Sinergi Campaign Batik dan Bodrexin

Marketing.co.id – “Dengan memperkenalkan batik sejak dini, diharapkan anak-anak dapat lebih mencintai dan menghargai hasil karya bangsanya sendiri.” Tujuan campaign inilah yang digagas oleh Bodrexin sebagai langkah meningkatkan awareness Bodrexin dan juga batik.

Sebuah brand image sedianya bisa tercipta dengan berbagai cara, tentu dengan catatan bahwa pemilik merek mampu menciptakan aktivitas marketing yang kreatif dan mampu menarik perhatian banyak orang.

Biar bagaimanapun, sebuah aktivitas marketing sebisa mungkin dirancang tidak sebatas menciptakan brand awareness, tetapi ada sisi lain yang juga perlu diperhatikan, misalnya meningkatkan kedekatan merek dengan konsumen.

Beragam pendekatan komunikasi dan marketing dilakukan demi terciptanya kegiatan komunikasi yang efisien dan maksimal hasilnya, semisal mengadakan sebuah campaign (kampanye).

Namanya saja kampanye, tentu bertujuan mengajak orang banyak untuk terjun langsung dan berpartisipasi dalam kegiatan. Langkah inilah yang kini sedang digandrungi oleh berbagai merek, dengan maksud meningkatkan brand awareness produk mereka.

Bodrexin misalnya, yang pada Desember 2011 lalu mengadakan aktivitas product campaign. Boleh dibilang kampanye ini lain dari biasanya, yakni mengangkat tema budaya Indonesia, batik.

Dalam rangka melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa, Bodrexin dengan tagline barunya “Kembalikan Saat Berharga” meluncurkan satu program campaign bertajuk “Satu Batik Jutaan Jari”. Pemilihan batik sebagai ajang kampanye produk dilatarbelakangi pengakuan batik secara resmi sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO pada Oktober 2009 silam.

Bodrexin menganggap bahwa batik tentunya harus dikelola dan dilestarikan secara berkelanjutan untuk memastikan tradisi dan maknanya akan selalu hidup. Selain itu, tentu saja sekaligus melindungi budaya nasional yang belakangan ini kerap diklaim oleh negara lain.

“Melestarikan batik bukan hanya menjadi tanggung jawab kita sebagai kaum dewasa. Alangkah baiknya jika kita mulai menumbuhkan kecintaan terhadap batik pada generasi yang lebih muda, terutama anak-anak. Karena batik merupakan sesuatu yang berharga dan harus dijaga. Apalagi mengingat era modern yang cenderung dapat membuat anak justru melupakan budayanya, maka aktivitas menanamkan kecintaan terhadap budaya bangsa menjadi sangat penting untuk dilakukan,” ujar Diana Theodora, Group Product Manager Bodrexin Range PT Tempo Scan Pasific, Tbk.

Memperkenalkan batik sejak dini diharapkan dapat berdampak luas bagi anak. Anak mulai belajar mengenal warisan budaya, perlahan lebih mencintai, kemudian menghargai hasil karya bangsa sendiri dengan turut melestarikannya.

Inilah alasan yang pasti Bodrexin mengajak anak-anak Indonesia untuk mengenal lebih dekat dan menghargai batik. Caranya bisa dibilang unik. Bodrexin mengajak anak-anak menciptakan desain batik dari sidik jari mereka melalui program “Satu Batik Jutaan Jari”.

“Sidik jari mereka merupakan salah satu cara aktif dan cara termudah untuk bisa melestarikan batik. Dan semua sidik jari ini akan dikreasikan menjadi motif batik terbaru,” Diana menjelaskan.

Campaign Satu Batik Jutaan Jari ini terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama adalah launching activation program. Setelah itu, diadakan road show ke tujuh kota di Indonesia untuk memberikan kegiatan perkenalan akan batik dan pelatihan membatik secara cuma-cuma untuk anak-anak Indonesia.

Selain kegiatan membatik, di akhir acara, anak-anak Indonesia diminta berpartisipasi dengan turut memberikan sidik jari mereka untuk desain batik terbaru. Selama periode berjalan sidik jari juga dikumpulkan melalui website www.Bodrexin.com/batik dan fan page Facebook Bodrexin, yaitu Kebaikan Bodrexin.

Seiring berjalannya waktu, strategi komunikasi pun diubah sesuai dengan permintaan pasar. Diana mengaku, campaign ini dilakukan lantaran kejenuhan pasar akan strategi marketing perusahaan yang terkesan monoton. Karenanya terbesutlah ide campaign yang lain daripada yang lain.

“Kejenuhan pasar, perubahan perilaku, skala ekonomis, dan berubahnya life cycle produk yang dihadapi merupakan tantangan dari sebuah produk atau brand untuk dapat eksis di kategorinya. Ini lantaran kenyataannya sebuah brand harus mampu menjalankan fungsi komunikasi dan menjadi alat pemasaran kepada target audience-nya secara menyeluruh,” tutur dia.

Meski begitu, dengan adanya campaign ini bukan berarti aktivitas above the line (ATL) menjadi tertinggal. ATL hingga saat ini masih dinilai sangat efektif dalam mengomunikasikan sebuah brand. Berkaitan dengan campaign ini pun, pihak Bodrexin juga melakukan penayangan promo “Satu Batik Jutaan Jari” untuk program di TV, radio, media cetak, sinema, serta tak ketinggalan media digital baik melalui website resmi Bodrexin ataupun media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Diana mengatakan, aktivitas campaign seperti ini boleh dibilang merupakan salah satu promosi yang bersifat soft selling. Menurutnya, soft selling merupakan cara promosi secara halus, bertujuan menekan tumbuhnya kepercayaan dan terjalinnya hubungan yang nyaman dengan konsumen.

Soft selling biasanya berlangsung lebih lama dan harus dijalankan secara terus-menerus. Begitupun campaign ala Bodrexin ini, yang memang sengaja dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama, terhitung sejak Desember 2011 hingga 23 Juli 2012 lalu.

“Dalam menggagas campaign besar seperti ini pun kami melakukan kerja sama dengan beberapa pihak agar program bisa sukses. Misalnya dengan mengadakan program writing competition untuk jurnalis dan blog competition untuk para blogger. Tak ketinggalan, kami juga melakukan kerja sama dengan desainer termuda, Amanda Purnomo Markie, sebagai desainer yang merancang batik hasil karya sidik jari jutaan anak Indonesia tersebut,” pungkas Diana.

Merliyani Pertiwi
FOTO : Asep Toni K

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.