Wicaksana Indonesia Sasar Konsumen Pengguna OOH di Jawa Tengah & DIY

Marketing.co.id – Berita Marketing | Hasil survei Neilsen Indonesia pada semester 1 di tahun 2022 mencatatkan jika jumlah belanja iklan di berbagai media capai Rp 135 triliun. Tak heran, jika peluang bagi pengiklan di Jawa Tengah untuk berkembang dan sukses jangkau pasar baru pun semakin besar.

Wicaksana Indonesia

Putranti Laksitareni, Direktur Media dan Investmen dari Wicaksana Indonesia mengungkapkan berbagai data penting untuk pengiklan. Sebagai perusahaan periklanan yang berasal dari Jawa Tengah, ada banyak data menarik untuk jangkau market lebih besar. Ini dilihat dari banyaknya investasi baru di Jawa Tengah seperti pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK) dan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Selain itu, infrastruktur yang semakin terkoneksi melalui pembangunan jalan tol yang menghubungkan wilayah barat dan timur.

“Data-data yang dimaksudkan cukup beragam dan bisa mengungkapkan alasan pengiklan wajib memperhitungkan Jawa Tengah sebagai area potensial untuk digarap. Mulai dari laporan Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah dalam forum Central Java Investmen Business Forum (CJIBF) November 2022 lalu menyebutkan jika nilai realisasi investasi di Jawa Tengah yang positif dan memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi daerah naik sebesar 5,66%,” papar dia.

Lanjut, ditambah dengan hasil laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatatkan jika rata-rata penduduk Indonesia menghabiskan Rp1,26 juta per bulan untuk konsumsi baik makanan dan non makanan. Kabar baiknya wilayah provinsi Jawa Tengah punya pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya yaitu sebesar 0.31% pada kuartal III-2021 untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga.

“Jumlah penduduk di Jawa Tengah dan DIY hampir capai 40 juta lalu didukung dengan karakter yang njawani dan masih menyukai hal yang konvensional dan tradisional membuat layanan promosi seperti billboard dan baliho bisa raih market lebih besar. Hingga saat ini media luar ruang masih jadi media promosi pilihan di tengah tempuran iklan digital. Terbukti, Kota Semarang memiliki megatron 3D terbesar  di saat kota Surabaya belum memilikinya,” ungkap Putranti.

Berdasarkan hasil penelitian dari Christine Moorman, Megan Ryan dan Nader Tavassoli yang berjudul “Why Marketers Are Returning to Traditional Advertising” yang dipublikasikan di Harvard Business Review 2022 menuliskan jika pengiklan pun mulai kembali ke media tradisional maka media promosi seperti OOH akan makin banyak dimafaaatkan.

Data yang disampaikan pada riset tersebut mengungkapkan, jika pengguna internet sudah mulai jenuh dengan iklan digital yang memenuhi layar, iklan di media tradisional dianggap lebih dipercaya hingga kebijakan perlindungan data pribadi dan global di internet membuat respons pengiklan mengubah haluan kembali ke media tradisional.

Ditambahkan Putranti, ada data menarik pula yang terhimpun menurut survei databoks jika ada kenaikan belanja di media tradisional sebesar 12,9 persen di Februari 2022. Beberapa perusahan berbasis B2C (business-to-consumer) service dan B2C product diprediksi akan menaikkan belanja iklan media tradisional dalam 12 bulan ke depan.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.