Waspadai Penyakit Rematik PsA dan AS

Marketing – Jika Anda sering mengalami nyeri di telapak kaki atau sakit di bagian tulang. Harap hati-hati, karena bisa saja Anda menderita penyakit PsA atau AS. Tak pandang bulu, dua penyakit ini bisa menyerang siapa saja, termasuk dokter.

drg Rio Suwandi adalah seorang pasien penderia Psoriatic Arthritis (PsA). Rio sering mengalami sakit di di bagian telapak kaki saat bangun tidur. “Bangun tidur serba salah, badan sakit, mau stretching juga sakit,”  tutur Rio saat diskusi mengenai penyakit PsA dan AS, beberapa waktu lalu di Jakarta. Dia mengatakan, penderita PsA juga malas berinteraksi dengan orang, karena salah satu efeknya menimbulkan merah-merah di badan.

Lain lagi pengakuan dr Adhiatma Prakasa Gunawan. Sebagai penderita  Ankylosing Spondylitis (AS) dia sering merasakan rasa sakit yang amat sangat di bagian tulang belakang. Penyakit ini katanya dapat mengganggu aktifitas sehari-hari dan berdampak secara fisik dan psikis. “Untuk mengatasi rasa sakit saya minum obat pain killer,” tuturnya.

Apakah itu PsA dan AS? PsA merupakan penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel dan jaringan yang sehat. Respons imun yang abnormal tersebut menyebabkan peradangan pada persendian serta kelebihan produksi sel-sel kulit.

Berdasarkan laporan WHO: ‘Global Report on Psoriasis’ di tahun 2016i, sekitar 1,3 – 34,7% pasien penderita Psoriasis mengalami radang sendi kronis (Psoriatic Arthritis – PsA) yang mengarah pada deformasi sendi dan kecacatan. Sampai dengan 40% pasien Psoriasis akan mengalami PsAii.

Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang sama terkena PsA. Umumnya, PsA menyerang seseorang yang berusia antara 30-50 tahun. Jika seseorang memiliki orang tua yang mengidap PsA, menambah kemungkinan tiga kali lipat untuk mereka terkena penyakit yang sama.

Adapun AS merupakan penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel dan jaringan yang sehat. Respons imun yang abnormal tersebut menyebabkan peradangan (artritis) pada sendi tulang belakang. Penyakit ini dapat membuat ruas tulang belakang menyatu, sehingga penderita sulit bergerak, menjadi bungkuk dan mengalami kesulitan bernapas.

Fakta menunjukkan, AS lebih sering diderita pria dibandingkan wanita, sehingga pria memiliki 3 kali peluang lebih tinggi untuk mengalami penyakit ini. Penyakit ini bisa terjadi di segala usia, tapi umumnya mulai berkembang pada masa remaja atau dewasa awal (sekitar usia 20 tahunan). Hanya 5% mengalami gejala setelah umur 45 tahun. Penyakit ini dapat mempengaruhi penderita sepanjang hidupnya.

Faktor Gen dan Lingkungan

Menurut spesialis penyakit dalam dan konsultan reumatologi, DR  dr Rudy Hidayat, SpPD-KR, kedua penyakit tersebut termasuk bagian dari penyakit Reumatik Inflamasi (Inflammatory Rheumatic). “Penyakit rematik ada banyak macamnya, jumlahnya  ada 150 penyakit,” tutur Rudy.

Kedua penyakit tersebut disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang dimaksud gen HLA-B27, yaitu gen kuat yang meningkatkan risiko beberapa penyakit reumatik. Sekitar 85-95% pasien penderita AS dan PsA menunjukkan positif pada gen HLA-B27. “Gen ini tidak menyebabkan penyakit, tetapi bisa membuat orang lebih rentan terkena dan menderita AS dan PsA,” tuturnya.

Ia menambahkan, kebanyakan pasien penderita AS dan PsA tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Mereka baru mengetahuinya setelah merasakan peradangan dan rasa sakit yang terus-menerus dan tidak tertahankan lagi hingga menyebabkan gangguan fungsi gerak tubuh. “Deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat berperan penting dalam memperbaiki gejala (terutama rasa nyeri), fungsi anggota gerak dan kualitas hidup pasien,” jelasnya lagi.

Buruknya kualitas lingkungan juga dapat menimbulkan penyakit AS dan PsA seperti paparan asap rokok atau kontak dengan logam berat.

Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan kedua penyakit. Dengan bantuan dokter dan obat-obatan, penderita AS dan PsA hanya bisa mengontrolnya. “Dokter tidak boleh bilang ke pasien kedua penyakit bisa disembuhkan, namun bisa dikontrol,” tuturnya.

Foto Istimewa

Rudy menuturkan, saat ini jenis pengobatan yang banyak digunakan untuk menangani AS maupun PsA antara lain dengan obat-obatan non-steroid anti-inflamasi (NSAID), obat anti-reumatik (DMARDs), dan yang terbaru adalah agen biologik.

“Tersedianya Secukinumab sebagai salah satu pilihan terapi agen biologik, diharapkan dapat membantu menjawab kebutuhan pengobatan pasien AS dan PsA di Indonesia agar bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik,” papar dia.

Tahun 2017 lalu, Novartis Indonesia meluncurkan Secukinumab, terobosan pengobatan baru dalam penyakit psoriasis dan telah masuk ke dalam Formularium Nasional. Menurut Jorge Wagner, Presiden Direktur Novartis Indonesia, saat ini BPOM telah menyetujui indikasi baru bagi Secukinumab untuk menjadi obat alternatif untuk penyakit AS dan PsA. “Saya berharap lebih banyak pasien dengan AS dan PsA dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik,” tutur Jorge.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.