Sriwijaya Air: Jurus Anak Kampung Membidik Pasar Premium

Menjadi pemain utama di pasar premium merupakan prestasi tersendiri bagi  setiap maskapai penerbangan. CItra  maskapai penerbangan tersebut pun terdongkrak.

Chandra Lie, Presiden Direktur Sriwijaya Air
Chandra Lie, Presiden Direktur Sriwijaya Air

Sejak berdiri tujuh tahun lalu, tepatnya 10 November 2003,  Sriwijaya Air telah berkembang menjadi salah satu maskapai nasional yang kondang di mata masyarakat. Menurut Chandra Lie, Presiden Direktur Sriwijaya Air, maskapai memiliki sekitar 27 pesawat dan menjangkau 35 kota di dalam negeri dan dua kota di luar negeri dengan 170 penerbangan perharinya. Pada 2009, Sriwijaya Air mengangkut sekitar enam juta penumpang.

Pada tahun ini, Sriwijaya Air mulai mendatangkan beberapa pesawat. Pada  Maret lalu, satu pesawat anyar tiba. Pada tahun ini, Sriwijaya Air berharap bisa menambah 35 unit pesawat. Infrastruktur telah disiapkan. Mengingat salah satu yang menjadi kendalanya adalah kekurangan pilot beserta krunya, Sriwijaya Air berusaha membina lulusan dari seluruh Indonesia untuk berkerja di sana. Ada  sekitar 50 kru yang telah lulus sekolah pilot sesuai peraturan departemen perhubungan.

“Kami mengembangkan usaha dengan melakukan penambahan pesawat. Kedua, OTP (on time performance) harus kita tingkatkan. Ketiga,  infrastruktur Sriwijaya Air kami persiapkan,” kata Chandra Lie seraya menegaskan bahwa ketiga hal ini merupakan pondasi utama yang penting diperhatikan perusahaan penerbangan.

Dijelaskan Chandra Lie, khusus di bidang infrastruktur, selain  sudah membangun sekolah penerbangan di Bangka-Belitung yang soft launching-nya sudah digelar sejak bulan lalu. Sriwijaya Air juga membuka simulator penerbangan pesawat yang ada di M1-Tangerang.  “Jadi, kami sangat serius dalam bisnis penerbangan ini. Bisa saya katakan, ini program jangka menengah yang kita lakukan. Saya bisa artikan program jangka pendek dalam bisnis penerbangan itu adalah kurun waktu 1-5 tahun, program jangka menengah 6-10 tahun, dan program jangka panjang 11-15 tahun,” paparnya.

Artinya, sambung Chandra Lie, Sriwijaya Air telah masuk ke program jangka menengah. Masih ada kesempatan tiga  tahun lagi untuk membangun Sriwijaya Air. Dalam program jangka menengah ini, sudah tiga hal yang dikerjakan dan merupakan pondasi penting bagi perusahaan penerbangan. “Jadi, kita tidak keluar dari rel atau pakem bisnis dunia penerbangan,” ujarnya.

Dalam hal positioning, Sriwijaya Air saat ini, ditegaskan Chandra Lie, tidak ingin mendahului Garuda Indonesia sebagai maskapai nasional yang menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia. Namun, dari sisi jumlah penumpang, saat ini,  Sriwijaya Air berada di bawah Garuda Indonesia. “Posisi nomor dua ini bisa kita capai dengan didukung kerja keras seluruh karyawan dan juga masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Strategi pemasaran yang dilakukan Sriwijaya Air adalah bermitra dengan korporasi lain seperti yang jamak dilakukan oleh maskapai pada umumnya.  Selain itu, Sriwijaya Air terus mengembangkan  dan  menawarkan berbagai produk kemudahan dan pelayanan bagi para calon dan pelanggan Sriwijaya Air. Khususnya, dalam memeriahkan berbagai acara nasional dan internasional. Sebab itu, Sriwijaya Air sering menggandeng berbagai departemen dan korporasi nasional dan internasional dalam melakukan co-branding.  Sriwijaya Air juga menawarkan kerjasama promosi bersama dengan berbagai potongan harga 5-10 persen kepada pelanggan yang membeli tiket Pergi-Pulang (P/P). Kerjasama dengan berbagai bank dan penerbit kartu kredit serta merchant juga terus dikembangkan untuk mempercepat peningkatan pencitraan Sriwijaya Air.

Namun , Chandra Lie dengan bangga menyebut ‘strategi anak kampung’, sebagai kunci sukses Sriwijaya Air. Mengenai strategi anak kampung ini, Chandra Lie menjelaskan bahwa kepada setiap agen perjalanan, diperlakukan sebagai mitra kerja. Pihaknya selalu menggunakan strategi  pengenalan, pendekatan, dann penjualan.  Dengan penerapan strategi ini, Sriwijaya Air berhasil mencapai posisi seperti sekarang ini. “Namun, saya selalu menekankan kepada setiap karyawan dan staf Sriwijaya Air untuk jangan pernah menyerah, dan jangan pernah merasa puas. Itu saja intinya,” ungkap Chandra Lie tegas.

Sejak awal, segmen yang di bidik Sriwijaya Air adalah segmen menengah atas. Untuk itu, kini Sriwijaya Air mulai membidik pasar premium. Latar belakang utama adalah ingin menjadikan Sriwijaya Air sebagai maskapai nasional swasta nomor satu di Indonesia di samping Garuda Indonesia.  Alasan kedua adalah dalam perkembangan industri penerbangan dunia dan nasional khususnya, sebagian besar  penumpang menginginkan adanya pelayanan berupa kenyamanan dan kemudahan. Dengan tingkat pelayanan yang dimiliki oleh Sriwijaya Air saat ini, yaitu kelas menengah, tidak sulit untuk meningkatkan dan membidik pasar premium (full flight service) dalam waktu yang tidak lama lagi. Alasan ketiga, tuntutan percepatan perkembangan dan peningkatan maskapai nasional Indonesia dalam menjawab tantangan yang timbul dari kebijakan  ”open sky”.

Chandra Lie menambahkan ada delapan poin untuk pengembangan dan peningkatan kinerja Sriwijaya Air. Pertama, meningkatkan pelayanan kepada seluruh pelanggan dengan menerapkan servis sebagai yang utama. Kedua, ketepatan waktu.  Ketiga, menyediakan kelas bisnis. Keempat, tiket elektronik. Kelima, penambahan bagasi 10 Kg. Keenam, memberlakukan sistem online check-in di bandara. Ketujuh, city check-in. Kedelapan,  “automatic boarding” ketika pesawat sudah dinyatakan siap terbang.

Menurut Chandra Lie, dengan membidik pasar premium, sebenarnya pihaknya telah melakukan investasi. Saat ini, semua pesawat Sriwijaya Air menggunakan kelas ekonomi. Tapi, secara bertahap, pihaknya mengubah pesawat kelas ekonomi tadi menjadi  kelas bisnis dengan mendesain  ulang interiornya, penyejuk udaranya, lampu bacanya, serta  melaporkan ke Dirjen Perhubungan untuk mendapat lisensi mengingat pesawat harus ditimbang ulang.

“Secara bertahap, setiap bulan, kami masukan satu sampai dua pesawat untuk diubah interiornya menjadi seperti kelas bisnis. Diperkirakan dalam waktu satu tahun ke depan,  Sriwijaya Air telah siap sepenuhnya masuk di pasar premium,” ungkap pengusaha asal Bangka-Belitung ini. Chandra Lie menambahkan bahwa yang ditawarkan kepada konsumen untuk kelas premium ini diperkirakan akan meningkat  sebesar 10 persen dari harga yang ada saat ini.

Lebih lanjut, Chandra Lie mengatakan untuk mendukung program ini, Sriwijaya Air melakukan berbagai peningkatan komunikasi secara internal dan eksternal terutama di bidang promosi di media cetak dan elektronik. Untuk komunikasi internal dikembangkan komunikasi via internet dan majalah cetak. Fungsi komunikasi internal ini adalah untuk selalu mensosialisasikan seluruh program perusahaan ke berbagai departemen, sehingga sinergi dapat terbentuk. Untuk komunikasi keluar, Sriwijaya Air terus meningkatkan dan memperluas jaringan melalui berbagai kerjasama di bidang sosial (CSR), pemberitaan-pemberitaan mengenai perkembangan dan rencana-rencana kerja ke depan, dan lain-lain.

Tantangan utama Sriwijaya Air ke depan adalah lebih kepada internal perusahaan, yaitu bagaimana memperbaiki kinerja SDM  dan memperbaiki infrastruktur Sriwijaya Air supaya tidak keluar dari pakem bisnis penerbangan. Membuka sekolah penerbangan dan membuka simulator penerbangan merupakan upaya untuk menjawab tantangan tersebut. Namun, yang paling penting adalah membuka lapangan kerja baru yang bisa menyejahterakan masyarakat dan mampu meningkatkan pendapatan per kapita nasional.

Saat ini, Sriwijaya Air tidak hanya melayani rute domestik, namun sudah terbang ke Singapura dan Penang dengan pesawat Boeing 737-400. Ke depan, Sriwijaya Air akan mengembangkan rute ke Indonesia bagian Timur, terutama Papua (Sorong, Manokwari, Jayapura) dan regional (Cina, Perth-Australia, Timur Tengah, Pnomh Pen, serta Ho Chi Min). Untuk pengembangan bisnis tahun 2010 dan 2011 ini, Sriwijaya Air sudah memesan 20 pesawat Boeing NG-800.

“Kemampuan untuk terbang adalah hal yang utama. Fondasi seperti Itu selalu kami  tanamkan kuat-kuat. Jadi, penambahan pesawat adalah salah satu solusinya, sehingga bisa mengangkat nama Sriwijaya Air di masa yang akan datang,” kata Chandra lagi. (Majalah MARKETING/Harry Tanoso)

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.