Upaya Memanjakan Konsumen Bahan Bangunan

Selama bertahun-tahun konsumen terpaksa berbelanja di toko bahan bangunan tradisional. Kini, tersedia supermarket khusus bahan bangunan yang nyaman dan menyenangkan.

Sebetulnya toko bahan bangunan modern sudah tidak asing lagi di luar negeri. Namun, berbeda dengan di Indonesia. Negeri yang berpenduduk 220 juta jiwa ini baru mengenal toko bahan bangunan eksklusif sejak tahun 1996. Ritel yang mengklaim pertama kali hadir di pasar Tanah Air adalah Depo Bangunan.

Depo Bangunan adalah supermarket bahan bangunan yang menyediakan kebutuhan membangun dan merenovasi rumah, mulai dari bahan bangunan hingga perlengkapan rumah tangga. “Depo Bangunan merupakan pionir yang memperkenalkan cara berbelanja bahan bangunan dengan konsep one stop shopping,” ungkap Kam Kettin, President Director PT Caturkarda Depo Bangunan.

Dengan mengusung konsep one stop shopping, kata Kettin, maka di supermarket Depo Bangunan orang dapat berbelanja segala kebutuhan bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga dalam satu atap, lengkap, nyaman, harga relatif lebih murah dengan kualitas terjamin.

Gerai pertama Depo Bangunan dibuka di Kalimalang, Jakarta Timur, pada 5 Oktober 1996. Gerai Kalimalang ini didirikan di atas lahan seluas 3.000 meter persegi (m2) dengan luas bangunan toko 1.500 m2. Di gerai ini sedikitnya 80.000 item produk tersedia, mulai dari keramik, sanitari, kloset, cat, kunci, dan lain sebagainya.

Sepertinya Caturkarda tidak gegabah dalam menjalankan bisnis semacam ini. Hal itu dibuktikan dengan visi dan misi yang diusungnya. Caturkarda menetapkan visi menjadi pelopor di bidang pasar swalayan bahan bangunan dan perlengkapan rumah terbaik dan terlengkap di Indonesia yang didukung manajemen profesional serta membuka jaringan di kota-kota besar yang berpotensi baik sebanyak mungkin.

Sementara itu, misinya ialah menjadikan Depo Bangunan sebagai tempat berbelanja bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga yang lengkap, one stop shopping, nyaman, lega, menyenangkan, dan menyediakan fasilitas yang lengkap, seperti anjungan tunai mandiri, tempat bermain anak, tempat penjualan makanan dan minuman, serta mushala untuk beribadah.

“Konsepnya jelas, ingin membuat one stop shopping, sebuah toko yang lengkap, tentang bahan bangunan. Maka dari itu, hampir semua produk bahan bangunan tersedia di sini, kecuali bahan untuk infrastruktur kami tidak menjual. Kami lebih fokus ke indoor product dan finishing product. Outdoor product ada, tetapi sedikit,” jelas Kettin.

Kettin yang juga pemilik ini mengaku saat mendirikan Depo Bangunan dengan konsep supermarket memang agak nekat. Sebab, waktu itu belum ada satu pun toko bahan bangunan yang didirikan berskala besar dan megah, walau sudah banyak yang memikirkannya. Kettin sendiri sebelumnya lebih banyak menjadi distributor bahan bangunan.

Akhirnya, nama Depo Bangunan dipilih, yang secara harfiah diartikan sebagai tempat berkumpulnya bahan bangunan. Jadi, kata Kettin, mereka menginginkan orang untuk berkunjung ke Depo Bangunan karena semua produk ada di gerai atau supermarket ini.

Tak ubahnya seperti di supermarket, strategi marketing yang diterapkan Depo Bangunan adalah melayani konsumen sebaik mungkin. Untuk mempercepat proses pelayanan kepada pelanggan, “supermarket” ini dilengkapi dengan sistem komputerisasi dan quality control yang ketat. Sehingga, setiap produk yang disajikan menjadi tanggung jawab penuh tim Depo Bangunan.

Depo Bangunan menyediakan produk lebih dari 80.000 item,baik lokal maupun impor, dengan pilihan kualitas good-better-best. Kelompok barang yang ada di Depo Bangunan, antara lain handtools (alat-alat pertukangan), powertools (perkakas bertenaga listrik), fasteners (pengikat mekanik), builders hardware (perlengkapan bangunan), dan electrical (peralatan dan perlengkapan kelistrikan).

Selanjutnya, ada plumbing (peralatan dan perlengkapan pembuangan air), flooring (penutup lantai maupun dinding dari berbagai bahan), lawn and garden (peralatan dan perlengkapan perkebunan), automotive (aksesori dan perlengkapan kendaraan), dan sporting goods (perangkat dan perlengkapan kesenangan dan olahraga).

Untuk melayani kebutuhan pelanggan, Depo Bangunan juga menyediakan attendant terlatih yang siap memberikan pelayanan dan pengarahan teknis atas produk-produk yang tersedia. Mereka berusaha memenuhi segala kebutuhan masyarakat dari berbagai lapisan dan profesi, mulai dari tukang bangunan, kontraktor, arsitektur, desainer, pengembang realestat, do it your self, hingga ibu rumah tangga.

Menurut Kettin, pihaknya telah menetapkan positioning Depo Bangunan saat ini, yaitu market leader, supermarket terbaik, dan paling lengkap. Alhasil, besarnya animo masyarakat terhadap keberadaan Depo Bangunan Kalimalang membuat Caturkarda harus segera mengantisipasinya. Perusahaan ini kemudian membuka supermarket kedua di Alam Sutera, Serpong, Tangerang.

Tepat pada 7 Juli 2000, Caturkarda membuka supermarket Depo Bangunan Alam Sutera. Caturkarda memilih supermarket kedua di kawasan ini karena dianggap prospektif seiring pesatnya perkembangan area permukiman di wilayah barat Jakarta. Gerai di lokasi ini dibangun di atas lahan seluas 25.000 m2 dengan luas bangunan toko 6.000 m2.

Bahkan, Depo Bangunan Alam Sutera lebih luas dan megah, dilengkapi area parkir yang cukup untuk menampung lebih dari 150 unit mobil. Selain itu, tersedia pula kantin, mushala, tempat bermain anak, dan gudang. “Dengan begitu, pengunjung tidak perlu repot mencari tempat parkir, makan siang, beribadah, dan lain sebagainya, karena semua fasilitasnya sudah tersedia,” tegas Kettin.

Depo Bangunan Alam Sutera tak hanya berfungsi sebagai supermarket semata. Sejak supermarket ini dioperasikan, kantor pusat yang semula berada di Depo Bangunan Kalimalang dipindahkan ke sana. Ini dilakukan mengingat areanya lebih luas.

Tidak berhenti sampai di situ, pada tahun 2003 Caturkarda menambah fasilitas ruang workshop dan asrama karyawan yang letaknya di bagian belakang supermarket. Di atas gudang juga dibangun tempat olahraga, seperti lapangan tenis, biliar, dan ruang fitnes. Tiga tahun kemudian Depo Bangunan Alam Sutera dilengkapi dengan Kitchen Center yang menyediakan kitchen set, kitchen ware, dan home appliance.

Langkah berikutnya, Caturkarda membuka supermarket ketiga di Gedangan, Waru, Surabaya, pada 10 Oktober 2004. Depo Bangunan Gedangan berdiri di atas lahan 13.000 m2 dan luas bangunan supermarket tahap pertama 3.000 m2 yang disusul tahap kedua 1.000 m2. Surabaya dipilih karena memiliki prospek bisnis yang menguntungkan di tengah berkembangnya kawasan industri dan perumahan.

Caturkarda juga membuka Depo Bangunan di Malang pada 10 Maret 2007 sebagai supermarket keempat. Serta, supermarket kelima didirikan di Bandung pada 8 September 2007. “Melihat peluang bisnis dan investasi di Kota Bandung, maka Depo Bangunan merealisasikan pembangunan supermarket kelima di kota tersebut,” ujar J Anton Eko I, General Manager Marketing PT Caturkarda Depo Bangunan.

Namun demikian, Kettin menegaskan, perusahaannya tidak akan membuka supermarket baru tanpa mempertimbangkan prospek bisnis dan permodalan. Pasalnya, untuk membuka satu gerai membutuhkan dana yang cukup besar. Selama ini pihaknya lebih menyukai modal mayoritas dari kantung sendiri.

“Kami memang berupaya membuka supermarket-supermarket Depo Bangunan di setiap daerah, tetapi kami akan melakukannya secara perlahan,” terang Kettin. Yang terpenting bagi perusahaannya ialah terus meningkatkan keunggulannya.

Ia menyatakan, keunggulan Depo Bangunan, di antaranya berhasil meningkatkan jumlah konsumen dibandingkan kompetitor, lebih dipercaya konsumen, dan berhasil mengumpulkan angka penjualan terbesar. Keunggulan itu diraih Depo Bangunan berkat keistimewaannya dalam pelayanan, seperti menyajikan barang yang lengkap, murah, dan bertanggung jawab. Juga, memberikan pelayanan teknis yang jelas, termasuk memberikan konsultasi.

Untuk menandingi kompetitor yang saat ini sudah semakin banyak, Caturkarda berupaya untuk terus meningkatkan kemampuan penjualan, konsolidasi semua bagian manajemen, dan promosi terpadu. Bentuk promosi yang dilakukan adalah dengan beriklan di televisi, radio, dan surat kabar.

Promosi secara below the line pun digarap secara agresif dengan tujuan untuk lebih mendekatkan dengan konsumen, seperti pelatihan kepada profesional bangunan, kontraktor, tukang, dan mandor dengan topik menyangkut produk-produk baru dan menggali lebih dalam soal aplikasi produk.

“Kami juga sering mengadakan pameran bersama Himpunan Desainer Interior Indonesia dan Ikatan Arsitek Indonesia, serta bakti sosial pelatihan di daerah bencana, seperti di Nangroe Aceh Darussalam,” lanjut Anton.

Program promosi dan komunikasi lain yang dilakukan supermarket ini, antara lain Parade Billboard, Depo Mail, Depo Sale, Direction Signage Board, Festival/Bazaar Bahan Bangunan, Merchandise Visualization, Pasar Kaget, Giant Banner, Imlek Sale, dan Rezeki Depo Bangunan.

Akan tetapi, Kettin menambahkan, yang paling dahsyat daya tariknya adalah program Undian Berhadiah Rp 2,5 Miliar. Terbaru, program itu digelar mulai 16 Maret-16 November 2008. Program ini mampu meningkatkan jumlah pengunjung Depo Bangunan. “Dari semua yang kami lakukan itu, maka Depo Bangunan bisa tumbuh lebih kurang 20% per tahun,” ungkap Kettin menjelaskan. (Purjono)

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.