Dampak MEA Terhadap Industri Properti Gresik

Dampak MEA Terhadap Industri Properti Gresik marketingcoidSeperti apa dampak MEA terhadap industri properti Gresik? Pasar properti Kabupaten Gresik kian melesat sebagai salah satu tujuan investasi di koridor timur Pulau Jawa.

Merupakan bagian dari satuan Gerbangkertasusila, metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek, wilayah satelit dari Kota Surabaya ini mulai dilirik dengan pancangan proyek prospektif bagi developer.

Hal ini mengingatkan pada perkembangan properti di sekitar ibukota Jakarta yang telah meluas ke kota satelit, bahkan telah menyetarakan diri dengan kualitas hidup kota utamanya sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi tanpa harus jauh-jauh commuting ke kota utama.

Gresik berlaku sebagai penunjang kegiatan industri yang memasok barang produksi untuk kebutuhan lokal hingga ekspor.

Dimulainya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang bertujuan meningkatkan stabilitas perekonomian di kalangan Asean menyebabkan terciptanya pasar bebas yang memungkinkan kegiatan bisnis dan komersial untuk saling silang dalam hal permodalan, barang dan jasa, serta SDM.

Seakan tanpa ruang batas, kini pemasaran produk baik barang dan jasa dari Indonesia meluas dari pangsa pasar Indonesia yang hanya berjumlah 250 juta orang, kini menjadi 625 juta orang. Lalu lalang tenaga kerja terampil serta investasi juga menjangkau dengan mudah ke negara Asean lainnya.

Oleh karena itu, perbaikan kualitas baik SDM dalam negeri, kualitas produk barang dan jasa, serta magnet investasi perlu diperkuat untuk meningkatkan perekonomian dalam negeri.

Disamping persaingan ketat yang harus dihadapi dengan sesama negara Asean, kabar baik kedatangan permodalan dan tenaga kerja asing MEA diprediksi berdampak positif dalam menstimulus pemekaran potensi daerah Gresik.

Lahan industri di kawasan industri tertua di Indonesia ini pun menggiurkan untuk digarap investor, apalagi kemudahan investasi digenjot pemerintah melalui program Kemudahan Langsung Investasi Konstruksi (KLIK) yang sudah mulai berjalan di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik.

Tak hanya menguntungkan faktor pendukung sektor industri, sektor properti juga diperkirakan akan booming. Penunjukkan pemerintah terhadap megaproyek pengembangan perumahan rakyat di Gresik Selatan mencakup kawasan Menganti, Wringin Anom, Kedamean, dan Diryorejo pun meramaikan gaung properti kabupaten Gresik.

Harga tanah tertinggi Gresik mencapai rata-rata 10 juta Rupiah per meter persegi di Kecamatan Menganti, sedangkan harga per meter persegi terendah berada di Kecamatan Diryorejo yaitu sekitar 5,2 juta Rupiah.

Stimulus dari kehadiran tenaga kerja asing juga menggenjot demand hunian rental dengan standar ekspatriat sehingga turut berpengaruh terhadap pengembangan high rise. Pemburu investasi tentu tak mau ketinggalan untuk kepemilikan unit yang kemudian dapat disewakan kepada ekspatriat dan tenaga ahli lokal.

Lokasi strategis terintegrasi yang terdiri dari kawasan industri, perumahan, apartemen, dan pelabuhan internasional yaitu Grand Estate Marina City (GEM) juga menarik untuk dilirik karena merupakan paket lengkap investasi.

Selain itu, developer Gunawangsa Group turut membesut Gunawangsa Gresik Superblock dengan konsep mixed used, setelah sebelumnya sukses dengan superblok serupa di 3 titik di Surabaya yakni MERR, Tidar, dan Manyar.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.