Uji Klinis Onoiwa MX Terhadap Pasien Covid-19 Masuk Jurnal Medis Internasional

Marketing.co.id – Berita Marketing| Penelitian terhadap produk obat dalam negeri buatan Nucleus Farma dengan merek Onoiwa MX dengan kandungan ekstrak ikan gabus (Channa striata), temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dan daun kelor (Moringa oleifera) masuk dalam jurnal Internasional, European Journal of Molecular and Clinical Medicine. Di jurnal ini dipublikasikan penelitian observasi uji klinis Onoiwa MX terhadap pasien Covid-19 dengan kasus sedang terbukti dapat menjadi adjuvant therapy (terapi tambahan).

Ada dua figur yang berjasa dalam penelitian tersebut yakni Prof. Dr. apt. Syamsudin, M.Biomed Guru Besar Bidang Farmakologi Bahan Alam dari FakultasFarmasi Universitas Pancasila dan dr. Lusi Nursilawati Syamsi, Sp.P praktisi dokter ahli spesialis paru.

Tak puas hasil penelitian dipublikasikan di European Journal of Molecular and Clinical Medicine, keduanya melakukan penelitian lanjutan terhadap Onoiwa MX. Kali ini fokus penelitian mengukur potensi anti inflamasi dan antioksidan dalam Onoiwa MX sebagai terapi adjuvant untuk meningkatkan efektifitas pengobatan standar Covid-19.

Hasil penelitian tersebut sudah terbit di dalam jurnal internasional, Teikyo Medical Journal Volume 44 Issue 4, pada Agustus 2021 dengan kode ISSN 03875547. Teikyo Medical Journal merupakan jurnal medis terindeks scopus yang diterbitkan oleh Teikyo University Scholl of Medicine sejak tahun 1990.

Dalam penelitiannya Prof. Syamsudin dan dr. Lusi, mengkombinasikan pemberian Channa striata, Curcuma xanthoriza, dan Moringa oleifera yang terkandung dalam Onoiwa MX sebagai terapi adjuvant terhadap pasien Covid-19 dengan pneumonia ringan dan sedang.

Baca juga: Tiga Ekstrak ini Berkhasiat untuk Mengatasi Gastrointestinal dan Hipoalbuminemia

Prof Syamsudin mengatakan, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemberian kombinasi ekstrak Channa striata, Curcuma xanthoria, dan Moringa Oliefera sebagai terapi adjuvant dalam pengobatan standar Covid-19.

“Manfaat dan kemanjuran untuk meningkatkan nilai protein reaktif C, lama tinggal, dan skor skala sesak yang lebih baik disediakan, dan observasi klinis dilakukan dengan desain studi kohort prospektif,” jelas dia.

dr Lusi menjelaskan, subjek penelitian adalah pasien dengan konfirmasi PCR kemungkinan/positif dengan pneumonia Covid-19 sedang setelah memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 48 subjek diperoleh dan dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan masing -masing 24 pasien. Tiga variabel dianalisis secara bivariat, yaitu LOS, mMRC, dan CRP.

LOS menurut DepKes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. mMRCmenjadi salah satu pengukuran sesak napas, Modified Medical Research Council (mMRC) merupakan instrument pengukuran sesak napas berupa kuesioner yang mengandung 5 pertanyaan dengan jawaban yang harus dipilih pada pasien mengalami sesak napas. Sedangkan CRP adalah protein yang diproduksi oleh organ hati sebagai respon terhadap peradangan di tubuh.

Baca juga4 Bahan Alami Ini Ampuh Atasi Flu Lho, Sudah Coba?

Orang sehat umumnya memiliki CRP rendah. Sebaliknya kadar CRP tinggi menjadi indikasi adanya penyakit atau infeksi yang ada di dalam tubuh. Kadar CRP atau C-reactive protein di dalam darah dapat diperiksa dengan pemeriksaan CRP. Pemeriksaan ini telah banyak digunakan untuk mendiagnosis penyakit yang berhubungan dengan peradangan. Oleh karena itu ketiga aspek tersebut diukur dalam penelitian ini.  

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa laki-laki (62,5%) memiliki karakteristik sampel paling banyak dengan rata-rata usia 50,-54 tahun, disertai gejala batuk (91,7%), demam (77,1%), dan sesak napas (75%). Selanjutnya, penyakit penyerta yang paling umum dari kedua kelompok adalah hipertensi (47,9%).

Pasien Covid-19
Pasien Covid-19

Kesimpulannya, setiap gejala demam pada kelompok perlakuan memiliki median 3 yang berarti 50% sembuh setelah mengalami gejala demam selama 3 hari. Sedangkan kelompok kontrol memiliki median 4 yang berarti 50% sembuh setelah mengalami gejala demam selama 4 hari. Sesak napas dan batuk masing-masing memiliki median 4, yang berarti 50% pulih setelah 4 hari gejala. Oleh karena itu, peningkatan demam sesuai dengan nilai CRP, yang meningkatkan limfosit pada kelompok perlakuan.

“Pengaruh terapi adjuvant dengan kombinasi polyherbal tersebut dapat meningkatkan skorm MRC pasien pneumonia pada pasien Covid-19 dengan derajat sedang,” kata Prof. Syamsudin menyimpulkan.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.