Ubah Persepsi Kuno Pasar Tekstil, Textileone Siap Go Online

Brand Tekstil lokal, Textileone mencoba memenuhi kebutuhan pasarnya di segala segmen. Selama 17 tahun terakhir, Textileone lekat dengan positioning sebagai penyedia seragam dan pakaian kerja di Indonesia. Sasaran utama dari target market Textileone memang adalah koorporasi (B2B).

textilone
(Foto: Lia Lilyanti/Majalah Marketing)

Beberapa lembaga dan instansi baik swaswa maupun pemerintah sudah menjalin kerjasama dengan Textileone. Meski demikian diakui Desy Natalia, General Manager Textileone potensi pasar ini masih sangat besar. Singkatnta kebutuhan akan sandang dari 250 juta lebih penduduk belum bisa seluruhnya dipenuhi para produsen. Untuk itu, ia mencoba menggarap segmen baru yakni ritel melalui channel online. “Selama ini masyarakat kan pikirnya industry tektile itu kuno, begitu-begitu saja. Untuk itu kami coba lakukan penyegaran dengan berbagai strategi kami agar awarenessnya pun meningkat,” terangnya.

Beberapa strategi tersebut meliputi pengembangan produk, maintain relasi dengan diler serta membuka online shop. Pengembangan produk sejauh ini dilakukan dengan kolaborasi teknologi dari luar yang menghasilkan produk kain inovatif misalnya teknologi ruco guard dari Jerman pada jenis kain Imego yang tahan air. Agar memudahkan konsumen, Textileone dibagi klasifikasinya yakni Career Collection, Profesional Collection serta Premiere Collection. Tiga collection tersebut melahirkan 17 brand yang beredar di pasaran. “Semua produk kain kami buat dengan quality kontrol yang ketat. Dari sisi diler kami rutin melakukan gathering dengan 200 diler untuk membina kedekatan sekaligus sharing produk knowledge,” tutur Desy.

Untuk distribusi, brand gawangan PT. Satu Cita Potenza ini memiliki 12 outlet store di 33 provinsi serta lebih dari 10 ribu reseller. Sementara untuk distribusi online rencananya akan menyasar segmen ritel. End user nantinya akan bisa membeli tektil dengan mudah tanpa ada minimum pembelian. Bukan hanya online shop, Desy nantinya juga akan menggandeng ecommerce dan marketplace guna meningkatkan angka sales di segmen ini.

“Saat ini masih dalam pengembangan. Sekarang mungkin belum jamak, tapi dua tau tiga tahun lagi bukan mustahil bila nantinya konsumen membeli tektil via online,” pungkasnya.

Angelina Merlyana Ladjar    

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.