Smartfren: Andromax Siap Kalahkan Samsung

Bila perusahaan ingin terus tumbuh, maka inovasi wajib hukumnya. Inovasi bisa memberikan nilai lebih jika sang inovator mampu menyediakan sesuatu yang berbeda di momentum yang tepat.

smartfren andromaxPeter Doyle & Susan Bridgewater dalam bukunya Innovation in Marketing menyebutkan bahwa inovasi dalam marketing bukan soal produk semata, melainkan juga bagaimana mencari saluran baru, menemukan proses marketing yang efektif, dan menciptakan segmen hingga penciptaan konsep yang sesuai dengan tuntutan pasar.

Banyak perusahaan yang sukses dengan konsep ini, sebut saja Smartfren. Perusahaan telekomunikasi ini tahu betul bagaimana mencari saluran baru, menemukan proses marketing yang efektif, dan menciptakan konsep yang sesuai dengan tuntutan pasar.

Smartfren melakukan inovasi mulai dari produk, harga, marketing hingga distribusi. Sampai-sampai perusahaan ini dijuluki transformer lantaran selalu bertansformasi dan update. Lihat saja bagaimana suksesnya perusahaan ini merangsek masuk ke pasar smartphone. Perangkat Android buatannya – Andromax – sangat minati masyarakat.

Keputusan yang diambil Smartfren tepat. Hanya dalam setahun, Andromax berhasil menumbangkan BlackBerry dan menempel ketat Samsung dalam hal penjualan.

Data IDC mengenai penjualan smartphone di Indonesia pada kuartal ke-3 tahun 2013 menunjukkan bahwa Smartfren dengan merek Andromax-nya berhasil menempati urutan kedua dalam penjualan smartphone di Indonesia.

Posisinya berada di atas BlackBerry dan di bawah Samsung yang menempati posisi puncak. Pada periode yang sama, Smartfren berhasil mencatatkan 12 juta pelanggan, di mana 5,5 juta di antaranya adalah pelanggan layanan data.

Djoko Tata Ibrahim – Deputy CEO Smartfren Telecom mengatakan masuknya perusahaan ke pasar smartphone lantaran tidak ada pilihan. Banyak yang enggan memasarkan produk CDMA, karena takut rugi. Namun, hal tersebut justru memicu Smartfren Telecom untuk masuk ke pasar.

“Itu bukan hambatan, kami memiliki kekuatan dan yang paling memahami pelanggan sehingga kami bisa membuat produk dengan maksimal. Hasilnya bisa dilihat sendiri,” terang Djoko bangga.

Baginya, menggabungkan CDMA dengan GSM bukanlah hal yang tabu. Perusahaan pun membuat terobosan dengan menggabungkan dua teknologi tersebut ke perangkat Androidnya. “Konsumen bisa mengambil manfaat dari keduanya,” terang Djoko lagi.

Djoko bercerita, sebelum masuk ke pasar smartphone, perusahaan sudah lebih dulu masuk pasar dengan EVDO phone. “Di mana-mana orang sudah bisa internetan. Kebiasaan orang sudah mulai berubah dari main laptop ke smartphone. Dari situ, kami ingin menjembatani mereka yang ingin hijrah tersebut dengan meluncurkan smartphone yang canggih namun terjangkau,” katanya.

Langkah Smartfren ternyata tidak meleset. Hal itu terlihat dari banyaknya smartphone yang terjual di pasar. Satu tipe produk Smartfren langsung terjual 400 ribu unit. Pencapaian luar biasa bagi merek pendatang baru.

Melihat respon pasar yang bagus, Smartfren makin percaya diri untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Saat ini Smartfren menyasar semua segmen dengan tujuh tipe smartphonenya, yakni tipe C, G untuk kelas bawah, tipe I, T, U untuk kelas menengah, dan tipe V, Z untuk kelas atas.

Selain dalam hal produk, inovasi juga dilakukan dari segi harga. Dalam hal harga Smartfren sedikit melawan arus. Biasanya banyak perusahaan yang menawarkan harga tinggi di awal kemudian akan diturunkan setelahnya.

“Kami berbeda dengan produk elektronik lainnya. Di sini kami melawan arus meski sedikit tidak untung di awal,” terang Djoko lagi.

Namun Djoko menegaskan meski harga yang ditawarkan perusahaan di bawah Rp 2 juta, tapi yang yang ditawarkan bukanlah barang murahan. “Kualitas yang kami ditawarkan setara dengan yang lain. Hanya kalah “hawa” merek saja. Kami menawarkan teknologi masa depan yang dibawa ke masa kini dengan harga masa depan,” katanya penuh percaya diri.

Selain soal harga, kehadirnya aplikasi BBM for Android pun menjadi berkah tersendiri bagi Smartfren. Dalam sebulan, pelanggan BlackBerry Smartfren mencapai 80 ribu–100 ribu. Enam bulan kemudian pelanggannya melonjak tajam mencapai angka 800 ribu pelanggan.

Meski pencapaian Andromax tergolong baik, namun belum membuat Djoko puas. Ia berambisi Andromax bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Itu artinya Smartfren harus menyalip Samsung yang saat ini menjadi penguasa pasar smartphone Indonesia.

Djoko optimis hal tersebut bisa tercapai mengingat saat ini penjualan Andromax tidak hanya di kota besar, tapi juga kota kecil. “Tenaga penjual kami sangat militan. Kami juga tidak memiliki beban dalam hal smartphone. Kita memiliki kekuatan dengan network sendiri. Dan kita bermain di kalangan menengah bawah yang jumlahnya sekitar 150 juta yang merek global pun akan kesulitan menjangkaunya,” papar Djoko.

Di samping itu, mereka juga menerapkan strategi bundling layanan dengan Andromax yang terbukti cukup berhasil. Selain angka penjualan meningkat, loyalitas juga meningkat. “Kami tidak menjual perdana, kami mem-bundling-nya dengan barang jutaan sehingga mereka akan setia,” ungkapnya.

Segala upaya yang dilakukan smartfren berbuah manis. Dalam tiga tahun terakhir, pelanggan smartfren meningkat hingga 40%. Smartfren menargetkan tahun ini akan meningkat 40% juga. (Cecep Supriadi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.