Triawan Munaf: Tahun 2030 Indonesia Jadi Kekuatan Ekonomi Kreatif Dunia

Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf  saat diwawancarai wartawan di sela-sela MMA Forum
Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf saat diwawancarai wartawan di sela-sela MMA Forum

Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf menargetkan Indonesia akan menjadi salah satu kekuatan industri kreatif dunia pada tahun 2030. Triawan Munaf menyampaikan hal tersebut ketika berbicara pada MMA (Mobile Marketing Association) Forum di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan Jakarta (15/10).

Bekraf telah menentukan 16 subsektor ekonomi kreatif yang bakal dikembangkan di Indonesia. Ke-16 industri kreatif itu mencakup aplikasi & game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi & video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta televisi & radio.

Untuk mencapai target tersebut ada lima langkah yang akan diambil Bekraf. Pertama, menyatukan semua aset dan potensi kreatif di Indonesia. Kedua, menciptakan iklim dan ekosistem ekonomi kreatif. Ketiga, mendorong inovasi yang memilki daya saing dan nilai tambah di dunia internasional. Keempat, membangun kesadaran dan apresiasi terhadap hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan perlindungan hukum terhadap hak cipta. Kelima, merancang dan melaksanakan strategi yang spesifik untuk menempatkan Indonesia pada peta ekonomi kreatif dunia.

Lebih jauh Triawan mengatakan, untuk merealisasikan ambisi itu bukan pekerjaan mudah, karena ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut antara lain masalah pembiayaan, sumber daya manusia, infrastruktur, regulasi, penegakan hukum, promosi, dan distribusi.

Banyak subsektor dan tantangan yang dihadapi memaksa Bekraf melakukan skala prioritas. Untuk saat ini Bekraf baru akan memfokuskan pada tiga subsektor industri kreatif, yaitu film, aplikasi, dan musik. “Mengapa musik karena banyak talent dari Indonesia yang merajai di Asia Tenggara, tapi mereka tidak bisa menjadi tuan rumah di negera sendiri karena masalah pembajakan,” jelas Triawan.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.