Peluang Besar dari Marketing Digital

www.marketing.co.id – Tren marketing melalui media digital kian berkembang. Tapi, masih banyak pelaku bisnis yang “gagap” dengan media anyar ini. Sebab itu, X Media Asia hadir untuk menjual konsultasi marketing kontemporer ini.

Sulit dibantah, digitalisasi telah menyentuh hampir ke semua lini kehidupan sekarang ini. Termasuk aktivitas marketing yang biasa dikenal dengan marketing digital. Banyak perusahaan yang kepincut memakai strategi anyar ini mengingat biayanya murah dan dampaknya pun melimpah, alias low budget high impact.

“Akan tetapi, bila tidak mengerti cara merancang strategi yang tepat, bisa jadi bukan impact besar yang didapat, melainkan biaya yang mengucur deras. Bila sudah begitu, harapan low budget high impact menjadi kosong,” ujar Gunawan, Direktur X Media Asia—perusahaan konsultan media digital.

Banyak orang hanya mengetahui marketing digital dari kulit luarnya saja. Mereka tahu hanya dari mendengar informasi sekilas tanpa memahami tahapan dan kunci sukses menjalankannya. Alhasil, ketika diminta untuk mengeluarkan biaya lain terkait proses dari marketing digital ini, mereka akan bingung. Apalagi dampak yang didapat belum muncul juga.

Sejatinya, menjalankan marketing digital tidak melulu harus 100 persen serba digital. Kadang kala, marketer perlu mengombinasikan aktivitas online dengan offline. Kedua aktivitas ini saling mendukung—khususnya bila ada produk baru. Selain berkampanye di media sosial, misalnya, marketer juga tetap berkampanye di media cetak dan didukung dengan kegiatan lini bawah, seperti program sampling, promo di komunitas-komunitas, dan sebagainya.

Cara ini ia yakini sebagai jalan memperoleh dampak yang cepat. Sekadar diketahui, dampak besar dari marketing digital bisa diperoleh setelah produk itu dikenal dan diperbincangkan di pasar. Selanjutnya, baru dilakukan aksi. Sebenarnya, tahapan menjalankan strategi marketing digital itu sama dengan tahapan dalam marketing konvensional. Hal pertama yang mesti diperoleh adalah kesadaran. Kesadaran ini bisa dibangun melalui berbagai cara. Salah satunya, dengan memadukan aktivitas offline dan online. Usai kesadaran ini terbangun, calon konsumen kemudian digiring ke tahapan minat (interest), lalu hasrat (desire), dan ujungnya adalah aksi (action).

Banyak pihak yang tidak mengetahui soal tersebut. Kecenderungannya, banyak perusahaan ingin cepat menuai hasil dari marketing digital ini. Begitu juga dengan agensi. Banyak dari mereka yang tidak memiliki divisi khusus soal marketing digital. Akibatnya, ketika menangani sebuah perusahaan yang menginginkan layanan dengan strategi ini, mereka kelimpungan dan tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

“Itu baru fenomena pertama di dunia digital,” ujar Gunawan. Fenomena yang kedua ialah banyak dari pemilik situs web lokal tidak tahu bagaimana memasarkan maupun mengoptimalkan peran situs webnya. Padahal, situs web mereka  termasuk situs yang potensial dikembangkan.

Alhasil, banyak situs web lokal yang akhirnya disabet oleh pihak luar. Contoh Koprol.com yang dibeli oleh Yahoo!. Itu baru satu yang kelihatan. Sedangkan di luar sana, di Jepang misalnya, banyak situs web yang asli bikinan orang  Indonesia juga dibeli dan malah terkenal di Negeri Sakura tersebut.

Berlatar belakang fenomena-fenomena di atas, Gunawan berani mendirikan X Media Asia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan dan penerbitan media digital. “Jadi, tugas utama kami mirip dengan manajer artis. Bedanya, kalau manajer artis mempromosikan artis, kami mempromosikan situs web. Penawarannya bisa ke pemilik merek langsung maupun agensi,” kata Gunawan.

Saat ini, X Media Asia sudah menangani 20 situs web—termasuk www.kaskus.us dan www.lintasberita.com. Layanan yang diberikan tidak sebatas mempromosikan situs web kepada para klien X Media Asia. Tapi, X Media Asia turut mempercantik situs web dari segi desain dan teknis operasionalnya. Ini bertujuan agar situs web tersebut memiliki nilai jual dan bisa dioptimalkan sebagai media untuk menjalankan strategi marketing digital. Karena di samping sebagai pengelola penerbitan, X Media Asia juga biasa memberikan konsultasi tentang marketing digital. Satu klien besar yang ditanganinya kini ialah Indosat.

Saat ini, X Media Asia memiliki tiga ranah bisnis. Pertama, ranah bisnis berbasis komunitas (community based), seperti Kaskus dan Lintas Berita. Kedua, portal jual-beli dan e-commerce (market place), seperti Kutukutubuku.com. Ketiga, ranah mobile. Ranah terakhir ini belum digarap secara maksimal dan akan diseriusi di waktu mendatang.

Potensi akses internet melalui perangkat mobile begitu besar. Menurut data tahun 2008, jumlah orang yang berselancar internet lewat ponsel baru mencapai sembilan juta. Namun, angka ini melonjak fantastis sekarang dengan capaian 61 juta pengguna. Salah satu pemicunya tak lain adalah penetrasi ponsel pintar maupun ponsel beraplikasi internet, seperti BlackBerry dan ponsel-ponsel asal Cina dengan harga murah, seperti Nexian.

Selain itu, proses pengenalan produk melalui ponsel boleh dibilang cukup cepat. Mudahnya, coba perhatikan berapa banyak orang maupun perusahaan yang menginformasikan merek atau produk barunya melalui BlackBerry. Padahal, kita sendiri tidak mempunyai kaitan langsung dengan produk itu.

“Di antara ketiga ranah bisnis tersebut, yang menjadi fokus perhatian kami adalah community based,” ujar dia. Fokus yang diungkapkan oleh Gunawan ini boleh dibilang tepat, mengingat tren orang Indonesia yang gampang merasa bangga kalau sudah masuk ke sebuah komunitas. Mereka rela merogoh koceknya dalam-dalam hanya untuk membeli aksesori berlogokan merek yang dibuat di komunitasnya. Padahal, di luar komunitas, mungkin barang yang sama  harganya jauh lebih murah.

Selain itu, asal tahu saja, yang lebih maju dan laku di Indonesia itu bukan search engine, melainkan situs berbasis komunitas, seperti Facebook, Twitter, dan forum-forum di dunia maya. Sebab itu, pasar digital ini mau tidak mau harus digarap oleh para marketer masa kini.

Marketing melalui media digital, kata Gunawan, cukup ampuh untuk konteks sekarang ini. Ia memberi ilustrasi sederhana. Suatu saat, misalnya, ada orang yang mau menawarkan stik golf bermerek Honma di Indonesia. Cara pertama yang bisa ditempuh ialah dengan menyewa sebuah area strategis di salah satu mal terbesar di Jakarta dan menggelar pameran di sana. Mungkin acara ini bisa membangun kesadaran orang tentang produk tersebut. Tapi, sasaran komunikasinya bisa kurang akurat dan terbatas. Hal ini tidak sebanding dengan biaya besar yang digelontorkan.

Alternatif kedua melalui komunikasi digital. Produk itu diumumkan ke forum-forum maya, seperti Kaskus dan Lintas Berita. Bahwa di hari A pada pukul B akan ada penawaran stik golf bermerek Honma dengan harga sekian dan kelebihan yang bermacam-macam. Bisa dipastikan pada waktu dan di forum yang sudah ditentukan akan berkumpul para pencinta golf untuk mengetahui penawaran tersebut. “Cara ini bisa membuat potensi pembeliannya lebih besar. Selain tentu saja bujet yang dikeluarkan juga tidak mahal,” papar Gunawan.

Meski belum berumur setahun, kiprah Media X Asia sudah cukup terkenal di industri kreatif Tanah Air. Gunawan menegaskan, dirinya optimistis dengan kapal bisnis yang ia kemudikan sekarang, mengingat tren digital terus berkembang. “Small is the new big and big things come from small things. Itu falsafah bisnis kami,” pungkas Gunawan. (Andri Darmawan/DM)

This article powered by eXo Digital Agency. eXo is a digital media agency serving local and international brands ranging from SME (small and medium enterprises) to multinational companies from various industries. We are an all-round agency with tremendous experience in digital activation, social media, search engine marketing, interactive game, web and software development.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.