Simbadda: Gunakan Strategi ‘Counter Attack’ Jelang MEA

Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan banyak produk dari luar yang masuk ke dalam negeri yang mungkin dapat mengancam industri lokal. Mampukah Simbadda Bertahan?

Arfin Djunaidy, marketing communication SimbaddaDi tengah persaingan pasar elektronik yang semakin ketat, Simbadda ternyata mampu meraih pasar yang signifikan untuk produk pengeras suara.

Tentu saja keberhasilan sebuah merek terjadi karena banyak faktor. Selain publikasi dan promosi, juga bagaimana perusahaan itu sendiri menjaga kualitas produknya. Kualitas ini harus dijaga secara konsisten agar tercipta trust dari masyarakat yang pada akhirnya akan melahirkan promosi gratis alias word-of-mouth.

Meskipun para pesaing terkadang secara terang-terangan melakukan price war. Simbadda enggan masuk dan terjebak dalam permainan tersebut. Merek ini tetap pada komitmen awalnya, di mana kualitas adalah segalanya.

Selain kualitas, Simbadda juga mengandalkan layanan yang mumpuni. Simbadda terus berusaha untuk memudahkan komunikasi dengan para pelanggannya dengan menggunakan pesan instan dan media sosial seperti Facebook, dan Twitter.

Hasilnya pun tidak megecewakan, tahun lalu Simbadda dianugerahi Top Brand Award 2014 kategori speaker dengan TBI (Top brand Index) 22,8%.

Lalu akankah Simbadda melanjutkan kisah suksesnya di pasar dalam negeri setelah Masyarakat Ekonomi Asean mulai diberlakukan?

MEA sendiri bisa memberikan dampak positif dan negatif bagi perekonomian negara ASEAN. Jika kita melihat dari sisi positifnya, dengan diberlakukannya MEA tenaga kerja akan lebih baik secara kualitas dikarenakan tingkat kompetisi yang cukup tinggi, terciptanya banyak lapangan kerja baru, dan pangsa pasar yang lebih luas.

Namun negatifnya adalah semakin banyak bisnis-bisnis asing yang bakal masuk ke pasar Indonesia. Tentunya itu akan membuat persaingan bisnis di dalam negeri semakin sengit, jika tidak siap bisa-bisa gulung tikar.

Seperti yang dikatakan Arfin Djunaidy, marketing communication Simbadda, ketika MEA sudah diberlakukan akan ada banyak saingan terutama untuk produk yang bersifat umum seperti speaker.

Meski tidak ada perubahan secara signifikan terhadap visi dan misi perusahaan, Simbadda saat ini tengah berbenah untuk menyiapkan diri menghadapi MEA.

“Saat ini kami tengah melakukan sedikit perubahan manajemen untuk menghadapi persaingan yang bakal tambah sengit, baik dari dalam maupun luar negeri,” kata Arfin.

Menurut Arfin, meski ketika MEA diberlakukan pangsa pasar akan semakin luas, Simbadda tidak akan secara agresif menyerang. Simbadda memilih untuk bertahan menghadapi gempuran demi gempuran yang bakal dilancarkan dari luar negeri.

Ibarat dalam pertandingan sepak bola, meski memilih strategi bertahan, tapi Simbadda tidak akan ‘parkir bus’ – strategi bertahan total milik Mourinho, pelatih Chelsea FC, yang fenomenal.

“Kami akan fokus ke dalam negeri karena pasarnya sangat besar. Namun selalu ada kesempatan dalam kesempitan, kami akan selalu jeli dalam melihat suatu peluang dan jika ada kesempatan kami akan melakukan counter attack,” kata Arfin.

Arfin sangat menyadari sukses tidaknya pengusaha-pengusaha Indonesia menembus pasar luar negeri tidak lepas dari campur tangan pemerintah itu sendiri.

Oleh karena itu, Arfin berharap pemerintah dapat mengutamakan produk-produk buatan dalam negeri dengan membuat regulasi yang mendukung produk nasional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.