kartu tanda penduduk) cukup difoto dengan smartphone. Penulis mencoba membuka rekening melalui aplikasi Jenius, caranya cukup mudah dan membutuhkan waktu 15–20 menit.

Direktur Utama BTPN Jerry Ng, mengatakan butuh waktu selama 18 bulan untuk mempersiapkan aplikasi tersebut. “Penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa masyarakat digital savvy menginginkan praktik perbankan yang lebih mudah, cerdas, aman, dan semuanya dapat dilakukan melalui smartphone,” tutur Jerry saat peluncuran Jenius, beberapa waktu lalu, di Hotel Four Seasons, Jakarta.

President Director BTPN Jerry Ng berdiskusi dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat peluncuran Jenius di Four Seasons Ballroom, Jakarta.
President Director BTPN Jerry Ng berdiskusi dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara saat peluncuran Jenius di Four Seasons Ballroom, Jakarta.

Jerry menjelaskan, aplikasi ini bukan ditujukan untuk mereka yang belum tersentuh layanan perbankan (unbankable), karena segmen tersebut sudah dilayani dengan BTPN NOW. Aplikasi ini justru ditujukan untuk mereka yang sudah bankable dan menuntut kemudahan serta fleksibilitas layanan perbankan.

Fitur $Cashtag

Pasar potensial dari aplikasi ini pengguna smartphone yang jumlahnya menurut Jerry sekitar 30% dari total pengguna ponsel di Indonesia. Sekitar 50% pengguna smartphone di Indonesia rata-rata menyentuh 100–200 kali ponsel mereka dalam sehari.

“Jadi, sebetulnya teknologi digital telah menyatu dengan hidup kita. Tapi sayangnya dunia perbankan tidak mengikuti secepat perubahan tersebut. Contoh jika kita ingin buka rekening di bank, kita harus tetap datang ke kantor cabang,” jelas dia.

Keunggulan rekening Jenius, selain tidak perlu datang ke kantor cabang, nasabah bisa menggunakan nama diri sebagai nomor rekening melalui fitur $Cashtag. Jenius juga dilengkapi berbagai fitur unik, antara lain “Send It” untuk kirim uang baik ke rekening bank, nomor ponsel, atau alamat e-mail—semuanya hanya dengan tiga langkah mudah. “Pay Me”, untuk mengirim permintaan uang. “Split Bill”, untuk berbagi tagihan dengan teman atau keluarga. “Dream Saver”, untuk membantu mewujudkan mimpi dengan menabung harian secara otomatis.

Ekosistem digital jelas perlu dibangun ketika perusahaan ingin bersaing di era mobile payment dan mobile banking. Sementara ini Jenius baru berkolaborasi dengan beberapa mitra seperti GoJek, Spotify, BrightSpot, The Goods Dept, Indosat, XL, Telkomsel, Elevenia, DinoMarket, dan Trafique Coffee.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.