Studi Standard Chartered: Pandemi Dorong Orang Indonesia Atur Ulang Tujuan Hidup dan Prioritas Kekayaan

standard chartered study

Survei terbaru mengungkapkan bahwa 88% orang Indonesia telah menetapkan tujuan hidup baru pascapandemi, namun demikian banyak yang tidak mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapainya.

Marketing.co.id – Berita Marketing | Standard Chartered mengungkapkan dalam laporan terbarunya bahwa 88% orang Indonesia telah mengatur ulang tujuan hidup mereka setelah pandemi. COVID-19 telah mendorong orang Indonesia untuk menjadi lebih fokus ke masa depan ketika mengatur ulang prioritas mereka: lebih dari setengah orang Indonesia (56%) telah menetapkan tujuan untuk ‘meningkatkan kesehatan mereka’, diikuti oleh 52% orang yang ingin ‘menyisihkan lebih banyak uang untuk masa depan anak-anak (yaitu pendidikan atau dukungan keuangan)’, dan 47% orang yang ingin ‘memiliki masa pensiun yang lebih nyaman’.

Laporan Wealth Expectancy 2021 yang mensurvei kalangan affluent (terdiri dari kalangan menengah ke atas, makmur, dan high net worth individuals/HNWI) di 12 negara di Asia, Afrika, Timur Tengah dan Inggris, juga mengungkapkan bahwa 96% orang Indonesia (lebih tinggi dari angka global di 94%) yang telah mencoba lebih dari lima peluang investasi atau strategi investasi baru setelah pandemi, dan mereka merasa senang dengan kondisi keuangan mereka.

Untuk mencapai tujuan-tujuan baru tersebut, para responden menyebutkan bahwa mereka memerlukan strategi baru untuk menumbuhkan kekayaan mereka, yang seringkali melibatkan investasi yang lebih proaktif dari hanya sekadang tabungan, seperti ‘berinvestasi dalam logam mulia’ (32%), diikuti oleh ‘berinvestasi dalam mata uang kripto’ (32%) dan ‘berinvestasi dalam properti (properti tambahan/sekunder/sewa)’ (26%).

Pada saat yang sama, bagi 38% responden di Indonesia, COVID-19 telah menurunkan tingkat kepercayaan diri dalam hal keuangan dan mereka juga tertahan dalam mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan keuangan baru mereka. Bagi para responden tersebut, tiga faktor paling umum yang memengaruhi kepercayaan diri mereka adalah ‘informasi yang tidak memadai tentang peluang investasi tertentu’ (29%), ‘volatilitas di pasar keuangan’ (28%) dan ‘ketakutan akan pengembalian investasi yang buruk’ (26%).

Terkait dengan investasi atau informasi keuangan, sumber informasi yang paling umum digunakan adalah ‘nasihat keuangan dari teman, keluarga, atau kolega tepercaya’ (41%), ‘penasihat keuangan independen’ (38%) dan ‘kelas atau kursus daring’ (misalnya di YouTube)’ (37%).

Risiko ke pensiun

Terlambat untuk perencanaan pensiun, dikombinasikan dengan kesenjangan kepercayaan diri yang disebabkan oleh pandemi, membuat sebagian besar responden berisiko mengalami kekurangan dana saat pensiun. Di Indonesia, 19% orang saat ini tidak menabung/berinvestasi untuk masa pensiun. Bagi mereka yang melakukannya, ‘pendapatan investasi’ (67%) dan ‘tabungan/deposito tunai’ (46%) adalah sumber pendapatan yang diharapkan paling umum di masa pensiun. Pada saat yang sama, 58% orang Indonesia berencana untuk pensiun sebelum usia 65 tahun. Hal-hal tersebut menunjukkan adanya kesenjangan antara tindakan saat ini dan harapan masa depan.

Keyakinan akan kehati-hatian finansial dalam investasi berkelanjutan

Sejalan dengan investasi berkelanjutan yang trennya kini yang meningkat, 70% orang Indonesia merasa investasi berkelanjutan memberikan hasil yang lebih tinggi dan 69% merasa bahwa mereka lebih condong untuk mengambil investasi berkelanjutan untuk jangka panjang. 35% orang Indonesia menyatakan bahwa ‘informasi berkualitas tinggi tentang kinerja keberlanjutan produk investasi’ akan meningkatkan kemungkinan mereka untuk mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam keputusan keuangan mereka diikuti oleh ‘bukti kuat bahwa investasi berkelanjutan memiliki dampak positif’ (29%) dan ‘ pengetahuan tentang kriteria khusus dan bidang investasi yang membuat dana berkelanjutan’ (27%).

Jeffrey Tan, Head of Consumer, Private and Business Banking (CPBB), Indonesia, Standard Chartered, mengatakan: “Tabungan tunai saja menawarkan lebih sedikit peluang untuk menutupi rentang hidup yang lebih lama dan prioritas hidup yang baru. Oleh karena itu, penting bagi kalangan affluent untuk berinvestasi untuk jangka panjang. Mereka perlu mengambil kendali atas keuangan mereka dan membangun portofolio investasi yang terdiversifikasi untuk memenuhi tujuan baru mereka, termasuk masa pensiun yang nyaman dan tepat waktu. Jika mereka tidak bertindak sekarang, mereka mungkin akan tertinggal.”

Dia menambahkan: “Konsumen di seluruh spektrum kekayaan dapat memperoleh manfaat dari saran profesional untuk membantu mereka mengelola keuangan mereka. Kami berharap laporan ini dapat meningkatkan kesadaran akan risiko yang ditimbulkan oleh kesenjangan kepercayaan. Kami berkomitmen untuk membantu dengan menawarkan saran keuangan yang dipersonalisasi dan akses digital yang nyaman ke solusi manajemen kekayaan yang paling sesuai dengan tujuan mereka.”

Marketing.co.id | Portal Berita Marketing & Bisnis

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.