Tynker Ingin Ajarkan Anak Teknologi

tynkerMarketing.co.id – Krisna Vedati tidak ingin anak-anak Anda hanya menonton kartun TV di akhir pekan. Dia ingin mereka  membuatnya setidaknya untuk mereka sendiri.

Vedati adalah CEO Tynker, sebuah platform  ‘Learn to code’ bagi anak-anak yang ditunjukkan untuk membantu orang tua  yang berpikir keterampilan komputer sangat penting bagi anak-anak mereka.

Namun, bukannya fokus pada bahasa komputer seperti HTML atau Mountain Vieew, start-up berbasis di California ini justru mengajarkan anak-anak Anda tentang bagaimana berpikir seperti seorang seorang programmer.

“Cara saya berpikir tentang pemrograman sama seperti anak-anak yang belajar bahasa hari ini,” kata Vedati. “Ini seperti bahasa lain, hanya satu yang berbeda dari kecakapan hidup daripada jika Anak belajar bahasa Prancis atau Spanyol,” lanjutnya.

Setelah membuka diri terhadap pendidikan nasional awal bulan ini, start-up yang telah mengumpulkan dana US$3,5 juta ini dibanjiri oleh 10 ribu permintaan  baru. Kebanyakan dari orang tua ingin memiliki versi pengguna rumahan dari platform coding.

Vedati memperkirakan edisi rumahan harus siap dalam beberapa bulan ke depan. Namun, untuk saat ini Tynker hanya tersedia untuk sekolah. Platform ini gratis untuk para pendidik, dengan opsi untuk membayar dan upgrade ke premium.

“Anak-anak terpapar begitu banyak teknologi,” kata Vedati. Tapi sekolah tidak berubah dalam 50 tahun terakhir. Jadi, mereka pikir anak-anak memerlukan seperangkat keterampilan yang berbeda untuk generasi mereka dalam menggunakan teknologi dan meraih keuntungan.

Melalui Tynker, anak-anak dikenalkan dengan coding sederhana melalui platform visual yang memungkinkan mereka membuat game dan animasi dasar dengan kode biner yang terlihat.

Desain drag-and-drop mirip dengan scratch – bahasa coding lain yang kid-friendy di MIT. Salah satu konsep yang paling sederhana dari Tynker ini adalah menghidupkan karakter dan mengajarkannya bagaimana berjalan dan berbicara.

Setelah selesai melakukan pelatihan karaketer, mereka mungkin telah belajar 20 hal-hal dasar (primitives), kata Vedati. Setelah mendapatkan pengetahuan dari 20 primitives, maka mereka akan bertanya apa lagi yang bisa saya lakukan?

Secara umum Vedati mengatakan anak perempuan lebih fokus pada cerita dan karakter, sementara laki-laki lebih tertarik merancang game.

Vedati bertujuan untuk memperluas jangkauan Tynker yang lebih tinggi dengan cara transisi ke bahasa pemrogaman seperti Javascript atau Python. Ia berharap, Tynker akan membantu memperbaiki kurangnya program coding di sekolah nasional.

“Pemrograman sangat dekat dengan saya. Saya sangat percaya bahwa itu adalah keterampilan hidup yang setiap orang dapat belajar dan mereka bisa memanfaatkannya tidak peduli apa kepentingan mereka. Perhitungan terjadi di segala bidang,” pungkasnya.

Sumber: Allthingsd.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.