Strateginya Menggandeng TV-TV Lokal (2)

Adapun konsep siaran yang menjadi pilihan di Kompas TV ada dua tema besar, yaitu news dan knowledge. Taufik menjelaskan, dari sisi news, pada dasarnya sama dengan TV-TV lain yang menyiarkan berita. Sementara dari sisi knowledge, konsep siarannya mirip National Geographic dan Discovery Channel, namun dalam versi Indonesia. Mengenai hal ini, Taufik mengungkapkan maksud dan tujuan Kompas TV, yang ingin menggali potensi budaya dan kekayaan alam Indonesia dan mengangkatnya ke permukaan.

“Kalau selama ini orang lain (asing) yang menyiarkan, sekarang oleh kita sendiri. Makanya, seluruh program siaran yang dilakukan Kompas TV memiliki kualitas High Definition agar berstandar internasional. Maksudnya agar nanti menjadi treasure (arsip) kita yang bisa kita jual ke pasar internasional. Jadi, kita tidak memikirkan program TV semata, tapi juga sudah memikirkan penggalian budaya bangsa yang sangat kaya,” paparnya.

Berbicara segmen audiens yang ingin dibidik, Kompas TV fokus ke segmen ekonomi sosial (SES) kelas A, B, dan C+. Saat ini, Kompas TV masuk ke semua jalur televisi. Selain lewat TV-TV lokal, Kompas TV juga bisa disaksikan di TV berbayar semisal Aora TV dan Telkom Vision.

Tentang positioning dari Kompas TV sendiri, Taufik menjelaskan bahwa banyak orang berekspektasi Kompas TV sebagai TV berita. Maklum saja, induknya (Kompas) sudah sangat kuat mengakar sebagai sebuah media berita. Tapi, dengan tegas ia mengatakan bahwa Kompas TV didesain sebagai stasiun TV umum, namun dengan sisi sajian berita yang cukup kuat.

“Karena itu, aspek news cukup kuat di Kompas TV, yakni sampai 30%. Sementara, 70% berupa knowledge dan entertainment. Tetapi, dalam sisi knowledge pun, aspek news-nya cukup kuat, kadang-kadang bisa mencapai 30%–70%,” jelasnya.

Sebagai bentuk diferensiasi, Kompas TV memiliki program unggulan seperti Kompas Petang yang berdurasi satu jam. Sementara untuk program nonberita, ada Teroka, tentang pengalaman orang berdialog dengan alam. Ada juga Hidden Paradise bersama Nadine Chandrawinata, serta program Stand Up Comedy dan beberapa proyek siaran yang mengungkap sejarah masa lalu.

Berbicara tentang pasar media televisi, menurut Taufik, cukup potensial untuk digarap. Dan bila dilihat dari perkembangan Kompas TV selama beberapa bulan belakangan ini, kinerjanya terus meningkat. “Diharapkan di tahun keempat sudah ‘biru’ (balik modal),” ujar dia sambil tersenyum.

Sementara itu, untuk meningkatkan brand awareness, Taufik menjelaskan, selain menggandeng TV-TV lokal dalam siarannya, Kompas TV juga mengembangkan strategi marketing dengan meningkatkan kampanye off air. Pertengahan tahun ini Kompas TV sudah siaran di Jakarta dan aktivitas marketing akan lebih difokuskan di Jakarta.

Sebagai sebuah brand baru, agar bisa dikenal di daerah, Kompas TV bekerja sama dengan TV-TV lokal seperti STV (Bandung), Dewata TV (Bali), Borobudur TV (Semarang), dan lain-lain, dengan menampilkan logo Kompas TV, baik di sebelah kanan atau kiri layar televisi. Sementara dalam menyikapi perkembangan digital marketing, Taufik memanfaatkan peran media sosial semisal Facebook dan Twitter untuk brand awareness. “Kami punya timnya di bawah divisi MarComm untuk meningkatkan brand awareness,” imbuhnya.

Ke depan, Taufik berharap, Kompas TV menjadi TV operator dan menjadi sebuah alternatif bagi audiens terhadap sebuah program siaran yang berkualitas, independen, berkarakter, serta memberikan solusi. “Kami di tengah-tengah saja. Mudah-mudahan pada tahun 2014 nanti, di saat menjelang pemilu, kami menjadi guidence bagi audiens. Untuk itu, program siaran Kompas TV selalu memberikan harapan dan optimisme tentang masa depan. Makanya, kami punya program tentang sejarah masa lalu, dan tidak menyiarkan acara gosip dan sinetron,” pungkasnya. (Harry Tanoso)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.