Studi Spotify: Lokasi dan Latar Belakang Bukan Faktor Terbentuknya Komunitas

Marketing.co.id – Berita Digital & Techno | Spotify dan agensi Culture Co-Op and YouGov merilis studi mengenai generasi muda dan peran audio dalam membentuk budaya. Laporan bertajuk ‘Culture Next’ dibuat berdasarkan wawancara terhadap 3.000 Gen Z dan Milenial di Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia, dan Thailand. Studi ini juga dikombinasikan dengan wawancara dengan para artis, kreator, influencer, dan Streaming Intelligence data Spotify.

Studi tersebut menemukan, lokasi geografis dan latar belakang tidak lagi menentukan identitas, komunitas justru terbentuk di seluruh dunia melalui kegemaran dan minat yang sama. Sebanyak 52% responden mengatakan berteman dengan seseorang dari negara lain. Sebesar 56% mendefinisikan diri mereka berdasarkan siapa teman mereka, apa yang mereka sukai, dan komunitas mereka. Temuan lainnya, 77% percaya musik membantu mereka terkoneksi antar sesama dan dengan budaya lain.

Baca juga: Bujet Marketing Turun, Content Creator Ditantang Lebih Kreatif

“Cara kita mengonsumsi budaya telah menjadi cara kita berkomunikasi.” kata produser film, penulis, dan guru yoga Najwa Hisham (26 tahun). “Mengikuti artis favorit saya secara online juga memungkinkan saya untuk berkomunikasi dengan teman-teman dan beratus orang lainnya di seluruh dunia yang mendukung artis yang sama.”

Generasi muda global menggunakan audio dan musik untuk menemukan dan membentuk mikro-komunitas mereka dengan terhubung ke orang dengan pemikiran serupa melalui genre dan subgenre. Senada dengan itu, musik juga merupakan media yang kuat untuk solidaritas, tidak hanya untuk penggemar tetapi juga artis.

Rapper asal Indonesia Rich Brian pernah mengangkat tema tentang identitas orang Asia dan pengalaman pribadinya keluar dari zona nyaman. Dalam lagunya ia berbagi tentang budaya yang diwariskan dan menantang stereotip – dua hal yang terasa sangat relevan dengan generasi muda di seluruh dunia.

“…setiap orang memiliki kekuatan untuk menciptakan komunitas, yang harus kamu lakukan adalah memulai dengan apa yang ada di depanmu, teman-temanmu, serta mulai membangun hubungan yang tepat dengan orang-orang yang tepat sehingga kamu dapat berkomunikasi dengan mereka tanpa ego,” ujar Rich.

Meski semakin terhubung lebih daripada sebelumnya, uniknya Gen Z dan Milenial ini juga secara kritis mengevaluasi hubungan mereka dengan media digital dan konten apa yang mereka pilih. Dengan 56% merasa terlalu banyak stimulasi visual, Culture Next membantu para marketer memahami bagaimana mereka dapat memanfaatkan kekuatan audio dan terlibat dengan para audiens di momen screenless mereka sehari-hari.

Spotify memberikan peluang bagi sejumlah pemegang merek untuk menjadi bagian dari budaya secara real time. Laporan ini menyoroti bagaimana audio menawarkan solusi unik dan imersif bagi beberapa pemegang merek untuk menciptakan interaksi yang relevan secara konteks, sangat emosional, dan berharga dengan para audiens mereka.

Beberapa persepsi utama yang muncul dari responden Indonesia meliputi: 94% berharap agar merek dapat menjadi bagian dari perdebatan, mempromosikan nilai-nilai yang lebih progresif, serta memainkan peran yang lebih berarti di masyarakat. Selain itu, 61% percaya, bahwa merek memiliki kekuatan untuk menciptakan komunitas berdasarkan minat dan kesukaan yang sama. Lalu, 65% percaya, bahwa merek harus menyampaikan pesan berisi dukungan moral yang beresonansi dengan apa yang sedang dihadapi konsumen.

Baca juga: Membangun dan Mengelola Brand Equity (UPDATED)

“Kekuatan Spotify adalah kontekstual, di mana konten memiliki arti dan orang-orang menggunakannya untuk menemani segala hal yang mereka lakukan dalam hidup,” ujar Jan-Paul Jeffrey, Head of Marketing Spotify di Asia Tenggara.

Marketing.co.id: Portal Berita Markeitng & Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.