Bisnis Diperkirakan Rebound Pertengahan Tahun 2022

properti, gedung-gedung tinggi, pencakar langit
Gedung pencakar langit hampir mengepung area perumahan di Jakarta. Foto: marketing.co.id/Lialily.

Marketing.co.id – Berita Marketing | ACCA (The Association of Chartered Certified Accountants) dan IMA® (Institute of Management Accountants) telah meluncurkan survei terbaru Global Economic Conditions Survey (GECS). Survei tersebut menunjukkan bahwa pada awal 2021, optimisme global di kuartal IV-2020 mengalami stagnasi dan kerentanan. Mayoritas respon dari survei tersebut mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh kondisi pandemi yang sedang terjadi.

Baca Juga: 5 Alasan Ekonomi Indonesia Akan Tumbuh di tahun 2021

Lebih lanjut, survei yang dilaksanakan pada 20 November hingga 8 Desember 2020 ini melibatkan 3.086 respon dari anggota ACCA dan IMA, termasuk 300 peserta dari CFO, dan melibatkan 3.000 akuntan senior dari seluruh dunia. Survei ini juga mencatat bahwa ekonomi global mengalami kontraksi sekitar 4,5% pada 2020, di mana angka ini merupakan angka penurunan terbesar aktivitas global dalam beberapa dekade terakhir.

Masih berada dalam kondisi pemulihan dari kelemahan yang diakibatkan oleh penerapan lockdown di paruh pertama pada 2020, kondisi ekonomi global kembali mengalami penurunan akibat gelombang kedua pandemi COVID-19 yang memicu lockdown berikutnya.

Baca Juga: Industri Pulp dan Kertas Harus Bisa Menopang Perekonomian Indonesia

Survei ini memperkirakan kemungkinan terjadinya pemulihan yang stabil tahun 2021. Namun di sisi lain, ketidakpastian yang berkelanjutan dinilai dapat menghambat kepercayaan konsumen dan bisnis. Diperkirakan bisnis dapat rebound ke posisi sebelum krisis baru akan tercapai pada pertengahan tahun 2022.

Head of ACCA USA Warner Johnston mengungkapkan, tahun lalu merupakan tahun terburuk bagi ekonomi global dalam beberapa dekade terakhir.  “Kita akan melihat pemulihan di tahun 2021, namun belum bisa dipastikan kapan dan seberapa kuat. Kami memperkirakan permulaannya akan lemah, yang diikuti oleh momentum pemulihan di paruh kedua.  Banyak hal bergantung pada evolusi virus COVID-19 dan variannya terkait dengan kemajuan program vaksinasi, dan ada ketidakpastian yang sangat besar seputar perkembangan ini.”

Baca Juga: Vaksin, Game Charger Bagi Pemulihan Ekonomi

Sementara itu Vice President of Research dan Policy IMA, Raef Lawson mengatakan, pandemi telah membuat jutaan orang jatuh ke kemiskinan yang ekstrim karena resesi yang dialami pasar berkembang untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir pada tahun lalu.

“Respon kebijakan terhadap pandemi ini telah membuat keuangan publik di sebagian besar ekonomi dalam keadaan buruk, yaitu dengan defisit anggaran sekitar 10-15% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di beberapa negara, dan dengan rasio utang terhadap PDB lebih dari 100%. Semua ini menjadi tantangan besar bagi para pembuat kebijakan untuk menentukan kapan harus menarik dukungan kebijakan dan kapan kebijakan harus diperketat untuk membangun kembali keuangan publik. Kesalahan kebijakan akan berisiko kegagalan pemulihan ekonomi,” kata Raef.

Chief Economist ACCA, Michael Taylor menyatakan bahwa sejak survei selesai dilakukan Desember lalu, terlihat bahwa ada peningkatan tingkat infeksi COVID-19 yang mendorong negara-negara memberlakukan kembali kebijakan pembatasan sosial, termasuk lockdown nasional yang kemudian lebih jauh menyebabkan memburuknya prospek ekonomi global pada awal 2021 sejak survei pada kuartal IV.

Baca Juga: 5 Strategi Penting Hadapi Tantangan Ekonomi di Masa Pandemi

Pada waktu yang bersamaan, semakin progresifnya pengadaan vaksin meningkatkan harapan perbaikan kondisi ekonomi hingga akhir tahun ini. Akan tetapi, di sisi yang berseberangan, tingkat pengangguran akan meningkat di banyak negara yang berpotensi merusak kepercayaan konsumen dan membatasi kekuatan perusahaan untuk rebound.

Lebih jauh, Raef menambahkan, ada risiko signifikan terhadap prospek tahun depan. Banyak hal bergantung kepada evolusi virus COVID-19 dan variannya, tingkat infeksi dan kecepatan serta efektivitas program vaksinasi yang berjalan. Kelemahan ekonomi pada awal 2021 ketika virus mendominasi menjadi perhatian utama, yang diikuti oleh momentum pengumpulan pemulihan di akhir tahun ketika program vaksinasi sudah mulai berjalan yang menimbulkan risiko signifikan. Selain itu, ada kemungkinan risiko lain yang juga dapat terjadi.

“Kemunculan varian virus COVID-19 yang diindikasikan kebal terhadap vaksin, efek samping yang tidak diharapkan, dan minimnya implementasi program vaksin juga merupakan risiko yang bersinggungan dengan faktor kesehatan dan dapat menyebabkan penyimpangan jalur pemulihan,” tutupnya.

Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.