Melestarikan Budaya dengan Gaya

Marketing.co.id – berita Lifestyle | Apa yang kita lakukan hari ini bisa berdampak bagi generasi di masa mendatang. Berdasarkan keyakinan itu, Brodo memulai Proyek Lestari. Proyek ini adalah sebuah inisiasi yang diambil dengan kesadaran bahwa Brodo sebagai brand ingin tumbuh bersama sekitar, tumbuh berkembang tanpa mengabaikan sekeliling.
Proyek Lestari dibuat dengan mengacu pada 3 Prinsip Lestari Brodo, yaitu (1) lebih baik bagi bumi, (2) lebih baik bagi para mitra, dan (3) pelestarian budaya. Salah satu prinsip tersebut, yakni pelestarian budaya diwujudkan melalui kolaborasi bersama Dian Sastrowardoyo, seorang pekerja seni dan pendiri Yayasan Dian Sastrowardoyo.
Dian yang jatuh cinta dengan kain tenun Sumba meyakini nilai yang sejalan dengan Brodo dalam pelestarian budaya. Kolaborasi ini melahirkan dua pasang sepatu yang diberi nama Kaliku Ina.
Kaliku Ina, Filosofi dan Inspirasi
Inspirasi kolaborasi ini datang dari Sumba, pulau yang indah di Timur Indonesia dengan segala kekayaan budayanya. Sejalan dengan Dian dan yayasan miliknya yang berfokus di 3 pilar yaitu; pemberdayaan perempuan, pelestarian budaya dan seni, serta pendidikan.
Dari 3 pilar tersebut ditambah dengan pengetahuan dan riset yang Brodo lakukan secara langsung di Sumba Timur memberikan inspirasi untuk mengaplikasikan 3 motif/simbol dari kain tenun ikat sumba yang sudah melewati fase emphatize, design dan reinterpretation  sehingga menjadi corak dasar sepatu berwarna terakota dan indigo.
Motif pertama adalah Kakatua yang mewakili semangat persahabatan dan persatuan kita sebagai orang Indonesia dengan berbagai latar belakang suku, agama, dan ras yang berbeda. Bagi orang-orang Sumba, Kakatua dianggap sebagai kawanan burung yang selalu  berkelompok dan tidak pernah membiarkan kawanannya terbang sendiri. Dari  kawanan burung kakatua itu, orang Sumba menjadikannya sebagai pengajaran dari alam agar selalu bersatu.
Motif kedua adalah ayam jantan sebagai analogi dari rasa keberadaan/eksistensi. Ayam jantan menjadi penanda bahwa hari sudah dimulai, sudah waktunya untuk kembali bekerja dan mengejar mimpi. Ayam jantan juga menyimbolkan pemimpin yang melindungi. Ayam jantan adalah salah satu di antara 3 hewan yang disakralkan dalam kepercayaan Marapu. Lewat hati dan ususnya, para imam Marapu bisa membaca garis masa depan kehidupan, dan mengingatkan sesuatu tentang hari ini.
Motif ketiga adalah Mamuli,  yaitu simbol yang menstilasi bentuk rahim sebagai perwajahan ibu yang paripurna. Dari rahim kita berasal, dalam rahim kita pertama merasakan bagaimana hangatnya sosok ibu dan perlindungan dari seorang ibu. Bahkan, setelah kita lahir dan menua, sejatinya kita akan kembali kepada rahim (ibu pertiwi). Ibu adalah sosok yang dapat dijadikan pembimbing, mentor, sekaligus yang bisa mengayomi dan membantu kita saat kita jatuh dalam setiap langkah di dunia ini.

Kaliku Ina menggunakan bahan tenun sumba sebagai upper-nya dengan pengaplikasian pola pada siluet sepatu vulkanisir Vantage V.2 Hi milik Brodo. Ke depannya sepatu ini akan dikenalkan ke pasar internasional sehingga bisa menjadi sumber penghasilan baru yang berkelanjutan bagi penduduk Sumba.
“Buat saya, Kain tenun Sumba adalah salah satu dari wastra Indonesia terbaik dan layak dihargai. Dari proses pembuatannya yang rumit dan panjang, sampai makna di balik motif-motifnya yang sarat dengan filosofi, semua menyimpan cerita yang perlu dihargai. Saat kita mengenakan kain tenun, selain melestarikan budaya, kita juga tengah menghargai jerih payah para penenun yang menitipkan harapan lewat kain yang mereka buat buat menghidupi keluarganya. Jadi saya menyambut dengan antusias ajakan Brodo untuk meningkatkan value dari kain tradisional ini menjadi produk yang wearable dan juga lestari. Apalagi dari kerja sama ini ada good cause yang dilakukan,sehingga membuat setiap langkah kita jadi lebih berarti,” ujar Dian.
Dari Sumba untuk Sumba
Sepatu Kaliku Ina dilelang dalam acara Proyek Lestari Brodo yang digelar pada 27 Maret 2022 di M Bloc Space, Jakarta Selatan. Hasil lelang  seluruhnya disalurkan menjadi sepatu untuk anak-anak di Nusa tenggara Timur melalui Yayasan Dian Sastrowardoyo.
“Ternyata di saat kita nyaman bersepatu kemana-mana, sepatu itu adalah barang yang mewah buat adik-adik para pelajar di berbagai tempat di Indonesia Timur. Banyak dari mereka yang pergi ke sekolah tanpa bersepatu, dengan jarak dari rumah berkilo-kilo meter jauhnya. Brodo menyadari ini adalah isu serius yang layak kita bantu. Selain fungsional, buat adik-adik di Indonesia Timur, sepatu juga punya dampak penting secara psikologis yaitu memberi semangat buat mereka bersekolah dan menuntut ilmu. Jadi as simple as giving a shoe saja itu bisa punya dampak jangka panjang. Gear mereka lengkap untuk ke sekolah. This is the least that we can do as a shoe entrepreneur,” Yukka Harlanda, CEO Brodo.
Pada acara Proyek Lestari Brodo, Brodo juga mengenalkan beberapa mitra seperti Mycotech, Bell Society, Plepah, komunitas sosial Ketimbang Ngemis Bandung, dan Pattern X Mitra Lestari yang memiliki tujuan sama dalam prinsip memberikan yang lebih baik bagi bumi.
“Kami berkomitmen mengurangi dampak berbahaya bagi lingkungan dengan lebih bertanggung jawab atas material yang kami gunakan, mulai dari mencari alternatif material kulit, alternatif kemasan ramah lingkungan, bahkan memberi kesempatan kedua untuk sepatu bekas yang masih layak pakai,” ujarnya.
Ini adalah langkah yang diambil dengan tekad dan kepercayaan bahwa menjadi brand Indonesia juga bisa menjadi kekuatan untuk menyebarkan kebaikan bagi dunia. Semuanya dimulai dari langkah kecil yang menjadi investasi kita untuk masa depan.
Brodo ingin mewujudkan visi untuk menjadi brand sepatu yang lebih baik, to be a Better Footwear. Artinya, tidak hanya membuat desain sepatu yang nyaman dan keren dengan harga yang terjangkau, tapi juga membuat produk yang lebih bertanggung jawab dalam segala aspek produksi hingga distribusi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.