Story Telling Membuat Brand Humanis

Secara umum Storytelling adalah menceritakan kisah, tapi bukan cerita biasa. Di dalam dunia marketing, storytelling digunakan untuk memperkenalkan brand atau mengokohkan positioning brand dengan cara yang menghibur.

Beberapa waktu lalu (11/3), di hotel Mulia Jakarta, Majalah Marketing mengadakan Indonesia Brand Summit 2015 dengan tema ‘Proviting Brand Through The Power of Story Create Engagement And Turn Into Sales’.

Event tahunan itu menghadirkan dua orang pembicara mancanegara yaitu Mark Tungate dan Joseph Baladi serta pembicara Indonesia Handi Irawan D.

“Story telling menceritakan suatu brand dengan cara yang berbeda dan lebih humanis,” kata Mark Tungate ketika berbicara di depan 130 orang peserta Indonesia Brand Summit (IBS) 2015.

Ia mengatakan semua orang bisa bercerita karena komunikasi telah ada sejak manusia bisa bicara, bahkan sebelum itu meraka melakukan interaksi dengan cara menggambar.

Mark Tungate adalah seorang penulis dan jurnalis berkebangsaan Inggris yang berdomisili di Paris, Perancis. Dia penulis buku tentang brand, diantaranya; Media Monoliths: How Media Brands Thrive and Survive (2004), Fashion Brands: Branding Style From Armani to Zara (2005, Third Edition 2012), ‘Branded Beauty: How Marketing Changed the Way We Look” (2011).

Mark tidak mempriotitaskan perusahaan besar dan yang telah memiliki sejarah saja tapi perusahaan pemula juga bisa melakukan story telling.

Bagi pemula, ia menyarankan untuk membuat cerita-cerita terbentuknya usaha itu. Menurutnya banyak hal-hal yang menarik dan patut diketahui oleh orang terkait perusahaan baru itu.

Sementara itu, Handi Irawan D, Chairman Frontier Consulting Grup yang menjadi pembicara kedua mengatakan cerita sangatlah kuat, bertahun-tahun seseorang bisa mengingat sebuah cerita karena itu sebuah brand sangat penting membangun cerita.

Ia menyinggung kesuksesan film Love and Faith yang baru-baru ini tayang di Bioskop. Film itu, menurutnya adalah cerita yang bisa mengubah persepsi masyarakat atas suatu produk maupun personal branding sekaligus menguatkan awareness yang sudah ada.

Pembicara terakhir, Joseph Baladi, praktisi dan pakar komunikasi bisnis yang telah malang melintang dari Australia hingga Mexico yang di dapuk menjadi pembicara ketiga IBS mengatakan sebuah bisnis harus dibangun dari misi, visi dan nilai.

“Percampuran tiga hal itu bila mengkristal memunculkan culture yang bermuara pada the emergence of big iconic global brand,” katanya. Lutfi Jayadi

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.