Bangun Semangat Kebangsaan Generasi Milenial Lewat Film

Opshid Media dan diprakarsai M. Subchi Azal Tsani yang juga eksekutif produser, serta dibawahi supervisi penuh Kyai Mochammad Mu’ti meluncurkan film WAGE.

Film WAGE mengeksplorasi perjalanan kepahlawanan Wage Supratman dalam menelurkan lagu-lagu seperti lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu lainnya untuk terus mengenang jasanya sebagai pahlawan dan dapat meneladani aksi-aksi kepahlawanan Wage Supratman dalam aktivitas kekinian sebagai generasi milenial.

Dijelaskan Ivan Nugroho, DIrektur PT Opshid Media, pembuatan film WAGE berdasarkan pemikiran bahwa apresiasi yang disematkan untuk pahlawan Wage Supratman tidak berbanding lurus dengan jasa besar beliau untuk bangsa Indonesia.

“Itulah yang menjadi pemikiran dasar Mas Bechi sebagai penggagas dibuatnya film ini. Maka film tentang Wage Supratman dibuat sebagai sepantas-pantasnya penghargaan untuk beliau, yang juga ditujukan sebagai pelurus sejarah mengenai kisah hidupnya,” kata Ivan.

Menurut Ivan, Mochammad Muchtar Mu’ti selaku supervisi film selalu menekankan bahwa kunci menuju bangkitnya bangsa Indonesia, terutama generasi muda atau milenial adalah kembali ke jati diri bangsa. Ada banyak nilai-nilai luhur jati diri bangsa yang terkandung di dalam lagu Indonesia Raya, dan juga proses sang komponis Wage Supratman untuk mewujudkannya. Dengan mengemas nilai-nilai luhur tersebut dalam media film, diharapkan dapat menjadi pemicu untuk membangkitkan rasa cinta tanah air serta moral luhur bangsa Indonesia, mengeksplorasi rasa kebangsaan dan keIndonesiaan dalam konteks anak muda.

Bangsa Indonesia secara general, khususnya pemuda-pemudinya harus mengetahui kisah para pahlawan seperti Wage Supratman dan sejarah dibalik suatu peristiwa besar seperti Sumpah Pemuda. Sosok Wage yang juga seorang pemuda, diharapkan bisa membangun korelasi antar sesama pemuda Indonesia untuk mewujudkan visi misi yang sama.

Dalam proses produksinya, seleksi yang cukup ketat dilakukan untuk aktor dan peran lainnya. Hal itu dilakukan untuk memastikan karakter tidak jatuh pada pemeran yang kurang tepat, mengingat minimnya data mengenai tokoh-tokoh seperti Wage itu sendiri.

Proses pemilihan aktor untuk peran Wage pun tidak didasarkan pada besarnya nama yang dimiliki sang aktor, maupun banyaknya kecocokan kualifikasi secara teknis antara peran dan pemeran. Aktor terpilih untuk peran Wage dipilih berdasarkan potensinya, baik dibidang seni peran maupun caranya untuk eksplorasi karakter.

Demikian halnya dengan proses produksi, juga berada dalam pengawasan eksekutif produser M. Subchi Azal Tsani, untuk memastikan jalannya film tidak melenceng dari visi misi Opshid yang asli serta ide pokok awal dibuatnya film ini.

lebih lanjut Ivan menjelaskan bahwa pesan-pesan perjuangan bukanlah sesuatu yang klasik. Pesan-pesan perjuangan masih dapat diaplikasikan, sekalipun di masa sekarang yang serba modern.

“Rasa cinta tanah air harus dipertahankan bahkan hingga setelah bangsa Indonesia merdeka, karena itulah satu-satunya benteng yang melindungi Indonesia dari kehancuran. Seperti Wage, rasa cinta tanah airnya lah yang akhirnya menuntunnya pada takdir besar bangsa Indonesia,” imbuh Ivan bersemangat.

Wujud perjuangan Wage merupakan satu hal yang perlu digarisbawahi. Wage mengajarkan kepada kita bahwa tak semua perjuangan harus melalui pertumpahan darah, tapi juga dapat melalui seni dan karya. Hal itu perlu dipatenkan sebagai dasar utama generasi muda dalam menekuni bidang seni, yaitu berkarya untuk negeri.

Di sisi lain, adalah proses terciptanya mahakarya Indonesia Raya yang dikukuhkan oleh ketekunan, pantang menyerah, serta rendah hati Wage itu sendiri. Dibalik daya magis yang ada di dalam lagu Indonesia Raya, terdapat daya Berkat Rahmat Allah di dalamnya, dan Wage mendasari serta menyerahkan semua itu sepenuhnya pada hal tersebut. Ia tak mendasarkan semua itu mutlak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada Allah yang kuasa atas segalanya.

Opshid Media menargetkan minimal 1 juta penonton. Hal tersebut dilihat bukan dari segi money oriented, tetapi memang karena pada dasarnya Opshid Media memiliki visi misi yang harus disampaikan kepada publik, sehingga semakin banyak yang menonton semakin baik.

Untuk investasi produksi total dari film WAGE, Opshid Media menghabiskan dana sekitar 16 miliar rupiah. Dana tersebut selain digunakan untuk produksi Film juga untuk riset dan biaya pemasaran. “Edukasi dan pesan yang ingin disampaikan harus jelas dan tepat ke sasaran,” tegas Ivan.

Karena pasarnya adalah generasi milenial, Ivan pun memanfaatkan sosial media yang sering digunakan para pemuda, untuk menyebarkan konten-konten bermutu bernada kebangsaan, yang bersifat good news dan membangun. Bukan  mengarah pada provokasi yang kurang baik.

Selain itu, Opshid Media juga terus mengemas konten-konten tersebut semenarik mungkin, dan selipkan propaganda-propaganda serta ajakan untuk menonton film Wage.

Ivan menegaskan bahwa Film ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia serta untuk tanah air Indonesia itu sendiri. Selain sebagai film kebangsaan yang mempelopori bangkitnya rasa cinta tanah air di hati bangsanya, juga sebagai pelurus suatu peristiwa sejarah yang banyak melenceng.

Karena, imbuh Ivan, lahirnya lagu Indonesia Raya menimbulkan ketakutan besar pada kaum penjajah. Kami juga berharap lahirnya film Wage ini dapat menjadi pemicu semangat cinta tanah air dan kiat untuk menghapuskan penjajahan di manapun dalam bentuk apapun, . “Tonton film WAGE, mari kembali ke jati diri bangsa untuk Indonesia Raya,” katanya seraya berpromosi.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.