Hadapi Tantangan Ekonomi 2023, Yuk Intip 4 Jurus Jitu Perkuat Strategi Bisnis

Marketing.co.id  –  Berita Digital Techno | Mengawali tahun baru 2023, pelaku bisnis menyambut era pasca-pandemi yang ditandai dengan pencabutan kebijakan PPKM baru-baru ini. Meski dihadapkan oleh ancaman resesi global, tren pemulihan ekonomi di Indonesia diprediksikan cenderung stabil.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia menguat di tahun 2023 pada kisaran 4,5-5,3 persen sebelum meningkat menjadi 4,7-5,5 persen di tahun 2024 karena peningkatan konsumsi swasta, investasi, dan kinerja ekspor yang baik.

Meski prospek perekonomian Indonesia pada tahun 2023 cukup menjanjikan, pelaku bisnis tetap perlu waspada. Menurut Brian Marshal, CEO SIRCLO Group, lanskap bisnis Indonesia harus mengantisipasi beberapa tantangan di tahun 2023 karena faktor-faktor seperti inflasi, suku bunga yang lebih tinggi dan rantai pasokan global yang terganggu.“Pemahaman atas keadaan tersebut perlu dimiliki oleh setiap pelaku usaha dalam mempersiapkan bisnisnya di tahun yang baru ini,” katanya.

Baca juga: Economic Outlook 2023: Begini Konsumen Merespon Inflasi

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha di tahun ini diantaranya adalah kebutuhan untuk mengadopsi solusi bisnis yang bersifat holistik. Sebagian besar pelaku bisnis, terutama UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) lanjut Brian, cenderung mengadopsi strategi bisnis yang bersifat instan di tengah melonjaknya permintaan konsumen serta kenaikan harga yang berdampak pada rantai pasok.

Untuk mampu bertahan dan berkembang seterusnya, pelaku bisnis dapat berfokus pada diversifikasi sumber produk, penilaian biaya, dan digitalisasi.

Di bawah iklim ekonomi yang tidak menentu ini, Brian memaparkan beberapa praktik bisnis terbaik untuk pertumbuhan jangka panjang agar pemilik usaha di Indonesia dapat mempersiapkan diri dengan tangguh. Berikut paparannya:

Pertama, melihat gambaran besar perekonomian Indonesia pasca-pandemi. Dalam memperkuat fondasi perekonomian Indonesia, sangatlah penting untuk membangun  ketahanan bisnis terhadap tekanan industri yang berskala besar maupun kecil.

“Pelaku bisnis perlu melihat gambaran besar saat menghadapi perekonomian Indonesia pasca-pandemi. Untuk beradaptasi dengan perubahan kebutuhan konsumen, pola konsumsi, dan situasi ekonomi, pelaku bisnis dapat mengembangkan strategi bisnis baru yang fokus pada pertumbuhan jangka panjang serta menghindari tindakan dramatis seperti lonjakan harga mendadak sebagai respons terhadap inflasi atau resesi,” papar Brian.

Kedua, tidak mengabaikan penjualan yang bervolume kecil. Dia mengatakan, konsumen yang berkecukupan secara finansial cenderung memiliki daya beli yang tinggi, sehingga bisnis pun pada umumnya menyasar segmen konsumen tersebut untuk menghasilkan penjualan dan keuntungan bervolume tinggi.

“Terlepas dari fakta tersebut, mengabaikan penjualan bervolume kecil bisa menjadi kesalahan besar karena sebagai mesin perekonomian negara, sebagian besar UMKM menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari. Hampir semua lapangan kerja negara—97 persen—disediakan oleh 63 juta UMKM yang menyumbang lebih dari 60% dari PDB. Maka dari itu, penting bagi pelaku bisnis untuk tidak kehilangan fokus pada penjualan yang bervolume kecil,” paparnya.

Ketiga, kurangi biaya produksi dan tingkatkan penjualan. Penurunan harga produk bisa menjadi solusi untuk meningkatkan keuntungan dengan mengurangi biaya produksi dan menetapkan harga pasar. Dengan menurunkan harga secara bertahap sambil mempertahankan margin keuntungan yang didapatkan dari setiap penjualan, pelaku bisnis dapat meningkatkan pangsa pasar mereka.

Brian menegaskan, keunggulan komparatif atau biasa disebut dengan Comparative Advantage merupakan teori ekonomi yang dapat digunakan sebagai alat untuk memodifikasi sistem produksi untuk daya saing.

Baca juga: Digitalisasi dan Inovasi sebagai Competitive Advantage

“Suatu negara mampu mencapai keunggulan komparatif ketika negara tersebut menghasilkan komoditas atau jasa dengan biaya peluang yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Teori ini memungkinkan pelaku bisnis untuk menawarkan barang dan jasa dengan biaya lebih rendah daripada para pesaingnya, sehingga margin keuntungan dapat ditingkatkan,” jelas dia.

Keempat, perbanyak kolaborasi dan kemitraan. Di masa pasca-pandemi, kolaborasi dan kemitraan dapat menjadi kunci untuk mengatasi tantangan yang dihadapi lintas industri. Kolaborasi dan kemitraan yang erat antar pelaku bisnis menjadi semakin relevan di pasar yang terfragmentasi seperti Indonesia.

“Di era digital, kolaborasi bisnis merupakan langkah strategis yang bijak karena dapat mempengaruhi kinerja positif perusahaan secara signifikan. Dengan demikian, kolaborasi dan kemitraan juga menjadi faktor pendukung yang sangat baik bagi kesuksesan bisnis di sektor digital Indonesia,” katanya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.