Potensi Bisnis Logistik Indonesia 2015

Potensi Bisnis Logistik Indonesia 2015

Menghadapi MEA(Masyarakat Ekonomi Asean) di tahun 2015 ini, sektor logistik memainkan peranan yang cukup vital dalam keberlangsungan usaha di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki geografis yang besar dan jumlah penduduk yang menempati urutan pertama di Asia Tenggara, sektor logistik sangat potensial untuk dikembangkan.

Peluang ini tentu tidak luput dari incaran perusahaan asing. Mereka semakin gencar untuk masuk dan ikut meramaikan persaingan bisnis logistik di dalam negeri ini.

Lembaga riset Frost & Sullivan memberikan prediksi bahwa di tahun 2015 ini, pertumbuhan pasar Transportasi & Logistik naik sebesar 15,2%, kenaikan tersebut diharapkan dapat mencapai rekor tinggi dengan pertumbuhan angka ganda. Kebutuhan domestik yang mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia-lah yang menyebabkan kenaikan tersebut.

Ditemui saat acara Jumpa Pers mengenai Prediksi industri Transportasi & Logistik Indonesia di tahun 2015 di Hotel Mulia Senayan,17/3/2015, Gopal R (Vice President, Transportation & Logistics, Frost & Sullivan Asia Pacific) mengatakan, peningkatan permintaan domestik, terutama dalam investasi infrastruktur dan konsumsi sektor privat di ASEAN akan mengubah kondisi perdagangan dalam regional

“Konsumsi domestik telah mendorong pertumbuhan di Indonesia, mewakili 50% dari PDB negara,” ungkap Gopal.

Beliau juga mengatakan bahwa kunci kesuksesan Indonesia dalam menghadapi MEA adalah pertumbuhan perdagangan dan manajemen logistik, pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu syaratnya.

Dalam acara tersebut, hadir serta Zaldy Ilham Masita, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI).
Beliau hadir dengan membawakan topik bahasan berupa tantangan dan peluang dalam bisnis logistik di Indonesia.

Menurut Zaldy, 60% perekonomian ASEAN berada di Indonesia. Seharusnya dengan angka tersebut, negara kita merupakan pusat perekonomian ASEAN yang seharusnya juga merupakan pusat logistik se-ASEAN.

“Permasalahannya Indonesia enggak punya free trade zone (ftz) yang efektif, yang banyak hanya kawasan fregat,” ungkapnya.

Batam dinilai kurang efektif bagi Zaldy sebagai free trade zone Indonesia. Jakarta atau Surabaya memiliki potensi yang lebih baik dikarenakan banyaknya jalur logistik yang masuk.

Menurut studinya, bila Indonesia memiliki free trade zone yang efektif, seharusnya biaya logistik dapat melakukan penghematan sebesar 17 atau sebesar 30 juta USD. dio

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.