SukkhaCitta, Brand Fesyen Indonesia Pertama Bersertifikasi B Corp

Memberdayakan pengrajin dan merawat bumi melalui bisnis mode, SukkhaCitta menjadi brand fesyen pertama bersertifikasi B Corp di Indonesia

Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Tren hidup berkelanjutan kini sedang berkembang pesat di dunia, termasuk di Indonesia. Faktanya, 82% konsumen lebih mementingkan menerapkan tren hidup keberlanjutan dibandingkan sebelum pandemi COVID-19,contohnya seperti mengurangi penggunaan plastik hingga bijak berkonsumsi.

Salah satu implikasi trennya adalah melalui cara konsumsi berpakaian, mulai dari kesadaran untuk beralih ke material ramah lingkungan, tren thrifting, upcycle, hingga reuse yang juga disambut dengan meningkatnya antusiasme brand-brand mode meluncurkan tren sustainablefashion. 

SukkhaCitta, sebagai salah satu pelopor perusahaan sosial yang menggunakan mode untuk menciptakan perubahan signifikan di desa-desa yang tersebar di seluruh Indonesia, secara konsisten berupaya menciptakan dampak positif kepada manusia dan bumi. Salah satu upaya nyatanya adalah melalui perolehan sertifikasi B Corp dari organisasi nirlaba B Lab pada tahun 2022 ini.

Sertifikasi B Corp hanya diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang memiliki standar tertinggi dan kekuatan untuk mendorong perubahan positif dalam bidang sosial dan lingkungan dengan menerapkan transparansi publik, akuntabilitas hukum, serta memiliki tanggung jawab dalam menyeimbangkan tujuan sosial dan laba.

Dalam peraihan sertifikasi B Corp, SukkhaCitta mencatat skor yang cukup signifikan yaitu 95.3, dari skor pada umumnya senilai 50.9. Selain itu, SukkhaCitta juga mendapat penghargaan B Corp Best For The World kategori komunitas dengan skor 5% teratas dari kategori komunitas.

Founder dan CEO SukkhaCitta Denica Riadini-Flesch mengatakan, sejak didirikan, SukkhaCitta ingin menunjukkan bahwa praktik pada industri fesyen yang berbeda itu sangat memungkinkan, perubahan yang menciptakan peluang bagi perempuan pengrajin dan petani di tempat mereka berada serta merawat bumi di saat yang bersamaan.

Riset McKinsey menyatakan bahwa tren bisnis berkelanjutan yang memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat kian berkembang pesat dan tengah menjadi fokus bagi banyak perusahaan untuk mendapatkan B-Corp, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan tren sustainability.

Khusus di sektor mode dan kecantikan, jumlah perusahaan bersertifikasi B-Corp di dunia telah meningkat hampir 200 pada tahun 2018, dibandingkan dengan hanya 7 pada tahun 2010.

Public figure Marsha Timothy turut mengapresiasi upaya SukkhaCitta sebagai brand fesyen pertama yang mendapatkan sertifikasi B-Corp di Indonesia. “Saya senantiasa mendukung SukkhaCitta karena saya percaya tiap produk SukkhaCitta memiliki nilai tambah dan manfaat kepada manusia dan alam. Jadi bukan cuma sekadar fesyen, dan saya ingin menjadi bagian dari itu,” tutur Marsha.

Setelah 6 tahun berjalan secara daring, SukkhaCitta akhirnya resmi menghadirkan toko pertamanya di pusat perbelanjaan ASHTA di Jakarta Selatan, sebagai upaya untuk menjembatani langsung antara konsumen dengan perempuan pengrajin serta petani di desa untuk meningkatkan taraf kehidupannya.

Sejak didirikan pada tahun 2016, SukkhaCitta secara konsisten mengutamakan praktik kerja yang sehat bagi para pengrajin dan petani, untuk mendapatkan upah yang layak serta merawat bumi melalui regenerative farming. Dimulai dari 3 Ibu-Ibu di desa, kini lebih dari 1,500 kehidupan juga turut merasakan dampaknya.

Mengusung konsep Farm-to-Closet, SukkhaCitta berguru kepada para Ibu-Ibu di desa untuk menciptakan pakaian menggunakan material dan proses alami, salah satunya dengan menggunakan pewarna alami yang berasal dari tanaman dan limbah pertanian. Selain itu, SukkhaCitta juga menanam kapas sendiri dengan menggunakan metode tumpang sari, sebuah metode dengan kearifan lokal yang alami agar terhindar dari hama tanpa menggunakan pestisida.

Kapas yang menghasilkan kain, kemudian dijadikan pakaian untuk dikenakan dan 100% dapat ditelusuri asalnya. Dari hasil penjualan SukkhaCitta, 56% dikembalikan langsung ke para pengrajin dan petani di desa-desa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.