Kopdar Youth Marketers Kedua Sukses Digelar

Kopdar 3Kopdar kedua Youth Marketers sukses berlangsung dan dihadiri oleh lebih banyak peserta dengan tema yang semakin berisi. Bagaimana acara ini berlangsung?

Untuk kedua kalinya Youth Marketers sukses menggelar kopdar (kopi darat) bersama para pembacanya pada tanggal 1 Maret 2014 di Bengawan Solo Caffee, FX Senanyan.

Kopdar yang mengangkat tema “Komunitas Sebagai Brand Advocate” menghadirikan tiga pembicara, yaitu Pimred Majalah Marketing PJ Rahmat Susanta,­­ Dietra Anandani, Marketing and Promotion Manager PT Bengawan Solo Coffee, dan Toto Sugito selaku Founder dan Ketua komunitas Bike To Work.

Ajang berkumpulnya para pembaca Youth Marketers secara offline ini merupakan kegiatan rutin dalam rangka membentuk dan memperkuat komunitas pembaca majalah Youth Marketers.

Acara yang dihadiri oleh lebih dari 40 peserta ini dibuka oleh Head of Digital One Kusnadi Assaini (Nchus) dengan ucapan selamat datang yang kemudian diambil alih oleh Editor in Chief Youth Marketers, Sekar Ayu sebagai pemandu jalannya kegiatan.

Peran komunitas dalam bisnis

Jalannya kegiatan sharing dibuka dengan pertanyaan menarik oleh Sekar Ayu tentang alasan perusahaan menggaet komunitas. Sebelum menjawab, Rahmat Susanta mengajak para peserta untuk berkenalan satu sama lain. Selain untuk mencairkan suasana juga untuk menginisiasi terjadinya hubungan atau koneksi yang lebih kuat di antara para peserta yang tentunya akan menguntungkan satu sama lain.

Rahmat mengatakan bahwa komunitas semakin penting bagi bisnis dilihat dari beberapa fenomena. Salah satunya fenomena pemasaran customer-centric, di mana perusahaan memusatkan fokus pada kebutuhan pelanggan.

Menggaet pelanggan di masa seperti sekarang tidak mudah. Oleh karena itu, pelanggan yang sudah ada merupakan aset bagi perusahaan.

“Mempertahankan loyalitas pelanggan menjadi bentuk investasi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang,” jelas Rahmat. Tentunya untuk mempertahankan loyalitas, perusahaan harus mampu memenuhi kebutuhan mereka.

Menurut Dietra Anandani bentuk komunitas bagi kafenya berupa membership. “Kalau komunitas seperti Bike To Work mungkin lebih mudah diidentifikasi. Misalnya ada orang pakai helm sepeda dan menenteng sepeda lipat..’oh mereka mungkin dari komunitas Bike To Work’. Kalau kafe kan nggak mungkin orang-orang bawa kopi. Oleh karena itu bentuk komunitas Bengawan Solo berupa membership,” papar Anandani.

“Komunitas penting karena bagian dari pelanggan,” lanjutnya. Melalui membership Bengawan Solo memberikan penawaran-penawaran menarik bagi member-nya.

Dalam membangun sebuah brand Rahmat mengatakan bahwa komunitas saat ini berperan sebagai media promosi, sarana membangun loyalitas, dan menjadi alat riset pasar sebelum perusahaan merilis suatu produk. “Komunitas juga sebenarnya bisa menjadi public relation bagi perusahaan,” imbuh Rahmat.

Toto Sugito pun mengamini apa yang dikatakan oleh Rahmat. Toto mengatakan komunitasnya menjalin kerja sama dengan berbagai brand, salah satunya sepeda Polygon.

“Awalnya kami menawarkan kerja sama dengan Polygon dalam bentuk penyediaan sepeda bagi komunitas kami. Kami berikan desainnya dan mereka ternyata setuju. Mereka kemudian merilis sepeda tersebut seharga sekitar 1 jutaan dan sukses di pasaran,” paparnya. Menurut Toto yang paling penting dalam membentuk komunitas yang sustainable adalah komitmen dan konsistensi.

Ketika komunitas ‘berteman’ dengan bisnis

Di sesi tanya jawab pertanyaan menarik dilontarkan oleh salah seorang peserta bernama Firmansyah. “Apakah ada istilah ‘siklus’ dalam komunitas? Ketika bekerja sama bagaimana komunitas menjaga transparansi dengan merek?

Diakui oleh Toto memang ada semacam siklus dalam komunitas, paling tidak itu dialami oleh Bike to Work. “Awalnya komunitas kuat, tapi lama-lama turun. Tapi begitu ada ekspos dari media, apalagi kita juga ajak presiden, naik lagi. Lalu turun lagi. Di saat turun inilah kita harus berupaya kuat di marketing,” paparnya.

Toto juga mengatakan bahwa komunitasnya telah membentuk perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar komunitasnya tidak bias dan bisa mengelola dana kampanye dengan baik. “Melalui perusahaan inilah Bike To Work bekerja sama dengan berbagai brand,” katanya.

Pendapat para peserta tentang kopdar Youth Marketers kedua

“Bagus juga ya untuk meningkatkan pengetahuan kita tentang teknis marketing, cara kita mengelola organisasi dan komunitas,” – Shelly, Institut Kemandirian.

“Acara kopi darat kayak gini menarik banget soalnya pembahasan di sini tentang digital marketing dan tentang komunitas itu sendiri. Mungkin kalau bisa lebih digedein lagi dan kontinyu,” – Reza.

(PutriPertiwi/Foto: Youth Marketers)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.