The Soul of Discipline in Selling (Bagian 1)

Marketing.co.id– Segala bentuk kegiatan tentunya bertujuan mencapai sebuah sasaran. Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan beberapa kompetensi utama sebagai eksekusi semua keterampilan yang ada dan dukungan departemen/divisi lain yang secara langsung maupun tidak langsung akan berakibat terhadap tinggi dan rendahnya pencapaian kinerja yang ditargetkan.

Usaha-usaha bagi pencapaian kinerja tersebut dilandasi oleh suatu sistem, tekad yang tinggi, koordinasi yang harmonis,  interaksi, dan komunikasi antarpribadi dan lintas departemen.  Tentunya, itu semua perlu “dibungkus” oleh sesuatu yang ekstra kuat, yang kita sebut “disiplin”.

Disiplin atas dilaksanakannya sebuah SOP, aturan main, norma-norma, kepatutan, dan komitmen merupakan JIWA dari sebuah sasaran yang ingin dicapai. Secara mendasar hubungan antara bawahan dan atasan terkadang lemah, seperti dalam menegakkan disiplin. Hal yang paling sederhana saja adalah disiplin jam masuk kerja; apakah keterlambatan walau satu menit saja kita toleransi? Lalu, apakah laporan yang harus diberikan telah sesuai dan tepat waktu? Apakah ada disiplin untuk tidak bermain game di kantor? Apakah karyawan disiplin untuk tidak menggunakan fasilitas kantor? Apakah kita disiplin melakukan supervisi, pembinaan, evaluasi berkala terhadap bawahan? Rasanya akan didapat jawaban yang sangat variatif dan hanya Anda sendiri yang tahu!

Dengan disiplin yang tinggi, sebenarnya pemimpin harus menjunjung tinggi nilai-nilai dari sebuah organisasi. Dalam melaksanakan “the soul of discipline in selling” kita dapat meningkatkan selain kinerja tentunya relasi positif antara pimpinan dan kelompok kerjanya. Adapun hal-hal yang  perlu kita pahami adalah sebagai berikut.

Disiplin Pertama: Disiplin Mengapresiasi Kelompok Kerja

Pemimpin yang ingin memperoleh dukungan kuat perlu membina hubungan secara positif kooperatif, berarti bukan kekuatan kewenangan yang digunakan, bukan kesewenang-wenangan. Oleh karena itu, Anda sebagai pemimpin penjualan yang terhormat harus sejauh mungkin memahami pengikut Anda: aspirasi, nilai, kebutuhan, dan keinginan mereka, termasuk keberhasilan kecil sekalipun perlu suatu apresiasi. Maka, penting bagi pemimpin menanamkan nilai-nilai kepada pengikutnya. Mereka tahu benar kekuatan yang Anda tekankan atas gagasan, keterampilan, dan kemampuan mereka. Tunjukkanlah bahwa Anda mengakui pentingnya ekspresi diri dan kerja sama. Diperlukan juga kedisiplinan untuk dapat melakukannya sebagus pemimpin penjualan.

Di era persaingan yang semakin tidak bersahabat, telah terjadi perubahan signifikan dalam perimbangan antara kepentingan keluarga dan pekerjaan. Pencerminan hal ini nampak pada perubahan mendasar dalam nilai-nilai manajerial, antara lain bergesernya fokus dari diri sendiri ke orang lain. Kepentingan rumah dan keluarga sekarang dipandang dalam kaitan antara kesejahteraan karyawan dan keseimbangan. Karyawan di semua jenjang menginginkan pemberdayaan dalam bentuk arahan diri dan partisipasi yang meningkat. Penyebabnya adalah budaya couple worker sudah menjadi bagian hidup metropolitan.  Sebagai kontrol apakah hal ini benar dan tidak—tentunya kita dapat bertanya pada diri sendiri, saudara sendiri, atau lingkungan sosial kita. Percayalah!

“Pemimpin penjualan yang berkualitas memerlukan penguasaan  pengetahuan yang memadai dan lebih memahami orang lain lebih dari umumnya.”

Disiplin Kedua: Pentingnya Nilai Bersama

Pemimpin yang berkualitas akan banyak melibatkan kelompok kerjanya di dalam menentukan arah, strategi, dan langkah-langkah yang akan dilakukan, sehingga prinsip kepentingan semua pihak selalu diakomodasi dengan bijaksana. Ini tidak mudah, sebab jika berbagai kepentingan yang berbeda-beda dipadukan, pasti terjadi konflik kepentingan dan konflik gaya kepemimpinan, konflik kultur dan konflik sosial budaya. Pemimpin yang berjiwa besar akan menciptakan iklim persaudaraan yang akrab dan memungkinkan adanya kerja sama.

Apabila komunitas nilai-nilai bersama sudah ditetapkan, konflik akan lebih mudah ditanggulangi tepat pada akar masalah, tentunya dengan konsep  NBR  (no blaim review). Tanpa nilai-nilai bersama, tak mungkin terwujud standar kinerja yang diharapkan (layanan pelanggan, kualitas produk, kecepatan pengiriman, ataupun aspek-aspek kerja yang terorganisasi lainnya). Hal ini terutama penting dalam bisnis modern dengan jaringan global dan divisi yang beragam.

“Pastikan bahwa kerja sama merupakan cara terbaik. Setiap individu harus diberi penghargaan dalam proporsi yang wajar demi kelompok kerja. Dan berikan tanggung jawab yang sama atas kegagalan kelompok kerja.”

Disiplin Ketiga: Bangun Citra Diri Positif

Ada empat hal yang mendasari sifat atau karakter pemimpin yang berkualitas unggul: visi dan misi perusahaan, kelompok dan pribadi, kompetensi di atas rata-rata, kredibilitas dan citra diri yang positif. Sebelum menunjukkan citra diri terhadap kelompok kerjanya, para pemimpin penjualan perlu yakin dahulu dengan nilai diri mereka. Tanpa itu, mereka tidak akan mungkin mampu menetapkan visi dan misi sebagai arah dalam prinsip penuntun guna memikul beban bersama para kelompok kerjanya.

Untuk mewujudkan tingkat kepercayaan dan moral yang tinggi, pemimpin harus berpegang pada nilai-nilai yang benar-benar  positif. Hal ini akan memberikan dasar yang kokoh dalam pengambilan keputusan dan arah penentuan prioritas, juga komunikasi bisnis sebagai pemimpin dan pengikutnya.

Selain memiliki visi dan misi yang jelas, pemimpin penjualan harus memiliki keterampilan yang memadai untuk dijadikan dasar  kompetensi  atas  tuntutan  jabatan,  dengan  berjalan di atas  kata-katanya.  “Pemimpin penjualan akan selalu merasa belum puas dan terus mencari tantangan yang lebih besar. Memang Anda harus memandu organisasi dan para kelompok kerja menuju pencapaian prestasi.”

Mindiarto Djugorahardjo, Selling Therapist

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.