Zwaka, Kenalkan Fauna Indonesia Lewat Tas

Mengikuti tren pasar adalah kewajiban marketers agar produknya sukses dipasaran.

TAS ZWAKAZwaka adalah merek tas asal kota kembang yang baru berusia 3,5 bulan. Usaha yang digeluti Aisyah Dhia Ahsanti bersama 17 rekannya ini boleh dibilang sukses karena mempelajari pasar.

Sejatinya, Zwaka adalah tugas kuliah. Tugas itu mengharuskan Aisy dan tim melakukan riset pasar. Dari pertanyaan yang disebar, ditemukan hobi yang paling banyak digandrungi adalah traveling.

“Awalnya kita pikir akan mendapatkan jawaban butik atau lainnya, tapi ternyata hasilnya orang suka traveling,” kata Aisy.

Aisy dan tim kemudian membuat kuesioner lanjutan untuk mengetahui barang apa yang mereka butuhkan ketika traveling.

“Dari kuesioner lanjutan yang kita sebar, kita menemukan bahwa mereka membutuhkan tas untuk menunjang aktivitas traveling-nya. Dari situ, akhirnya kita memutuskan membuat tas dan topi,” tutur Aisy.

Untuk membangun bisnis ini, Aisy dan tim berhasil mengumpulkan uang sekitar 22 juta rupiah sebagai modal awal. Uang tersebut digunakan untuk produksi tas dan topi.

Aisy sangat percaya diri memasuki pasar ini. “Setiap orang yang traveling pasti bawa tas, kenapa kita tidak mensuplai barang-barang yang dapat mendukung hobi traveling ini?” lanjut Aisy.

TAS ZWAKA 1

Zwaka lahir dengan tujuan untuk menginspirasi masyarakat agar lebih menyadari alam Indonesia, dan Zwaka ingin mencapai tujuan tersebut melalui produk-produk fashion.

“Kelebihan Zwaka adalah di bagian dalamnya ada gambar-gambar hewan khas (langka) Indonesia. Selain itu, keunikan tas kita adalah resizable atau bisa dibesar-kecilkan sesuai kebutuhan,” lanjut Aisy lagi.

Target market yang di sasar Zwaka adalah traveler, khususnya flashpacker, atau orang yang suka bepergian namun tetap tampil gaya.

“Pasar yang kita targetkan adalah orang yang suka jalan-jalan, alias anak traveler utamanya flashpacker, backpacker yang mengutamakan style,” jelas Aisy.

Untuk mencapai target market, Aisy mengomunikasikan merek kebanggannya tersebut lewat online, utamanya melalui media sosial Instagram.

Aisy dan rekan meminta 10 teman masing-masing untuk mem-posting tentang Zwaka. Dengan cara tersebut Zwaka akan masuk ke timeline banyak orang.

Zwaka juga mengikuti berbagai event atau membuat event sendiri. Ketika membuat event, Aisy membuat poster, semacam propaganda tentang Zwaka, yang dimaksudkan agar orang penasaran dan langsung mencari tahu langsung ke Instagram.

Cara tersebut ternyata membuahkan hasil; selama 3.5 bulan penjualan Zwaka terjual lebih dari 250.

Instagram sangat membantu mengenalkan produk. Selain itu, konsumen yang menjadi target Zwaka adalah traveler yang suka memakai Instagram.

“Itu sangat menguntungkan kami dari sisi marketing,” katanya.

Aisy menyadari bahwa persaingan di luar sangat ketat. Tapi ia optimis mampu bersaing dan bertahan di tengah gempuran merek asing karena harga yang ditawarkan Zwaka cukup kompetitif yaitu Rp 385,000 itu jauh lebih murah tinimbang produk sejenis yang ditawarkan merek luar.

“Kita tidak takut bersaing, sekarang ini kan orang lagi ramai-ramainya mendukung merek lokal. Kita percaya, kalau kita coba pasarnya akan ada,” katanya optimis.

Tentu saja, perjaanan bisnis Aisy dan tim bukan tanpa kendala. Yang paling kentara adalah masalah vendor.

“Vendor kurang tepat waktu. Kadang-kadang ketika kita buka free order, karena vendornya ngaret pengiriman jadi telat deh,” keluh Aisy.

Atas keterlambatan itu, Zwaka memberikan souvenir sebagai permintaan maaf.

Agar produk ini terjaga Aisy dan teman-teman segera mendaftarkan merek ke HAKI.

Meski masih tugas kuliah Aisy dan tim telah serius. Tahun ini, ia menargetkan 100 tas terjual setiap bulan.

“Walaupun ini tugas kuliah kami tak pernah iseng mengerjakannya, karena kami tahu potensinya sangat besar,” tutup Aisy.

Tak ada bisnis yang bisa menggapai semua jenis pasar. Semakin sempit kita mendefinisikan target pasar, semakin baik bagi bisnis. Proses tersebut disebut dengan menciptakan ceruk pasar, sebuah kunci kesuksesan bahkan bagi perusahaan besar sekalipun.

Sayangnya, tak sedikit bisnis yang melakukan kesalahan dengan menawarkan bisnisnya kepada semua pasar dan mengklaim mereka bisa melakukan yang terbaik bagi semua.

Lynda Falkenstein, Penulis buku Nichecraft mengatakan dalam bukunya, “smaller is bigger in business, and smaller is not all over the map: it’s highly focus”. Good Luck Zwaka!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.